"Ayolah Mr. Styles, kau belum makan dari kemarin. Bagaimana caranya kau bisa cepat sembuh kalau kau saja tidak mau makan," Naya mengambil nampan makan siang Harry yang sama sekali tidak dimakan oleh Harry. Padahal sekarang sudah masuk jam makan malam.
"Aku tidak lapar," sahut Harry singkat.
"Nanti kau makin sakit. Ingatkan kata dokter Garry? Kau tidak boleh telat makan." Naya masih berusaha membujuk Harry. "Ditambah besok kau harus tampil untuk opening Take Me Home Tour,"
"Apakah pertunjukan besok sangat penting?" pertanyaan Harry membuat Naya mengerutkan dahinya bingung.
"Ya of course, kau pasti tidak ingin melewatkannya. Itu akan menjadi pertunjukan terbesarmu tahun ini,"
"Kenapa kau sangat peduli padaku?" tanya Harry sambil mengubah posisinya. Ia sekarang terduduk tetapi masih diselimuti oleh bed covernya.
"Apa kau merasa risih denganku?" Naya balik bertanya pada Harry.
"Jawab saja pertanyaanku,"
"Aku peduli padamu karena aku ingin. Aku mengidolakan One Direction sejak lama, tidak mungkin aku akan bersikap cuek saat aku dapat kesempatan untuk bersamamu, Niall, Louis, Liam, dan Zayn.." Naya menjawab seadanya karena ia tidak tahu harus menjawab apa. Bahkan ia baru sadar kalau ia sangat peduli dengan The Boys setelah Harry bertanya.
"Kau baik padaku hanya karena aku bagian sebuah band terkenal yaa.." kalimat Harry membuat Naya terkejut. Naya menggeleng menandakan ia tidak setuju dengan yang Harry katakan.
"Kenapa? Benar kan kalimatku?" Harry tertawa hambar. Ia menyandarkan kepalanya ke tembok lalu mengusap kasar wajahnya. "Kau seharusnya tidak perlu membelaku di depan paparazzi,"
"Awalnya ku kira akan sulit bekerja sebagai asisten pribadi kalian.." Naya terduduk di ujung kasur Harry. Ia menghela nafasnya berat. "Di hari pertamaku bekerja, aku hampir dibuat frustasi hanya karena alarm dan sebuah handuk pink. Selanjutnya aku bahkan menabrak pria Irish di depan pintu basecamp. Aku juga malah diam membeku saat pria berwajah blasteran arab menyapaku di dapur dan lancang memanggil 'dad' pada pria paling bijaksana yang pernah ku temui. Bahkan konyolnya, aku salah menuangkan bir pada pria dari Doncaster. Ia jadi teler sampai kebesokan paginya.." Naya tertawa kecil mengingat kejadian konyol saat Louis memintanya untuk menjadi bartender pribadinya. Ia terlalu banyak memberikan Louis alkohol presentasi tinggi. Akibatnya Louis teler dan melantur seharian penuh.
"Dengan semua kesalahanku itu, harusnya bisa saja kalian memecatku hari itu juga. Tetapi kalian tidak melakukannya. Kalian malah menyemangatiku, seperti yang biasa kalian lakukan. Walaupun biasanya hanya perasaanku saja kalau kalian menyemangatiku dengan melihat kalian tersenyum di video diary. Itu sudah menjadi ucapan semangat untukku. Namun kali ini kalian benar-benar mengucapkan 'semangat Naya, kau bisa melakukannya,'. Saat kalian seperti itu padaku, itu cukup menyadarkanku bahwa aku sedang bekerja dengan orang-orang hebat. Bukan hanya sekedar band terkenal.." Naya mengambil nafasnya sejenak.
"Jadi, meskipun seandainya kalian bukan orang yang terkenal aku tetap akan peduli dengan kalian. Aku akan selalu treat you guys with kindness, because you deserve it.." Naya tersenyum tulus pada Harry. Harry tidak menemukan kebohongan di mata Naya. Gadis itu benar-benar tulus mengatakannya.
"Aku membelamu di depan paparazzi karena aku tidak bisa melihat seorang laki-laki berumur 19 tahun dicap buruk seperti itu. Aku yakin kau tidak seperti yang mereka katakan. You're nice boy Mr. Styles,"
"Thank you," Harry berusaha tersenyum pada Naya.
"Jangan kau fikirkan tentang itu lagi ya? Aku tahu kau menangis semalaman. Aku tidak bisa mendengar tangisanmu lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
what if...?
Fanfiction[Completed] -- "What if... I call you that you're a Draiocht?" "What is that Niall?" "In Irish we say Draiocht for a magic!!" "Am i a magic for you?" "Yeah, everything about you is magic, Naya. Do you agree Harry?" "Yeah, I do Niall. But, we have...