give your vomments please? im begging you👉👈
⚠️ – little bit harsh words & fighting.
Please, read at your own risk!!anyway, happy reading!💗
~~~~~
-Naya's pov-
"Danish, kakakmu yang paling cantik pulang!!!" aku membuka pintu kamar Danish lebar-lebar.
Ku lihat ia sedang asik dengan macbook yang ku kirimkan dari New York sebulan lalu. Tentu saja dari hasil kerjaku sebagai asisten One Direction.
Danish terperanjat kaget lalu segera berhambur di pelukanku. "Naya?!!"
"Long time no see brother!!" pekikku senang membalas pelukan Danish.
"Kenapa tidak mengabari dulu kalau mau pulang huh?! Aku bisa menjemputmu di bandara,"
"Aku kan ingin surprise, masa harus bilang dulu," kataku seraya melepaskan pelukan Danish.
Omong-omong, aku hanya beda setahun dengan Danish. Kendati begitu Danish mempunyai wajah yang lebih dewasa dari aku. Banyak orang yang salah mengira kalau ia adalah kakakku. Bahkan kalau yang tidak tahu kami ini kakak beradik pasti mengira Danish itu pacarku.
"Dimana mom? Aku mencarinya keliling rumah tapi tidak ada,"
"Ah ya, mom sedang ke rumah bibi Karen untuk menemaninya karena paman Preston sedang ada dinas."
Aku mengangguk paham dengan kalimat Danish. Selanjutnya aku merebahkan tubuhku di kasur Danish. Ah, aku mengalami jetlag karena berjam-jam duduk di pesawat.
"Bagaimana pekerjaanmu? Menjadi asisten idolamu sendiri?" tanya Danish membuka percakapan.
"Well, tidak terlalu buruk. Mereka sama persis dengan yang ku lihat di tv. Berisik dan sulit diatur.." Bibirku melengkung kecil di ujung kalimat. Momen bersama The Boys mulai berputar di kepalaku.
"Ahaha aku tahu itu," kekeh Danish. "Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan Harry? Bisa-bisanya kau tidak cerita padaku ya. Kemarin aku melihatmu di tv datang ke red carpet bersama Harry. Kali ini aku jujur, kau cantik sekali Nay. Tapi sayangnya, aku tidak bisa menonton acaranya sampai habis karena mom menyuruhku untuk mengantar kue huhh.."
Kalimat Danish berhasil membuatku terkejut setengah mati. Astaga. Hubunganku dengan Harry? Yang benar saja.
"Aku tidak ada hubungan dengannya."
"Huh? Jangan bohong kau Naya!!" Danish malah menoyor kepalaku. Sialan. Adik tidak tahu diri.
"Siapa yang bohong?! Aku memang tidak ada hubungan dengan Harry!!" ucapku sewot lalu membalasnya dengan melempar bantal ke wajahnya.
Pikiranku kembali melayang ke saat sebelum aku pulang. Aku sempat peluk-pelukan dulu dengan The Boys karena akan berpisah selama sebulan. Lalu pada saat bagian Harry memelukku, ia mengatakan 'I love you' padaku. Aku tahu aku tidak salah dengar. Tapi aku tidak mau ge'er juga. Jadi aku tidak terlalu menggubris perkataannya. Padahal tiga kata itu terus terulang-ulang di kepalaku. Astaga.
"Aku heran, bagaimana bisa kau tidak mengakui Harry sebagai pacarmu huh?!" Danish mengambil macbook dan membuka youtube lalu mengetikan sebuah keyword. Aku memutar bola mataku malas.
Sengefans-ngefansnya aku dengan Harry, aku tidak mau berpura-pura mengaku Harry itu pacarku. Statusku yang sekarang menjadi asisten mereka membuat aku harus profesional dan tidak lagi berfangirl atau menghalu. Walaupun sebenarnya sekali fangirl, akan tetap fangirl.
KAMU SEDANG MEMBACA
what if...?
Fanfic[Completed] -- "What if... I call you that you're a Draiocht?" "What is that Niall?" "In Irish we say Draiocht for a magic!!" "Am i a magic for you?" "Yeah, everything about you is magic, Naya. Do you agree Harry?" "Yeah, I do Niall. But, we have...