~TIARA ANDINI - MAAFKAN AKU~
Andai saja di dunia ini tidak ada kata cemburu. Karena kuyakin pasti kamu tidak akan berubah gila
•••
Setelah acara barbeque, kami memutuskan untuk duduk-duduk di gazebo. Tentu saja villa memiliki beberapa buah gazebo yang dua di antaranya kami gunakan untuk duduk bersama. Namun, aku memilih duduk bersama Jessi. Dan Oqi bersama ketiga sahabatnya.
Pandanganku tak luput dari tingkahnya yang terus menerus kuamati. Walau, jarak kami terlampau jauh, tapi pandanganku masih saja berfungsi baik. Alias normal. Ia tampak tersenyum bahagia bersama Rivo. Sedangkan aku menderita di sini. Membayangkan hal-hal aneh yang mampu mengusik pikiranku. Takut semua bayangan semu itu menjadi nyata. Aku akui, aku tidak ingin berpisah dengannya. Anggap saja aku terlanjur mencintainya dan itu sangat tulus. Merelakan Oqi? Sangat sulit!
Dia terus tertawa bahagia sedangkan wajahku berubah masam. Sengsara di kejauhan bersama Jessi. Aku tidak pernah menyangka kalau dia menganggap candaanku itu benar. Padahal, dia sendiri tahu kalau aku jatuh cinta dengannya. Bahkan, kata pisah dengan arti sebenarnya saja tidak sanggup kulontarkan. Aku tidak ingin hidup terpuruk dan kesepian setelah kebahagiaan yang selama ini aku dapatkan. Rasanya sakit dan menyedihkan.
"Fey," panggil Jessi lembut. Aku terkejut dan menoleh. Berusaha menormalkan air muka.
"Ya, kenapa?" tanyaku sembari tersenyum palsu. Ah, rasanya sekarang aku telah menjadi badut. Karena senyuman payah ini! Benar-benar memalukan! Kalau tidak karena Oqi, aku tidak mungkin melakukannya.
"Lo baik-baik saja kan?" selidik Jessi. Bahkan, matanya ia sipitkan layaknya mata orang China. Padahal, dia sendiri adalah orang Indonesia asli. Hanya sesepuhnya saja yang orang Belanda.
"Um ... Ya," gugupku. Oh my God! Kenapa nada bicaraku harus bergetar sih? Kalau Jessi tahu bagaimana? Bodoh kau Fey! Bodoh!
Aku menepuk-nepuk keningku yang tak luput dari penglihatan Jessi.
"Mm ... Beneran? Gue gak yakin. Sekarang, lo kelihatan kayak orang sinting tahu gak?"
"Gue gak bakal sinting kayak gini kalo gak karena Oqi!" jelasku tanpa sadar dengan nada tegas. Menujuk sosok Oqi di kejauhan sana. Aku terbelalak. Tersadar akan ucapanku. Oh, tidak! Bodoh kau Fey! Aku menundukkan kepala sembari memukul-mukul mulutku. Terus memukulnya, sesekali melirik ke arah Oqi dan sahabatnya yang tampak memandangi kami.
Ya Allah! Kenapa ini harus terjadi padaku?
"Maksud lo?" bingung Jessi. Ceoat-cepat aku menatap Jessi sekilas dan bergegas berdiri.
"Gue ... Duluan, ya! Bye!" Aku berlarian masuk ke dalam villa. Mungkin, ke taman belakang akan menenangkan suasana hatiku. Ih, kenapa sih aku bisa jadi seperti ini? Bete deh! Ih ....
Aku menghentak-hentakkan kakiku gemas dan duduk lunglai di bangku taman. Menatap lurus ke arah hamparan pantai di depanku. Ya, taman belakang villa memiliki view keren. Yaitu, menghadap langsung ke pantai. Yang tampak sunyi dan damai. Aku menghela napas lelah. Menunduk dan memejamkan mata sebelum bangku taman yang kududuki berderit. Aku terlonjak kaget dan mendongak. Menatap sang empu yang menatap langit-langit malam.
"Kadang, cinta memang menyusahkan. Merelakan segala sesuatu yang terpenting di hidup kita. Termasuk nyawa. Kamu pernah dengar kan film atau cerita tentang seorang pria menyelamatkan nyawa wanitanya?" Aku mengangguk. Petanda pernah mendengar cerita itu. Atau bahkan sering.
"Nah, itu tandanya cinta memang menyakitkan bukan? Tapi, tak apa. Selama orang yang disayanginya masih bisa hidup dan tersenyum bahagia, maka arwah pria itu juga ikut bahagia. Tanpa kamu minta, aku bersedia kok melakukan hal yang sama dengan mereka. Aku rela ngorbanin jantung, hati, darah, atau apapun untukmu. Karena aku ...." Lelaki itu menoleh ke arahku. Lantas tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINDER (END)
Teen FictionR 15+ 《PART LENGKAP》 ~ Genre Spritual ~ Jarak membentang di antara kita. Memutus diri ini untuk berjumpa denganmu. Entah kapan kita bisa bertemu. Kuyakin, kita pasti akan bertemu. ~ Feyliska Rinkana Angel Dernando ~ "Aku yakin, kita pasti akan berte...