***
Jaemin memeluk jisung erat, ia menangis cukup kuat saat mendengar cerita dari jisung
Sejenak ia melupakan sakit di dadanya tadi, semua terganti begitu saja saat melihat keluarganya datang dengan kondisi babak belur
"Chenle hanya mengalami shock ringan, sebentar lagi mungkin akan sadar, tidak ada cedera yang serius selain bekas merah di lehernya, nanti saya akan resepkan salep untuk membantu menghilangkan bekas merah merah di lehernya"
"Makasih dok" ujar Jeno sambil membungkukkan badannya sopan diikuti oleh anggota keluarganya yang lain sebelum akhirnya dokter itu pun pergi dari ruangan itu
"Maafin Aa maafin Aa" lirih jaemin pelan sambil terus menangis
Jisung membalas pelukan jaemin lalu mengelus punggung jaemin pelan
"Ini bukan salah Aa kok"
"Seharusnya Aa jemput kalian" lirih jaemin
"Udah Ak, kita udah gapapa kok" ujar Chanyeol
"Maaf ayah" ujar jaemin masih terus terisak
Chanyeol mengangguk mengerti lalu mengelus rambut jaemin lembut
"Gapapa, semua bakalan baik baik aja setelah ini" ujar Chanyeol
Jaemin pun melepaskan pelukannya dari jisung lalu memeluk ayahnya
"Maaf, maaf, maaf ayah" ujar jaemin masih terisak
"Iya gapapa, kamu ga salah apa apa"
"Seharusnya Aa percaya sama ayah dari dulu, seharusnya Aa bisa ikut lindungin kalian"
"Aa udah, jangan nyalahin diri sendiri" ujar haechan
"Aa ga salah kok, ada atau pun gaada nya Aa tadi disana semuanya bakalan tetap terjadi" ujar Chanyeol
"Iya Ak, kita sama sama lalai buat ngejagain lele sama icung, ini bukan sepenuhnya salah Aa" jelas Jeno
"Lagian kita juga gabakalan bisa nangkep pelaku yang celakain Gege dulu kalo bukan karena kejadian ini, jadi stop nyalahin diri sendiri Ak" ujar haechan lalu diangguki oleh seluruh anggota keluarnya
"Abaang" lirih chenle membuat semuanya menoleh kearahnya
"Lele? Udah bangun?" Ujar jisung heboh langsung berlari ke kasur chenle
Chenle menatap jisung dengan mata sayunya lalu tersenyum kecil
"Untung icung ga kenapa napa" gumam chenle sambil tersenyum
Jisung memanyunkan bibirnya dengan matanya yang berkaca-kaca siap untuk menangis
"Lele maafin icuuung" ujar jisung mulai menangis
"Aduh kenapa jadi nangis semua sih" ujar renjun panik
"Udah udah jangan nangis, nanti lelenya makin pusing, kan lele baru bangun" ujar haechan
Jisung pun segera mengusap air matanya menyisakan sesenggukan kecil yang membuat banyak orang gemas menatapnya
Tok tok tok
"Permisi"
Mereka semua serentak menoleh kearah pintu kamar yang terbuka pelan
"Keluarga mark dirgantara?"
***
Mereka semua langsung berlari ke ruangan Mark saat mendengar berita dari suster tersebut
Jeno membuka pintu kamar Mark kasar lalu berlari kearah ranjangnya
Matanya sudah berkaca kaca menahan bendungan air mata yang mungkin bisa pecah kapan saja
"Abang" lirih haechan saat melihat Mark kini sudah membuka matanya
Jaemin dan jisung pun mulai menangis lagi melihat Mark kini sudah bangun
"Kalian dari mana?" Lirih Mark
Ia sudah bangun hampir sejak satu jam yang lalu namun sama sekali tak ada orang di sekitarnya, sampai akhirnya seorang perawat datang untuk melakukan pengecekan yang terjadwal, ia menjadi orang pertama yang menyadari bahwa Mark sudah siuman
Tak terasa Jeno mulai menitikkan air matanya, hari ini benar benar hari yang panjang untuknya dan saudara-saudaranya
"Kalian semua kenapa?" Tanya Mark bingung melihat keluarganya yang dipenuhi luka luka
"A ayah?" Gumam Mark kaget saat melihat ayahnya ada disana
"Tangan ayah? Kenapa?" Tanya Mark bingung
"Buna? Buna mana?"
Dan dengan anehnya tangis mereka semua pecah saat Mark mulai menanyakan semua hal aneh yang terjadi
"Kalian semua kenapa? Abang udah tidur berapa lama?"
"Empat bulan! Abang ninggalin kita selama itu" ujar jaemin masih sesenggukan
Mark mengernyitkan dahinya, ia bahkan merasa bahwa kejadian itu terjadi baru kemarin
"Buna? Buna mana?" Tanya Mark sambil menatapi anggota keluarganya satu persatu
Semua nya hening, mereka hanya bisa menangis saat Mark bertanya seperti itu
Mark menggeleng pelan. Tidak mungkin, tidak mungkin apa yang ia dengarkan selama ini benar
Ia masih bisa mengingat semua cerita cerita Jeno yang ia bisikkan setiap hari di kuping Mark
Namun Mark masih belum bisa percaya dan menerima kenyataannya
Ia menutup matanya tak percaya dan dalam hitungan detik air matanya jatuh tanpa izin
Jeno pun memeluk Mark erat membiarkan tangis mereka pecah di ruangan tersebut
***
Hayo siapa yang kangeeEeeEEeen