5

68 15 4
                                    

~MAHER ZAIN - THANK YOU ALLAH~

Sejatinya, setiap manusia pasti akan melakukan sebuah keburukan. Baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Namun, apakah bisa kita meminta maaf atas semua keburukan itu? Ingat! Allah itu Maha Memaafkan. Hendaknya kalian meminta maaf kepada orang-orang yang telah kalian sakiti. Dan janganlah kalian mengulangi perbuatan buruk itu lagi. Insyaallah, kalian akan mendapatkan ampunan dari yang Maha Kuasa. Atau mungkin pahala yang tak disangka-sangka

•••

Kring ....

"Ah, akhirnya selesai juga," legaku sembari menghapus peluh di pelipisku. Menarik napas dan meletakkan seluruh alat kebersihan di sudut ruangan.

"Iya bener, andai aja Prince Nendra gue ada di sini. Udah langsung gue telepon deh," ucap Jessi sembari meletakkan sebuah pel. Ya, hanya sebuah pel. Karena ia tak ingin memegang sikat, ember, maupun pembersih lantai. Cukup pel saja.

"Teleponin buat apa?" tanyaku sembari beranjak mencuci tangan di wastafel.

"Ya, buat jemput guelah. Makan bareng di kantin."

"Idih, dasar tukang perintah!"

"Biarin! Lagian, dia juga gak keberatan kok. Trus, kenapa gue harus merasa bersalah?"

"Jessi, setiap orang pasti memiliki kesabaran masing-masing. Nah, Kak Nendra mungkin ...." Aku terdiam dan berpikir. Sengaja menggantungkan ucapanku.

"Mungkin, apa?

"Sudah, lupakan! Yuk, buruan ke kantin. Gue laper banget. Sumpah! Tadi pagi gue belum sarapan."

"Oh my God! Lo gak sarapan? Why, Fey?"

"Lo tahulah, kalo gue itu cuman tinggal sama Abang. Dan kebetulan, Abang Tyo udah berangkat ke kampus. Yah, harus gimana, lagi? Gue terlambat bangun deh."

"Um ... Bang Tyo sudah ngampus, ya?"

"Ya sudahlah, masa iya libur terus, yang benar aja," sungutku sembari menatapnya tajam. Jessi pun menyengir sembari menggaruk tengkuknya.

"Udah, yuk ke kantin. Beneran nih gue laper," ucapku sembari menarik Jessi ke luar kamar mandi. Jessi pun berteriak kencang tatkala aku menariknya dengan sangat cepat.

"Fey-Fey. Bisa pelan dikit, gak? Capek nih kaki gue." Aku melepas pegangan tangan kami dan mulai berjalan pelan. Jessi terengah-engah dan segera menyamai langkahku.

"Btw, soal tadi, cowok yang bikin lo telat, sapa?" Aku menoleh dan menatap wajah Jessi. Huh, mulai kan keponya? Ya, seperti itulah Jessi. Tukang kepo tapi tidak laku. Eh, itu dulu sih. Sekarang sudah taken sama Prince ter-the best sejagad raya.

Ya, siapa lagi kalau bukan Danendra Okhtarya Aldhi Paramananda Raymound. Cowok terfavorit seantero SMA. Sampai sekarang pun, belum ada yang bisa menggantikannya. Katanya sih, ada 1 cowok angkatanku yang berhasil menyamai kehebatan Nendra. Dia itu berhasil mendapatkan nilai dengan selisih 0,01 dari nilai Danendra. Hebat, bukan? Ya, aku akui itu.

Tapi, sayang, aku tidak pernah bertemu dengannya. Aku sih juga belum pernah melihat kehebatannya. Baru pernah mendengarnya. Kalo kata Jessi, dia itu keren, sangat pintar, dan ... Ganteng pastinya. Fansnya saja menumpuk, termasuk Jessi. Tapi, aku selalu menyadarkannya agar ingat pacarnya. Kalau tidak, auto cemburu itu si es batu. Bisa rumit nantinya. Jessi, Jessi. Gini banget deh aku punya sahabat. Somplak sampai kuku-kukunya. Oh, tidak hanya sampai kukunya saja. Melainkan darahnya juga. Sabar-sabar.

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang