halo!
have a good monday😜💗anyway, gimme ur vomments ok?^^
hope u enjoy this chapter everyone! Nx
⚠️ – harsh words, fighting, panic attack, traumatic past events & suicide attempt.
I'm begging you, PLEASE read at your own risk!!~~~~~
Disinilah Zayn sekarang. Di dalam ruang inap Olivia. Gadis kecil itu harus dirawat karena masih tidak sadarkan diri. Kondisi imunnya yang lemah juga memperparah keadaannya. Zayn menatap Olivia sekilas lalu mengacak rambutnya frustasi karena tidak bisa berhenti berdebat dengan Naya. Ia kesal pada Naya karena perempuan itu keras kepala sekali.
"Naya, Harry harus tahu. Kenapa kau tega sekali menyembunyikan hal ini darinya? Harry itu ayahnya, ia berhak tahu."
"Zayn sekali lagi kau mengatakan itu aku akan memanggil security untuk mengusirmu."
"Coba saja. Aku tidak takut. Karena kalau kau mengusirku, aku akan pergi ke apartment Harry dan memberitahukan keadaan putrinya yang sekarat."
"Baiklah. Kalau begitu kau adalah pria brengsek karena tidak bisa menepati janjimu itu."
Zayn menghembuskan nafasnya kasar. Ia bingung harus dengan cara apa lagi ia membujuk Naya.
"Aku tidak pernah suka dengan sifatmu yang selalu mementingkan kami terlebih dahulu. Kau juga punya kehidupan yang harus kau dahulukan Naya.."
Naya hanya bisa terdiam sambil menangis. Ia memeluk Archie erat seakan takut akan kehilangan bocah laki-laki itu juga. Entah ini yang keberapa juta kalinya Naya menangisi hal yang sama. Seharusnya ia sudah mati rasa. Tapi kenyataannya tidak. Dirinya terlalu lembek untuk merasakan kerasnya mati rasa.
Hidupnya terasa rumit sekali. Setelah hal mengenaskan yang menimpanya saat menjadi asisten One Direction, ia kembali menelan pahitnya kenyataan saat tahu putri kecilnya, Olivia Emma ternyata memiliki masalah serius dengan jantungnya.
Sesehat apapun tampilannya, Olivia tidak pernah merasakan sehat yang sesungguhnya. Ia sekarat dan harus segera di tangani. Penyakit jantung bawaan bukanlah hal yang bisa disepelekan. Apalagi kondisinya sudah separah Olivia. Ia membutuhkan transplantasi jantung secepatnya.
"Kalau kau tidak mau Harry mengetahuinya, maka izinkan aku sebagai uncle dari Olivia untuk bertanggung jawab. Aku akan membiayai operasi dan seluruh pengobatan Olivia." Zayn mengambil tempat di hadapan Naya. Ia menggenggam jemari Naya yang bergetar karena menangis lalu mengusapnya lembut.
"Tidak Zayn, aku tidak mau terlibat urusan lagi denganmu dan juga teman-temanmu itu."
"Astaga Naya. Apa yang ada di kepalamu itu huh? Aku tidak mengerti seperti apa jalan fikirmu.."
"Tidakkah kau paham bagaimana sulitnya aku melewati semua ini?! Kau tidak tahu rasanya dimanfaatkan sepihak, hamil di luar nikah, putriku sekarat, dan semua tuntutan yang managementmu berikan padaku! Aku hanya tidak ingin memperkeruh suasana dengan kembali terlibat urusan dengan kalian!!" Emosi Naya kembali tersulut. Ia berdiri di hadapan Zayn lalu menunjuk Zayn tajam dengan telunjuknya.
Archie hanya bisa diam melihat ibunya yang sedaritadi tidak berhenti menangis dan berteriak. Ingin rasanya menenangkan ibunya namun ia terlalu takut. Ia tidak pernah melihat ibunya seemosional ini.
"Kau tidak memikirkan soal Olivia dan Archie. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri Naya. Kau egois."
Plakk.
KAMU SEDANG MEMBACA
what if...?
Fanfiction[Completed] -- "What if... I call you that you're a Draiocht?" "What is that Niall?" "In Irish we say Draiocht for a magic!!" "Am i a magic for you?" "Yeah, everything about you is magic, Naya. Do you agree Harry?" "Yeah, I do Niall. But, we have...