4

83 22 2
                                    

~MAHER ZAIN - FOR THE REST OF MY LIFE~

Semua makhluk tidak akan mengetahui rencana yang dipersiapkan oleh Allah. Termasuk perihal sosok pendamping hidup. Ya, jodoh! Semua orang pasti tidak akan menyangka dan bertanya-tanya akan takdir-Nya perihal jodoh. Dan hal itulah yang terjadi hingga sekarang

•••

"Oh, iya, kenalin nih. Namanya—" potong Joy ketika mulutnya sudah dibekap Ori. Joy pun menarik-narik tangan Ori. Berusaha untuk melepaskannya.

"Woi! Apa-apaan sih? Sakit tahu! Mana tangan lo bau ketiak, lagi! Jijik, gue!" ucap Joy sembari bergidik. Aku pun hanya tersenyum memandangi tingkah absurd keduanya.

"Kok gitu sih Abang sama Eneng. Padahal, Eneng udah pakai parfum sama deodoran sekardus loh," ucap Ori sembari mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Memamerkan kedua ketiaknya. Astagfirullah, sabarkanlah hambamu ini Ya Allah.

"Pantesan!"

"Pantesan kenapa?" tanya Ori sembari menurunkan kedua tangannya. Akhirnya, peka juga dia.

"Masih kurang," jawab Joy dengan seringai mengejek.

"Shit! Gak tahu deh. Eneng marah sama Abang."

"Marah kok bilang-bilang."

"Biar doi peka!" Ori melipat kedua tangannya di depan dada sembari mengalihkan pandangannya. Persis seperti orang kesal.

"Ngode kok di sini. Ngode itu ke Rainy unyu lo tuh sonoh!"

"Ih Abang, gak bisa sensor atau gimana, sih? Masa, dari tadi keceplosan muluk."

"Bodo!" Ori mengalihkan pandangannya, dan menatap ke arahku dengan senyuman yang terukir manis.

"Oh iya, gue mau ngenalin nih Bos Ciamik kita. Bos dari Abhitah Crew. Dia—"

"Udah, langsung ke intinya bego!"

"Sabar dong, Bang Joy!" Joy memutar bola matanya malas.

"Gini deh, yang gak gue suka. Kelamaan!" ungkap Joy sembari memakan kripik kentang yang baru saja ia buka. Memakannya dengan sangat lahap, bak orang yang tak pernah makan selama satu abad penuh.

"Sstt ... Harap diam. Ini ujian seberapa besar cinta kita," bucin Ori. Kami pun kompak menutup mulut kami masing-masing. Dia, gay? Um ... Kayaknya tidak deh.

"Jijik, Ri. Jijik! Lama-lama gue bunuh, nih!" ancam Joy dengan tangan membawa pisau lipat. Menggenggam dan mengarahkannya ke arah Ori.

"Eh, lo gak sayang apa sama si Alexia, kalo dibuat bunuh gue."

"Gak! Gue bakalan bangga sama dia."

"Dasar sinting! Ngomong sama pisau."

"Asalkan gue gak stres."

"Kebalik—"

"Kalian memang cocok deh jadi pasangan. Cekcok muluk perasaan kalo ketemu," ucap Rivo memotong pembicaraan Ori.

"Naudzubillah Vo, Naudzubillah. Gue masih waras. Mana doyan sama cowok." Tuh, kan! Dia bukan Gay.

"Nah, gue juga. Gue masih doyan cewek. Apalagi si Rainy."

"Apaan coba! Demen sama Barbie."

"Biarin! Asalkan dia cewek. Lah lo—"

Kring

"Asem! Masa, amanatnya bentar doang. Perasaan baru tadi deh gue izin ke kamar mandi buat ke sini," ucap Ori membuatku bingung.

"Izin ke kamar mandi buat ke sini?" ulangku dengan nada bertanya.

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang