chapter; 50

95 13 27
                                    

aku spill chapter ini pendek bgttt, maapin yh :((

vomments, ok?😉💗

hope u enjoy, happy reading!^^




⚠️ – little bit of traumatic past events.
Please, read at your own risk!!





~~~~~

"Mommy nangis? Mommy kenapa nangis?" Olivia mendekat ke arah Naya yang sedang mengobrol dengan ibunya.

Dengan cepat Naya langsung menghapus sisa air mata yang masih berderai di pipinya. "Siapa bilang mommy nangis? Mommy cuma kelilipan kok,"

Naya tidak mungkin mengatakan ia menangis pada putrinya. Apalagi menangisi hal itu. Olivia menatap mata ibunya mencari kebenaran dari kalimatnya. Namun dengan mudahnya Olivia percaya saat Naya menyunggingkan senyum manis padanya.

"Kau tidak bisa berbohong padanya Naya," bisik Clarissa, ibu Naya sekaligus oma dari gadis curly itu.

"Cucu oma yang paling cantik kenapa belum tidur huh? Kau harus istirahat. Kau kan tidak boleh terlalu lelah Olivia,"

"Oliv kan sedang tidak sakit oma. Kenapa harus istirahat?" tanya Olivia bingung karena ia biasa mendengar perintah harus istirahat ketika dirinya sedang sakit.

"Istirahat kan tidak harus saat sedang sakit saja sayang,"

"Tapi Oliv masih ingin main disini dengan mommy dan oma sembari menunggu uncle Dan pulang"

Tepat setelah kalimat Olivia selesai, Archie keluar dari kamarnya sambil membawa kertas gambar.

"Oliv! Kan sudah ku bilang uncle Danish rambutnya bukan curly. Warna matanya juga bukan hijau sepertimu!!" kesal Archie seraya menyodorkan kertas gambarnya pada Olivia.

"Ini bukan uncle Danish Archie! Ini uncle yang tadi siang bertengkar dengan mommy. Uncle itu punya rambut sedikit curly dan mata hijau seperti aku!"

Naya dan Clarissa terkejut setengah mati karena kalimat Olivia. Sedangkan Archie malah mendecak sebal. Naya melihat gambar yang dibawa Archie yang merupakan gambaran Olivia. Ia bisa melihat jelas Olivia menggambar sosok Harry walaupun ala kadarnya gambaran anak berusia empat tahun.

"Mom, uncle tadi baik lho mom. Ia berjanji menunjukan Oliv orang-orang yang katanya menyukai rambut dan warna mata seperti Oliv. Tapi kok mom malah memukul pipinya sih?"

Naya menelan ludahnya berat. Ia tahu putrinya sering merasa dirinya aneh karena Olivia memang tidak mewariskan genetik dari dirinya sama sekali. Ia yakin Olivia pasti menceritakan dirinya yang berbeda itu pada Harry.

Kau tidak aneh dan berbeda sayang. Kau hanya tidak tahu dari siapa rambut dan warna matamu diwariskan.

"Iya mom, kenapa mom memukul pipinya?" sekarang Archie ikut-ikutan bertanya.

Naya menatap Clarissa seakan meminta bantuan. Clarissa memangku Archie lalu mencium puncak kepalanya lembut.

"Mommy kalian itu khawatir. Uncle itu pria asing sayang. Kalian tidak mengenalnya kan? Walaupun tampangnya baik, tapi bagaimana kalau sebenarnya ia berniat jahat seperti menculik kalian contohnya. Itu sebabnya mommy kalian reflek memukul pipinya," jelas Clarissa pada cucu kembarnya. Namun ia sendiri tidak yakin dengan kalimatnya. Karena ia tahu persis orang yang ia bicarakan sama sekali tidak jahat.

what if...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang