"Astaga! Naya menjadi trending topic di Twitter!!" Zayn berteriak heboh sambil menunjukan layar ponselnya pada sahabat-sahabatnya.
"Harry's new girlfriend fights with paparazzi?!" Liam mengerutkan dahinya bingung.
"Ku rasa publik belum mengetahui siapa Naya," kata Zayn sambil terus membaca artikel tentang Naya.
"Ya mereka selalu menyimpulkan sendiri" sahut Louis. "Sekarang dimana Niall? Ia pasti tahu persis bagaimana kejadiannya,"
"Ia ada di kamar Lou, mereka semua shock dengan kejadian itu." Jawab Liam sambil menyeduh teh hangatnya. Udara sore hari ini memang sangat dingin. Sepertinya akan turun hujan nanti malam.
"Naya sangat keren you know guys, ia membela Harry saat paparazzi menyebutnya womanizer. We all know Harry is not like that," ucap Louis sambil berjalan menuju lantai dua. Ia ingin ke kamar Harry dan Niall untuk bertanya tentang kejadian Naya 'melabrak' paparazzi.
"Kadang aku berfikir menjadi Harry itu enak. Ia diberi kesempatan oleh management untuk dekat dengan banyak perempuan cantik. Tidak seperti aku, yang hanya ingin bertemu Perrie susahnya setengah mati. Tapi, kalau kejadiannya seperti ini aku juga tidak tega melihat Harry.." Zayn menaruh ponselnya sembarang.
Ia sudah tidak mood membaca trending topic hari ini lagi karena beritanya semakin tidak masuk akal. Banyak dari berita itu yang menjelekan nama Harry. Zayn tidak suka melihat salah satu sahabatnya mendapat nilai jelek di mata publik.
"Ya, secara tidak langsung management yang menyebabkan Harry dicap seperti itu" Liam memijat keningnya perlahan. Ia juga merasa pusing dengan kejadian hari ini.
"Kau tahu Liam, saat Naya menjemputku dan Louis, she was really taking care of me and Lou. Bahkan ia membuat paparazzi membukakan jalan untuk kita. She did it so well. Aku merasa seperti dijaga oleh Paul," cerita Zayn sambil mengambil tempat di sebelah Liam.
"Zayn, kita sangat beruntung memiliki Naya sebagai asisten dan teman kita. Ia tahu bagaimana cara membuat kita merasa senang, nyaman, dan aman. Aku akan sangat marah kalau Naya sampai kenapa-napa,"
"Tapi pernahkah kau berfikir Liam, kenapa Mr. Claffin merekrut Naya? Ia hanya seorang gadis berusia 18 tahun. Ia bekerja bersama One Direction. Kita sering mengeluh kita akan kehilangan masa remaja kita pada Mr. Claffin, tapi kenapa Mr. Claffin seperti tidak memikirkan hal itu pada Naya? Management seolah tidak peduli dengan apapun kecuali uang dan popularitas,"
"Zayn.. Tolong jangan buat emosiku naik sekarang."
"Aku beruntung Naya menjadi bagian dari kita, but deep down aku sedih ia akan menjalankan kerasnya hidup di dunia entertainment. Ku harap aku bisa memaafkan diriku karena aku menjadi salah satu alasannya berada disini." Zayn beranjak pergi. Ia menuju kamarnya meninggalkan Liam sendiri di sofa bed.
Liam membenarkan semua kalimat yang Zayn ucapkan. Ia senang dengan kehidupannya di One Direction tapi di balik itu semua banyak hal yang sebenarnya sangat menyakitkan untuk dirasakan. Tapi apapun yang terjadi sekarang, itu adalah resiko yang harus ia jalani karena ia empat sahabatnya itu yang membuat diri mereka terjebak dalam dunia yang penuh duri tajam ini.
"Hei, dimana Zayn?" tanya Louis yang tiba-tiba merebahkan badannya di sofa bed.
"He's in his room,"
"Mereka ada di kamarnya dan mereka juga mengunci pintunya."
Liam tau, Louis masih penasaran dengan kejadian tadi.
"Aku masih penasaran dengan kejadiannya Liam. Aku masih tak percaya Naya bisa seberani itu dengan paparazzi,"
Benar kan dugaan Liam?
KAMU SEDANG MEMBACA
what if...?
Fanfiction[Completed] -- "What if... I call you that you're a Draiocht?" "What is that Niall?" "In Irish we say Draiocht for a magic!!" "Am i a magic for you?" "Yeah, everything about you is magic, Naya. Do you agree Harry?" "Yeah, I do Niall. But, we have...