50

14 1 0
                                    

~ ROSSA FEAT AFGAN - KAMU YANG KUTUNGGU ~

Yakinlah bahwa Allah adalah pengatur jodoh yang terbaik di alam semesta. Dia adalah satu-satunya zat yang mengerti akan jodoh. Sehingga, bermohonlah kepada-Nya agar nanti kau dicarikan yang lebih baik darimu. Atau mungkin, meminta-Nya, agar dia-Yang kau suka menjadi jodohmu di masa depan

•••

"Jaga diri baik-baik, ya. Abang bakalan jemput kamu setiap liburan semester nanti. Oke?" Aku menyunggingkan senyum. Mempererat pelukan kami dan menganggukkan kepala.

"Iya, Abang juga. Jangan lupa makan. Trus, jangan tidur malam-malam. Entar, sakit lagi." Bang Tyo menyunggingkan senyum sumir. Berusaha menguatkan diri. Bisa kulihat, mata Bang Tyo yang memerah. Menahan tangisnya agar tidak meluncur keluar dari kedua retina matanya. Seperti halnya diriku saat ini.

"Fey, baik-baik ya di dalam. Kalo butuh bantuan, Fey bisa telepon Bunda. Oke?" ucap Bunda sembari mengelus-elus kepalaku. Aku menganggukkan kepala patuh dan memeluk bunda. Menguatkan hati ibu Oqi.

Ya, hari ini adalah hari pertamaku masuk pondok pesantren yang tak jauh dari universitas tempatku belajar yang berjarak sekitar 2 killometer dari pondok. Jika menggunakan sepeda. Yang spesialnya lagi, kali ini aku tidak hanya diantarkan oleh Bang Tyo. Bunda dan om Reno juga tampak ikut serta mengantarkanku. Karena ingin melepas kepergianku dan memastikan diriku baik-baik saja.

Awalnya, aku memang menolak mereka. Hanya saja, bunda tampak bersikeras dan memaksakan diri untuk mengantarkanku. Beralibi bahwa aku adalah calon menantunya. Aneh memang, tapi mau bagaimana lagi? Sudah kehendak bunda. Dan ya, hal itu pun terjadi di hari ini. Hari yang menjadi awal dari pribadiku selanjutnya.

"Kalo gitu, kami pamit dulu. Ingat! Kalo ada apa-apa, telepon kami. Dan kamu, Jessi. Tolong bantu dia ya, kalo ada masalah," titah Bunda kepada Jessi yang sedari tadi berdiri di sebelahku.

"Siap, Tante!" ucap Jessi sembari memberikan gerakan hormat. Bunda menyunggingkan senyum dan melambaikan tangan ke arah kami. Aku pun membalasnya dan memberikan kiss bye kepada Bang Tyo yang sedari tadi menatapku. Menyakinkan kepadanya, kalau aku akan baik-baik saja. Menatap kepergian mereka hingga akhirnya lenyap di balik dinding.

"Aduh-aduh, yang udah siap dinikahin nih, ya. Sampe dianterin mertua," sindir Jessi sembari tersenyum mengejek. Aku memukul bahu Jessi dan menariknya masuk menuju asrama.

"Ih, sakit tahu! Bukannya minta maaf, malah digeret-geret. Sebenarnya, lo itu sahabat gue bukan sih?" gerutu Jessi menatapku sengit. Aku diam. Tidak mengubris ucapan Jessi. Terus menggeret koper kami masing-masing hingga akhirnya sampai di ruang penjaga asrama.

"Asalamualaikum, Bu," ucapku ketika menemui penjaga asrama.

"Waalaikumsalam, kalian santriwati baru, ya?" tanya wanita paruh baya di depanku ramah.

"Iya, Bu."

"Nama kalian siapa?"

"Saya Feyliska, Bu."

"Feyliska," eja penjaga wanita itu sembari meneliti lembaran demi lembaran yang ada di genggamannya.

"Oke, kamu di kamar A3, ya. Dan ini, kunci punyamu." Aku menerima kunci kamar yang diberikan wanita tersebut. Menunggu Jessi yang kebetulan juga sekamar bersamaku.

"Kalian boleh bersih-bersih sampai waktu menjelang zuhur. Setelah itu, jangan lupa salat zuhur di masjid nanti. Jangan sampai ketinggalan atau bolos!"

"Baik, Bu."

"Jangan panggil, Bu. Tapi, Ustadzah. Oh iya, nama saya Ustadzah Mila."

"Baik, Ustadzah Mila." Kami menundukkan kepala. Berjalan melewati Ustadzah Mila dan menuju tangga. Belum sempat kami beranjak, Ustadzah Mila sudah lebih dulu memanggil kami. Membuat kami menoleh dan menghadap ke Ustdzah Mila lagi.

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang