1

234 42 16
                                    

~GAC - Bahagia~

Kenapa setiap orang sulit untuk berkata maaf, permisi, dan terima kasih? Padahal, kata itu tak lebih panjang dari mengghibah. Atau mungkin memiliki jumlah yang sama dengan ketiganya. Lalu, kenapa kita masih gengsi 'tuk mengatakannya?

•••

Aku mengayuh sepeda secepat mungkin. Menembus keramaian jalan raya dan padatnya jalan. Itu semua kulalui demi bersekolah di sekolah negeri favorit idamanku. Hingga-

Ting ting ting

Sial! Kenapa bel sudah berbunyi? Padahal, tinggal sedikit lagi. Tapi, kenapa kayuhanku kian melambat? Oh tidak! Aku harus kembali bersemangat. Menembus badai dan melewati segala rintangan. Dan yah ... Aku hampir saja sampai di depan gerbang. Ya ... Akhirnya aku-

Bugh

"Aa ...," pekikku ketika seseorang baru saja menabrak belakang sepedaku. Aku terjatuh dengan siku yang mendarat mulus di aspal. Menolehkan kepala ke arah sang pelaku.

"Woi, kalo naik sepeda lihat-lihat dong. Kalo mobil gue lecet gimana?" What? Kenapa aku yang disalahkan? Kan dia biang keroknya. Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan!

"Kok nyalahin, gue? Kan elo yang nabrak gue. Dasar gak tahu diri!" ucapku berkacak pinggang.

"Udah salah, masih ngoceh lagi! Dasar rendahan!" Apa? Rendahan? Berani-beraninya dia ngatain aku!

"Apa lo bilang? Emang yah, orang-orang di Indonesia itu pada gengsi. Gengsi kalo berhadapan dengan kata maaf, permisi, dan terima kasih. Ck, apa jadinya negeri ini nanti!" kesalku sembari membayangkan keadaan Indonesia. Keadaan yang sangat memprihatinkan dengan perilaku anak-anak zaman sekarang. Membayangkannya saja membuat gejolak amarahku kian membara.

"Maaf ya bu ustazah, gue lagi gak mau dengerin ceramah lo. Gue-"

Brak

Tiba-tiba saja terdengar sebuah suara yang kencang memasuki indera pendengaranku. Aku menolehkan kepalaku dan seketika mataku membulat-menemukan gerbang sekolah yang sudah terkunci. Dengan cepat, aku meraih sepedaku dan mengayuhnya menuju gerbang sekolah. Tak kupedulikan lagi rasa perih yang menjalar ke seluruh tubuhku.

"Pak! Pak satpam!" teriakku memanggil penjaga sekolah.

Namun, nihil! Tak satu pun aku menemukan seorang satpam yang berjaga di pos. Aku menundukkan kepala sedih atas musibah yang aku timpa. Meratapi nasib dan menunggu hingga upacara bendera selesai dilaksanakan. Sebatas info, hari ini adalah Senin. Itu artinya, seluruh siswa SMA Negeri 28 Surabaya akan melaksanakan upacara bendera. Dan ya, untuk siswa yang terlambat, akan diperkenankan masuk setelah upacara selesai. Tentu, mereka akan dapat hukuman dari guru bimbingan dan konseling serta guru penegak disiplin.

Tentu, aku tidak ingin hal itu terjadi. Itu akan menjadi pengalaman pertama dan terburukku di masa 3 tahun SMAku. Ya, bisa kalian tebak. Kalo aku kelas 12. Petanda jika aku akan segera lulus dan berkuliah di universitas favorit layaknya SMAku ini. Aku pun mencoba menggedor-gedor gerbang. Berusaha untuk menarik atensi satpam. Namun, apa yang terjadi? Semua usahaku sia-sia karena aku tak menemukan satu satpam pun menghampiri gerbang. Aku berpikir keras dan mencari-

"Dor!"

Aku menabrak gerbang dengan wajah ketakutan ketika seseorang menepuk bahuku dan mengagetkanku. Karena kesal, aku pun berbalik badan dan menemukan seorang cowok yang menabrakku tadi.

"Lo, ngapain di sini, hah? Sok-sokan banget jadi orang," cercaku sembari bersedekap dada. Cowok itu pun melangkah maju ke arahku dengan gaya arogannya.

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang