***
Jeno membelalakkan matanya mendengar cerita renjun
"Ge, bisa aja ayah bohong" ujar haechan
"Tapi bisa aja semua ini kenyataan Chan"
Haechan meringis pelan sambil memijat keningnya, ia masih belum sehat total tapi malah disuguhi cerita penuh drama dari renjun
"Ge, ngapain sih ngunjungin ayah lagi" ujar jaemin kesal
"Kalo sampe bener bukan ayah yang ngelakuin itu, kita bakalan ngerasa bersalah banget Ak"
"Walau pun bukan ayah yang ngelakuin, apa Gege bisa maafin semua kesalahan ayah?"
"Dia tetap ayah kita mas" lirih renjun sambil menatap ketiga saudaranya
"Mas ga setuju, kita juga gaada bukti yang kuat buat ngelepas ayah"
"Gege bener mas" gumam haechan pelan
"Haechan!" Bentak jaemin sambil menggeleng
"Ak, kita harus cari tau dulu"
"Mas ga setuju sama mereka kan mas?" Lirih jaemin sambil menatap Jeno penuh harap
Jeno tampak bimbang lalu menatap jaemin
"Kita tanya Abang aja ya?"
"Maaass" rengek jaemin
Brak
Keempatnya menoleh kearah pintu yang terbuka kasar
"Abaaaang" tangis si bungsu terdengar nyaring memenuhi ruangan membuat keempatnya kaget
"Jisung kenapa?" Tanya renjun langsung memeluk adiknya
Tak berapa lama chenle masuk dengan tangis yang tak kalah kuatnya di susul oleh Taeyong dan Jhonny
"Bang, mereka kenapa?" Tanya jaemin sambil memeluk chenle
Jhonny dan Taeyong tampak lirik dengan siku nya yang beradu menyuruh salah satu dari mereka untuk menjelaskan
"Bunaaa"
"Cup cup cup, iya nanti kita telfon Buna, udah jangan nangis" ujar renjun
"Villa di Bandung kebakaraaaan" rengek jisung di balik dekapan renjun
"Hah?" Gumam haechan
"Buna? Bang Mark?" Tanya Jeno
Jhonny dan Taeyong serentak menggeleng sambil menundukkan kepalanya
Haechan memejamkan matanya saat merasa dadanya nyeri, ia meremas kaos nya kuat
"Haechan" ujar Jeno kaget saat haechan hampir saja terjatuh
"Buna" lirih haechan pelan sebelum akhirnya benar benar memejamkan matanya
***
Jeno menatap punggung keempat saudaranya yang tengah mengelilingi tubuh Wendy yang di vonis bahwa wanita paruh baya itu mengalami mati otak
Chenle menatap jisung yang sedari tadi hanya diam, tak ada air mata sejak mereka sampai di bandung
Chenle menggenggam tangan jisung lalu kembali menatap kearah Buna nya
Renjun masih setia mengelus punggung jaemin yang tak pernah menghentikan air matanya sejak keberangkatan mereka
Ia takut saudaranya sakit, tapi ia juga tidak bisa membendung rasa sedihnya
"Jen" panggil Oma nya
Jeno menoleh, ia tersenyum kecil saat melihat Oma nya merentangkan tangannya
"Jeno kangen Oma" gumam Jeno pelan lalu memeluk Oma nya
yoona menitikkan air mata nya lalu mengelus rambut Jeno
"Maafin Oma ya sayang"
"Oma ga salah" lirih Jeno mencoba tetap tegar
"Kamu harus ikhlas kan Buna ya?" Ujar yoona sambil melepas pelukannya
Jeno mengangguk kecil
"Kita fokus sama kesembuhan abang"
"Bagaimana pun caranya, Oma bakalan nemuin pelakunya" ujar yoona
Jeno mengangguk mengerti
"Jeno cuman bisa berharap sama Opa sama Oma"
"Makasih ya sayang, kamu anak yang kuat" ujar yoona
Jeno tersenyum kecil lalu kembali memeluk yoona
Di tengah kesedihan mereka tiba tiba pintu ruangan itu terbuka, menampilkan seorang laki laki berseragam rapi yang menghampiri mereka
Jeno melepaskan pelukannya dari yoona lalu membungkukkan badannya sedikit untuk menyapa laki laki itu
"Dari kalian berempat, renjun yang paling tua?" Tanyanya
Renjun menoleh saat namanya di sebut, ia lalu mengangguk kecil
"Bisa kita semua bicara sebentar?" Tanya Siwon yang mereka tau adalah pengacara Wendy
Renjun pun mengajak ketiga adik nya itu untuk berkumpul dengan Siwon
"Pertama Tama saya turut berduka cita atas kejadian yang menimpa buna kalian"
Mereka mengangguk mengerti untuk menanggapi perkataan Siwon
"Saya ingin menyampaikan pesan terakhir Wendy"
"Maksud om? Wasiat? Buna belum bener bener meninggal om" ujar jaemin sambil menggeleng
"Sulit untuk memberi harapan kepada pasien mati otak" ujar Siwon sambil menggeleng pelan
"Saya tidak akan menyampaikan surat wasiat seperti yang kalian fikirkan itu sekarang, saya cuman ingin menyampaikan keinginan Buna kalian"
"Keinginan?"
"Dia minta untuk jantung dan kedua ginjalnya di donor kan untuk anak anaknya"
Renjun menghela nafasnya berat dan langsung menunduk dalam
Air matanya tumpah begitu saja membuat Jeno yang ada di sebelahnya hanya bisa memeluknya mencoba menenangkan
"Dan kondisi haechan bisa dibilang kritis"
"Hah? Haechan? Tadi, tadi haechan baik baik aja kok" ujar jaemin mulai tergagap karena kaget
"Barusan dokter mengabarkan bahwa kondisi haechan benar benar drop, jika kita tidak melakukan operasi segera. Mungkin haechan tidak bisa di selamatkan"
Tangis renjun semakin pecah, badannya bergetar hebat mendengar semuanya
Jeno mengeratkan pelukannya, ia tahu ini adalah keputusan yang berat tapi mereka semua harus menghadapi nya