"Ini keripik kentangmu," Harry mengambil tempat di sebelah Niall seraya memberikan paper bag berisi belasan bungkus keripik kentang.
"Terimakasih Harry, i love youuu" pekik Niall senang. Ia segera membuka satu bungkus keripik lalu memakannya. "Kau mau?" tawar Niall pada Harry.
Harry tersenyum lalu menggeleng pelan. "Aku sudah kenyang, kau saja Niall," ucap Harry sambil menyiapkan minum untuk sahabatnya itu.
Harry adalah tipe orang yang sangat royal pada sahabatnya. Ia akan dengan senang hati membelikan apapun yang sahabatnya suka. Selagi sahabatnya senang, ia akan senang.
"Dimana Zayn? Bukankah kau ke supermarket dengannya tadi?" Niall baru sadar Zayn tidak bersama mereka sekarang.
"Ia dipanggil oleh Will," Niall mengangguk paham. Ia tidak akan bertanya lebih jika sudah berhubungan dengan management.
"Uhm, Harry?"
"Ya, ada apa Niall?"
"Ku rasa ini waktu yang tepat untuk membicarakannya," Niall meneguk air mineral yang tadi disiapkan Harry. Harry menatap Niall bingung. Terlihat ia sedikit mengerutkan dahinya.
"It's about us, and Naya" Niall melihat raut wajah Harry berubah drastis.
"Kita? Naya? Ada apa dengan kita dan Naya?" tanya Harry bodoh. Tentu saja ia bodoh karena ia berpura-pura tidak tahu tentang apa yang terjadi dengan mereka.
"Kenapa kau menyuruhnya untuk lebih peduli dan perhatian padaku?" tanya Niall to the point. Ia lelah berbasa-basi. Niall hanya butuh titik terang untuk masalah yang sedang dihadapinya.
"Niall, a-aku.." Harry tergagap. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Jujur saja, ia terkejut dengan pertanyaan Niall. Bagaimana bisa Niall mengetahuinya?
"Kenapa kau menyuruhnya melakukan itu? Padahal kau juga mencintai gadis itu Harry, sama sepertiku,"
"Wh-what are you talkin' about Niall?" Harry terkekeh. Berusaha mencairkan suasana yang mendadak terasa sangat serius baginya.
"Harry berhentilah mengelak. Aku bisa melihat jelas dari matamu kalau kau mencintainya juga,"
"Niall ku rasa kau harus minum obat sekarang," Harry bangkit dari tempatnya hendak mengambil obat milik Niall di nakas. Namun Niall segera menahan tangan Harry.
"Kau akan menyakiti dirimu sendiri kalau kau berusaha menjodohkanku dengan Naya,"
"Niall, aku tidak mencintai gadis itu." Terkutuk kau Harry. Kau mengatakan sebuah kebohongan besar.
"Liar," Niall tertawa hambar. "Kita tidak bisa seperti ini terus Harry. Kalau memang kita mencintai gadis itu, kita harus berjuang secara sehat untuk mendapatkannya,"
Harry terdiam di tempatnya. Ia tahu cairan bening kembali memenuhi matanya. Namun sebisa mungkin ia menahannya karena ia tidak mau Niall mengkhawatirkan perasaannya.
"Aku tahu aku selalu sakit saat melihatmu bersamanya, tapi jika itu membuat Naya senang akupun akan senang hati dan ikhlas menerimanya. Setidaknya aku bisa memastikanmu untuk menjaganya dengan baik. Tapi yang kau lakukan itu bodoh Harry. Kau ingin aku bahagia tapi dirimu sendiri terluka. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi padamu.."
"Then, what I'm supposed to do?" Harry mengerang kesal. Ia mengacak rambutnya frustasi.
Niall tidak pernah melihat Harry sefrustasi ini sebelumnya karena memang Harry bukan orang yang mudah bercerita tentang apa yang sedang ia rasakan. Harry selalu memendam semua masalahnya sendiri. Bahkan kadang Niall bingung kenapa Harry bisa setegar itu.
"Do you really love her right? Then, you have to fight for your love Harry," Niall mengusap rambut curly Harry lembut.
"I'm sorry Niall, i can't handle this fucking feeling.." Harry menangis pelan. Niall segera merengkuh tubuhnya.
"Shhh, me too Hazz. Menyedihkan sekali ya kita harus menyukai gadis yang sama,"
"I hate my self. I can't let my brother happy with his crush," Harry semakin terisak dalam pelukan Niall. Ia bahkan tidak bisa menahan dirinya untuk berhenti menangis.
"Hei, don't blame your self like that. That's not your fault. Kita harus memperjuangkan cinta kita Harry. Karena setelahnya kita tidak perlu khawatir akan kehilangan satu sama lain kalau kita saling berjuang," Niall mengusap pundak Harry dengan sayang. Niall tau ini adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalahnya dan Harry.
"Kau pasti lelah terus-terusan berusaha menjaga sikap agar tidak menyakitiku, iya kan?" Niall tertawa kecil. "Akupun lelah Harry, ini semua membuat hubungan persahabatan kita sedikit renggang. Aku tidak bisa jika aku harus memiliki jarak denganmu,"
"This is really kills us slowly, isn't it?"
"Yeah, really hard to realized that you're my rival now hahaha"
"Stop it Niall,"
"Okay hahaha, berhentilah menangis Harry. Your crying is really heartbreaking too. Matamu terlihat sangat sembab,"
Harry terkekeh dibuatnya. Ia menghapus air mata yang tersisa di matanya.
"Kurasa aku akan mencuci muka sebelum Naya dan The Boys datang," Harry hendak beranjak dari tempatnya namun lagi-lagi Niall menahannya.
"Harry, sebelum kau mencuci muka, aku mau kau berjanji satu hal padaku"
"What's that?"
"Kalau kau adalah orang yang berhasil mendapatkan Naya, berjanjilah kau tidak akan menyakitinya, kau akan menjaganya dengan baik, dan jangan sampai kau membuat Naya menangis karena dirimu sendiri." Niall tahu, kesempatannya untuk mendapatkan Naya tidak sebesar kesempatan Harry.
Naya mencintai Harry, dan akan selalu begitu. Setidaknya itu yang Niall baca dari buku diary Naya. Ia juga tidak ingin berharap terlalu tinggi karena ia mencintai seseorang yang sudah jelas mencintai orang lain.
"Berjanjilah padaku Harry. Aku ingin memastikan bahwa Naya akan bahagia bersamamu, dan ku rasa itu akan mempercepat proses move onku.." Niall menatap Harry penuh harap. Tentu saja Niall ingin gadis itu tetap bahagia walaupun itu bukan bersamanya.
Harry mematung di tempatnya. Hawa panas menusuk dirinya seakan ingin membunuhnya saat ini juga. Ia merutuki dirinya sendiri karena semakin terjebak dengan permainan sialan ini. Harry melihat ragu jari kelingking Niall yang menunggu untuk dikaitkan dengan jari kelingking miliknya.
"Aku berjanji," Harry menelan ludahnya berat. Ia menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Niall dan berharap bahwa ia benar-benar bisa menepati janjinya itu. Namun ia juga harus mempersiapkan dirinya untuk segala resiko yang akan ia dapatkan karena ia sendiripun tidak yakin ia bisa memenuhi janji itu.
"Thank you Harry,"
"Anything for you, Niall.."
~~~~~
pendek gais maapin heheheu
voments please?👉👈
btw jujur ya cerita ini tu aneh gasih? jawab jujur yaaaa flishhhh
ga pede bgt buat up lanjutan nya padahal udah selesai😭
KAMU SEDANG MEMBACA
what if...?
Fanfiction[Completed] -- "What if... I call you that you're a Draiocht?" "What is that Niall?" "In Irish we say Draiocht for a magic!!" "Am i a magic for you?" "Yeah, everything about you is magic, Naya. Do you agree Harry?" "Yeah, I do Niall. But, we have...