***
Jeno, haechan dan Renjun saling tatap karna jaemin yang tak mau keluar dari selimut
"Aa makan dulu dong" bujuk Renjun sambil menarik selimut jaemin namun segera di tarik lagi oleh si pemiliknya
"Aa kenapa sih" tanya haechan kepada ayahnya
"Ayah juga gatau" ujar Chanyeol bingung
"Aa ga pengap apa di dalam selimut terus" ujar haechan
Jaemin masih saja diam, bukan tidur, ia hanya tak ingin berbicara
"Aa kenapa? Ayah tadi ada salah ya?" Tanya Chanyeol
"Aa mau tidur, jangan diganggu" Sri jaemin dari balik selimut
Keempatnya pun hanya bisa menghela nafasnya berat, manja sekali Aa ini
"Mungkin Aa kecapean yah, biar kita aja yang bujuk As besok" ujar Renjun
Chanyeol pun hanya mengangguk samar, ia mengelus punggung jaemin lembut lalu memilih untuk keluar
"Kalian juga tidur aja"
"Lah terus Lo?" Tanya haechan
"Ck, berisik, udah tidur aja" sinis renjun
Haechan menajamkan matanya namun Renjun hanya menatapnya datar
"Apasi" ujar Renjun
Haechan pun hanya mencebik sebal lalu menyusul Jeno ketempat tidur masing masing
"Kalo butuh sesuatu bilang" ujar Renjun sebelum meninggalkan kasur jaemin
Mereka pun akhirnya memilih untuk tidur saja
Jaemin sendiri masih belum bisa tidur, ia masih keringat dingin, bahkan ia dengan susah payah menahan tremornya dengan cara menggigit bibir bagian bawahnya
Nafasnya kian memburu membuat dadanya naik turun
Jeno yang sejak tadi memang belum tidur pun tentu menyadari kalau ada yang salah dengan jaemin
Dengan segera Jeno langsung turun dari tempat tidurnya lalu menghampiri tempat tidur jaemin
"Aa" panggil Jeno sambil menyingkap selimut jaemin
"Aa tenang ak, nafas nafas" ujar Jeno mencoba tidak panik namun tetap saja malah membangunkan Renjun dan Haechan
"Tuh kan Ada" ujar haechan segera menegakkan badan Jaemin
"Se sak hh" lirih jaemin
Renjun buru buru mengobrak Abrik isi nakas di samping tempat tidur jaemin
"Ini ini ini" ujar Renjun segera menyerahkan inhaler kepada jaemin
Jeno membantu memasangkan inhaler tersebut kepada jaemin
"Pelan pelan ak" ujar haechan
"Inhale, exhale, inhale exhale" ujar Jeno sambil mengelus punggung jaemin dengan lembut agar anak itu menjadi lebih tenang
Haechan merengkuh badan jaemin lalu memeluknya sedangkan Renjun tak tahu harus apa hanya bisa memijat kaki jaemin untuk sekedar menenangkan
"Calm down ak, disini ada kita" ujar haechan
"Kalo ada apa apa cerita ak, jangan di Pendem sampe sesak gini" ujar Renjun
Jaemin hanya menunduk dalam lalu menangis, ia bahkan terlalu malu untuk menceritakannya
"Aa aneh ya?" Tanya jaemin pelan
"Siapa yang bilang Aa aneh" ujar haechan emosi
"Abisnya cuman ngeliat orang ciuman aja Aa sampe trauma" gumam jaemin sambil mendongakkan kepalanya
"Kalo sampe besar nanti Aa ga dapat dapat jodoh gimana?"
Ketiganya hanya diam, walau orang lain fikir ini seperti lelucon tapi bagi mereka ini cukup serius
Mereka tau trauma bukan lah hal yang mudah untuk di lupakan, karna masing masing dari mereka juga pasti punya trauma
"Aa capek kalo di hantuin masa lalu terus" ujar jaemin sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya
Haechan semakin mendekap jaemin erat begitu juga Jeno
"Jangan sedih ya ak, pasti ada jalan keluarnya" ujar Renjun ikut memeluk ketiga saudara kembarnya itu
"Aa takut bunda kecewa"
"Kita usaha bareng bareng, pasti kalo nanti Aa ketemu cewek yang bener bener Aa sayang pasti Aa bisa deh ngelupain dark memory nya Aja, percaya sama adek" cerocos haechan dengan sepenggal pengetahuan dan kepercayaan dirinya demi membantu saudaranya
"Sekarang Aa istirahat dulu, besok kita fikirin caranya" ujar Renjun
Haechan mengangguk lalu melepas pelukannya begitu juga dengan Jeno
"Mau ditemenin?" Tanya haechan
Jaemin pun mengangguk
"Emangnya muat kalo tidurnya berempat?" Tanya Jeno membuat ketiga lainnya berfikir
"Kita tidurnya mereng mereng aja kaya otak echan" seru renjun
"Hina aja terus" sinis haechan
Jaemin pun terkekeh, beruntung sekali ia punya saudara yang baik seperti mereka bertiga
***
Mark memiringkan kepalanya bingung melihat si kembar empat itu tidur dempet dempetan di kasur jaemin
"Ngapain sih mereka tidur sempit semptian gini?" Tanya Mark
"Tau, pengen so sweet so sweetan kali sebelum di pisahin" ujar chenle dengan santainya
"Emang mereka mau kemana?" Tanya jisung
"Mau di jemput sama malaikat maut, Icung mau ikut?" Tanya chenle membuat Jisung melotot
"Heh! Lele gaboleh ngomong gitu! Mau kata katanya dikabulin sama yang diatas!?" Tegur Mark
Chenle hanya cengengesan sambil menggeleng
"Berncada"
"Kalian ngapain disini?" Tanya Renjun yang pertama bangun
"Mau main" ujar Jisung semangat
"Main sama mas aja" ujar Renjun bangkti dari tempat tidur jaemin lalu berjalan ke tempat tidurnya
Ia ingin melanjutkan tidurnya di hari Minggu yang tenang ini
"Mas mas, ayo main" ujar Jisung sambil membangunkan Jeno
"Mas masih ngantuk dek" ujar Jeno sambil bangkit lalu berjalan ke kasurnya
"Abang Abang"
"Jangan ganggu, Abang lagi serius" ujar haechan masih memejamkan matanya
"Serius ngapain?" Tanya jisung
"Serius tidur" jawab haechan seadanya
"Ah ga asik nih, udah ah Icung main sendiri aja" ujar Jisung lalu keluar
"Ikut" seru chenle langsung mengejar Jisung
Mark yang ditinggal sendiri pun hanya bisa menggeleng geleng, ia lalu duduk di kasur jaemin
"Ayo bangun, sarapan duku nanti maagnya kumat"
"5 menit" lirih jaemin sambil menggeliat tak senang
"Chan"
"5 menit bang"
Mark menghela nafasnya panjang lalu berjalan kearah ranjang Jeno
Jarang Mark temukan Jeno tengah tertidur pulas, setiap ke kamar si kembar pasti ia selalu menemukan jeno yang tengah belajar atau pun mengurus hal hal lainnya, jadi lah ia segan membangunkan Jeno dan berakhir berjalan ke tempat tidur Renjun
"Ge, bangun yuk, makan dulu"
Renjun menggeliat malas lalu menarik selimutnya lebih tinggi
"Nanti maagnya kumat ge"
"5 menit" ujar Renjun
Mark kembali menghela nafas panjang, benar benar menyebalkan
Untung sayang