~ RAISA - COULD IT BE ~
Kalau kamu bulan, maka aku bintang. Kita akan selalu bersama dan berpijar di gelapnya malam. Melewati waktu berdua, hanya kamu dan aku
•••
Seminggu kemudian ....
Tok tok tok
"Iya, sebentar." Aku mendengus kesal. Sudah berkali-kali pintuku terketuk, namun aku mengabaikannya dan membiarkannya saja. Toh, aku lagi sibuk memakai seragam, masih saja diganggu. Dasar abang nyebelin! Semenyebelin tunangan.
"Cepetan, Fey! Kasihan Oqi. Sudah lama nunggu," teriak Bang Tyo membuat darahku mendidih. Bahkan, rambutku ingin rontok hanya gara-gara mendengar teriakan Bang Tyo. Aku menggeram kesal dan membuka pintu. Melongokkan kepalaku di sela-selanya.
"Ish, ini kan juga salah Abang. Abang sih gak bangunin aku."
"Emang kamu doang yang kesiangan? Abang juga keles. Untung aja Oqi ke sini. Kalo gak, bakalan molor kita sampe sore."
"Siapa suruh gak nyalain alarm."
"Eh, emang kamu nyalain?"
"Nggak."
"Ya udah, impas. Cepet, berangkat! Sarapanmu udah Abang masukin bekal."
"Iya-iya, makasih."
"Juga."
Cup
"Abang!!" teriakku ketika Bang Tyo justru lari terbirit-birit meninggalkanku disertai tawa menggelegar setelah curi-curi ciuman di keningku. Aku mendengus dan segera meraih ranselku dan berjalan masuk ke dapur. Mengambil bekal dan sebotol air mineral. Memasukkannya ke dalam tas sembari berjalan menghampiri Oqi.
"Fey berangkat dulu ya, Bang. Bye-bye."
"Bye-bye too, hati-hati." Aku mengangguk dan melambaikan tangan ke arah Bang Tyo. Berjalan menjauh memasuki mobil BMW Oqi.
"Tumben pake BMW, Lamborgini punyamu mana?" Oqi yang tengah melajukan mobilnya pun menoleh.
"Males aja pake itu. Lagi pingin make yang hitam aja." Aku beroh-ria dan mengalihkan pandanganku ke luar jendela. Tak membutuhkan waktu yang lama, kami pun sampai di sekolah.
"Nanti jangan lupa nungguin aku."
"Iya-iya, aku inget."
"Bagus." Aku membanting pintu Oqi dan Oqi pun melajukan mobilnya keluar kelas. Mungkin ia ingin memarkirkan mobilnya di markas andalannya. Ah, sudahlah.
Aku melirik jari tengah kananku. Tak menemukan sebuah cincin pun di sana. Kami sendiri sudah berjanji untuk menyimpan dan tidak memakainya ketika di sekolah. Dengan beralibi takut ditanya aneh-aneh oleh guru dan penghuni sekolah.
Aku mengedarkan pandanganku. Tak menemukan sesosok yang selama ini selalu mengusik hidupku dengan suara toa. Ah, rindu rasanya. Semenjak pertunanganku, ia selalu pergi atau jalan bersama Nendra, pacarnya. Ingin sekali aku menggantikan sosok Nendra. Eh, tapi dalam artian sebagai sahabat. Bukan pacar. Begini-begini, aku masih sadar diri untuk menyukai lawan jenisku. Bukan yang sejenis layaknya para lesbi. Enak saja!
Tiba-tiba saja pandanganku teralihkan pada deru mobil sport yang baru saja berhenti tepat di depanku. Aku melipat kedua tangan di depan dada dan menatap mobil itu lekat-lekat. Dan benar saja, seorang gadis keluar dari sana dengan senyum merekah bahagia. Melambaikan tangan pada sang empu pengemudi dan menutupnya. Memandangi kepergian sang pacar sembari terus melambaikan tangan ke arah mobil yang melenggang keluar dari area sekolah. Aduh ... So sweetnya sahabatku ini. Sampai senyum-senyum begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINDER (END)
Teen FictionR 15+ 《PART LENGKAP》 ~ Genre Spritual ~ Jarak membentang di antara kita. Memutus diri ini untuk berjumpa denganmu. Entah kapan kita bisa bertemu. Kuyakin, kita pasti akan bertemu. ~ Feyliska Rinkana Angel Dernando ~ "Aku yakin, kita pasti akan berte...