⚠️ – harsh words & fighting.
Please, read at your own risk!!~~~~~
Paris. Mei, 2018.
Seorang pria berpakaian santai asik menikmati kudapan siangnya di sebuah café di sudut kota Paris. Ia mengambil tempat di teras café yang menghadapkannya langsung ke Menara Eiffel yang berdiri megah. Angin musim semi berhembus lembut menerbangkan helaian rambutnya.
Astaga, walaupun ia sudah memangkas habis rambut curlynya yang dibiarkan panjang selama lima tahun, tetap saja rambut itu dengan nakalnya masih mengganggu pandangannya. Pria itu sedikit merapikan rambut-rambut kesayangannya.
Drrtt.. Drrtt.. Drrtt..
Kegiatan bersantainya diberhentikan secara paksa akibat getaran ponsel yang tidak kunjung berhenti. Ia mengambil ponsel dari sakunya dan melihat nama 'Mom Anne Cantik' terpampang jelas di layar. Tanpa basa-basi ia memencet ikon hijau untuk mengangkat telfon.
"Halo mom?"
"Harry! Aku menelfonmu daritadi kenapa baru kau angkat sekarang huh?!" suara omelan wanita paruh baya memenuhi telfon. Pria itu memijit keningnya pelan.
"Ya mom maafkan aku. Aku sedang ada kegiatan,"
"Kegiatan apa? Ku lihat di jadwalmu seminggu ini kau dapat day off Harry. Jangan coba-coba membohongiku. Dimana kau sekarang?"
Pria bernama Harry itu menghembuskan nafasnya berat. Dalam hati ia merutuki Jeff (asisten managernya) yang selalu membuat koneksi dengan ibunya, Anne. Karena itu pula ia jadi tidak mempunyai privasi dengan kegiatannya. Namun bukan tanpa alasan Anne selalu mengontrol kegiatannya. Anne tidak ingin Harry kembali terpuruk dan merasa sendirian setelah kejadian tidak mengenakan terjadi beberapa tahun lalu. Kejadian yang hampir membuatnya masuk rumah sakit jiwa.
"Ya mom Anne yang cantik, aku sedang di Paris sekarang.."
Harry yakin, dalam detik berikutnya Anne akan menjerit histeris.
"Astaga Harry!! Sudahku bilang kalau dapat day off kau seharusnya pulang ke London!! Berapa kali ku katakan padamu huh? Asal kau tahu, therapistmu menunggumu!"
See? Benarkan dugaan Harry. Ia langsung menjauhkan ponsel dari telinganya. Membiarkan Anne mengoceh panjang lebar sedangkan ia kembali dengan aktivitasnya semula. Beberapa kali ia menyauti ocehan Anne dengan sabar bercampur malas.
Harry tahu Anne itu sangat peduli dengannya. Tapi terkadang caranya sedikit berlebihan. Seperti sekarang contohnya. Ketika day off saja Anne masih membahas soal therapy. Padahal itu hanya membuatnya kembali mengingat kejadian menyedihkan beberapa tahun lalu.
Bahkan sekarang bayangan tentang seseorang yang menyebabkannya terpuruk kembali muncul di benak Harry. Gadis itu. Gadis yang ia cintai sekaligus gadis yang ia sakiti. Astaga. Menyedihkan sekali nasibnya.
"Aku tidak butuh therapy lagi mom. Sesi therapy terakhir sudah selesai sebulan sebelum aku syuting Dunkirk.." Ia menyandarkan ponsel dengan pundaknya, membiarkan telfon dari Anne terus berlangsung sementara dirinya membayar kudapan siangnya pada pelayan café.
Harry memutuskan untuk kembali ke apartment sebelum orang-orang menyadari keberadaannya. Ia memang menikmati day offnya ini tanpa ditemani oleh bodyguard. Beruntungnya, hari ini kota Paris tidak terlalu ramai. Jadi ia aman berjalan-jalan santai walaupun ia harus tetap melakukan penyamaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
what if...?
أدب الهواة[Completed] -- "What if... I call you that you're a Draiocht?" "What is that Niall?" "In Irish we say Draiocht for a magic!!" "Am i a magic for you?" "Yeah, everything about you is magic, Naya. Do you agree Harry?" "Yeah, I do Niall. But, we have...