calon tersangka

9.5K 977 6
                                    

***

Jeno menahan nafasnya mendengar pembicaraan kedua insan itu

Dadanya terasa sakit mendengar pengakuan jisung

Entah bagaimana perkataan itu berhasil meyakinkan Jeno bahwa adiknya bukan lagi anak kecil yang dulu ia tatap sebagai mahluk yang rapuh dan harus selalu ia lindungi

Ia tahu saat seperti ini akan tiba, hanya saja ia tak menyangka akan datang secepat ini

"Mereka pacaran?" Tanya chenle

Jeno menoleh kearah rekan detektif gadungan nya ini lalu tersenyum

Terkadang ia merasa chenle jauh lebih dewasa dibanding jisung, tapi ternyata ada saat saat dimana chenle terlihat lebih polos di banding si bungsu

"Udah jangan di ganggu" ujar Jeno segera menarik chenle

"Iiihhh tunggu dulu Maas, kita harus liat, ini Ade kita mau pacaran" omel chenle

"Ade Ade, dia seumuran kamu!"

"Tapi kan tetap Ade"

"Udah ah, mending kamu cari pacar juga sana!" Ujar Jeno lalu berjalan meninggalkan chenle

"Eh mas! Mas! Ck! Malah ditinggal"

***

"Kenapa engga sekolah?" Tanya renjun

"Sakit" ujar jaemin sambil memberikan apel yang baru ia kupas kepada renjun

"Kenapa bisa sakit?" Tanya renjun lagi

"Banyak nanya deh, kaya wartawan"

"Gege nanya serius"

"Aa juga gatau, yaudah sih, yang penting udah ga kenapa Napa"

"Jangan suka nyepelein kesehatan" ujar haechan

"Kenapa? Situ udah berpengalaman nyepelein kesehatan?" Ledek jaemin membuat haechan hampir saja melempar apel nya

Jaemin terkekeh lalu bersembunyi di balik badan renjun

"Ge" panggil haechan

"Hm?"

"Tiba tiba ke fikiran"

"Lo bisa mikir?" Tanya renjun

"Ck, serius ge" ujar haechan kesal

"Iya iya, kenapa?"

"Mereka bilang Buna sama Abang di serang"

"Kenapa bahas ini sih" gumam jaemin sambil memanyunkan bibirnya

Renjun mengacak rambut jaemin pelan lalu kembali fokus kepada haechan

"Siapa yang nyerang Buna sama Abang?"

"Kita juga gatau, cuman Abang yang tau, dia satu satunya saksi yang masih hidup"

"Ayah udah di penjara" gumam haechan membuat ketiganya saling tatap

"Apa mungkin yang ayah bilang itu emang bener bener bukan ayah yang lakuin?" Tanya haechan

Jaemin menghela nafasnya berat lalu menyenderkan keranjang renjun

"Kita harus ngadain penyelidikan lebih lanjut" ujar renjun

"Tapi kita ga punya bukti sama sekali, mau nuduh siapa juga gatau"

"Kita punya tersangka" ujar jaemin sambil memainkan jarinya

"Maksud Aa?"

"Irene" ujar renjun

***

Sepulang sekolah Jeno memutuskan untuk langsung kerumah sakit bersama dua bocah itu

Tapi ia tidak langsung keruangan renjun dan haechan

Ia melangkah memasuki ruangan lain

Ruangan tempat Mark di rawat

Ia memasuki ruangan tersebut dalam diam lalu duduk di samping ranjang Mark

Ia pernah berjanji kepada Mark akan menceritakan semuanya kepada Abang nya itu selama Mark masih bisa mendengar nya

Banyak yang bilang orang yang berada di posisi koma masih bisa mendengar jadi Jeno memutuskan untuk datang setiap hari ke ruangan Mark dan menceritakan apa yang ia alami seharian

"Masih betah aja tidurnya bang" ujar Jeno

"Hari ini mas nyaksiin Ade kita ngomong hal yang bener bener dewasa"

"Kalo Abang lagi bangun juga mungkin Abang sama kagetnya kaya mas"

"Dia bilang dia gamau nangis di depan Abang abangnya. mungkin, Maksudnya dia takut nyusahin"

"Dulu mas fikir dia masih kecil, harus di lindungin, tapi tanpa sadar dia udah terlalu besar buat mas"

"Apa ini yang Abang rasain selama ini?" Gumam Jeno sambil mengelus tangan Mark yang terbebas dari infus

"Selama ini mas ga sadar jadi Abang itu bakalan seberat ini"

Jeno menghela nafasnya berat

"Mas gatau bakalan setakut ini. Posisi ini kayanya cuman bisa di isi sama Abang" ujar Jeno

"Mas ga yakin bakalan kuat buat bertahan lebih lama lagi" lirih Jeno

"Jadi mas mohon cepat bangun bang, mas butuh Abang" gumam Jeno sambil mengeratkan genggamannya

brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang