Sudah hari keempat sejak Harry tidak sengaja bertemu Naya. Selama itu juga Harry, Niall, Louis, dan Liam melakukan pencarian keberadaan Naya secara manual. Manual? Ya benar. Mereka menyusuri setiap sudut kota Paris yang sangat amat luas ini tanpa bantuan apa-apa.
Kenapa? Karena keempat pria itu masih terhubung dengan pihak management One Direction. Pihak management selalu mengontrol apa yang mereka lakukan dari ponsel dan laptopnya. Jadi mereka tidak bisa melacak Naya, mencari data Naya di dinas kependudukan, atau sekedar meminta bantuan pada orang lain dengan bebas. Padahal mereka mampu untuk membayar orang berapapun nominalnya.
Mereka hanya takut orang itu akan mengadukan pada management dan akan membuat Naya semakin jauh dari jangkauan. Ditambah, ada beberapa orang yang seperti memata-matai kegiatan mereka. Mereka tidak tahu siapa orang itu. Apakah paparazzi, penggemar, ataukah stalker. Yang jelas, itu mempersulit mereka untuk mencari Naya dengan aman, damai, dan sentosa.
"Kemana lagi kita akan mencari? Paris bagian barat dan utara sudah kita telusuri," tanya Liam seraya menyesap tehnya.
"Jangan tanya aku" sahut Louis saat Liam menatap ke arahnya. "Demi Tuhan yang kita lakukan ini sia-sia. Jika kita terus mencari Naya seperti ini, sampai Freddie tamat kuliah pun tidak akan ketemu." Keluh Louis. Ia sedikit mengerang frustasi.
Ketiga sahabatnya hanya bisa terdiam. Namun dalam diri masing-masing membenarkan kalimat Louis.
"Terus kita harus bagaimana?" tepat setelah Liam bertanya, bel apartment Harry berbunyi.
Mereka berempat saling bertukar pandang. Mengingat mereka tidak mengundang siapa-siapa dan tidak memiliki janji apa-apa. Mereka sudah mengambil libur sampai minggu depan. Jadi tidak mungkin ada orang dari pekerjaan mereka yang akan mengganggu 'liburan' mereka.
"Kenapa kau malah bengong Harry? Ini kan apartmentmu, masa harus aku yang membuka pintunya"
"Perihal buka pintu saja kau sewot Lou,"
"Diam Neil, aku tidak ingin berdebat."
Harry yang jengah karena sahabatnya tidak ada yang mau membukakan pintupun beranjak dari tempatnya. Berjalan ke pintu apartment lalu segera membukanya. Betapa terkejutnya ia saat melihat seorang sahabat lama yang ia rindukan sedang berdiri di hadapannya.
"Z-Zayn?!!"
"Uhm hai Harry. Bolehkah aku masuk?" tanya Zayn karena Harry malah diam mematung sembari menatapnya tidak percaya.
"Ah ya tentu saja," Harry mempersilahkan Zayn masuk.
"Siapa Harry?" tanya Louis sedikit berteriak dari ruang tv. Mereka memang sedang berkumpul di ruang tv Harry.
"Uhm ya, kalian bisa lihat sendiri," jawab Harry seraya menarik Zayn untuk ikut bersamanya ke ruang tv.
"Zayn??!!!" teriak Niall, Liam, dan Louis bersamaan. Membuat Harry dan Zayn langsung menutup kedua telinga mereka.
"Halo," sapa Zayn kikuk.
Niall dan Liam langsung berhambur ke dalam pelukan Zayn. Mereka berdua sangat merindukan Zayn. Sudah hampir dua tahun mereka tidak bertemu. Jangankan bertemu, komunikasi saja tidak pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
what if...?
Fanfiction[Completed] -- "What if... I call you that you're a Draiocht?" "What is that Niall?" "In Irish we say Draiocht for a magic!!" "Am i a magic for you?" "Yeah, everything about you is magic, Naya. Do you agree Harry?" "Yeah, I do Niall. But, we have...