~ANDMESH - NYAMAN~
Cintamu. Sehangat mentari pagi seperti pelangi, selalu kunanti. Cintamu tak akan pernah terganti. Selamanya di hati. Aku bahagia, milikimu seuntuhnya
•••
Sepulang sekolah, aku diajak Oqi menuju rumah kediamannya. Awalnya, aku telah menolak permintaan itu berkali-kali. Namun, Oqi bersikukuh dan menyakinkanku jika nanti akan baik-baik saja. Tak ada yang perlu aku khawatirkan nanti.
Faktanya, kata-kata manis Oqi tak mempan untukku. Ketika kami telah tiba di rumah mewah berdominasi warna putih. Seorang pria paruh baya tampak membukakan pintu gerbang yang menjulang tinggi itu dan Oqi pun kembali menancapkan gasnya memasuki perkarangan rumah.
Aku berdecak kagum ketika kami melewati sebuah perkebunan dengan jejeran pohon pinus di sepanjang jalan setapak. Menambah nuansa alami dan segar di setiap jalannya. Selain itu, aku juga menemukan sebuah air mancur beserta kolam ikan yang mengelilinganya. Begitu tinggi dan indah. Luar biasa! Bisa dibilang mereka memiliki selera tinggi. Dan pastinya, semua itu tak lagi murah. Mereka mungkin mengeluarakan budget selangit untuk membangun rumah impian ini. Hingga sukses mengundang rasa iri dan decak kagum bagi pengunjungnya.
"Hei, kamu mau masuk atau di dalam mobil terus, hm?" tanya Oqi membuyarkan pikiranku. Aky mengangguk kikuk dam segera turun dari mobilnya. Berjalan perlahan di belakang Oqi. Memasuki lorong panjang hingga sampailah kami di depan pintu utama. Aku yang berniat melepas sepatuku langsung terhenti ketika suara Oqi menginterupsi.
"Pake aja, gak papa kok."
"Tapi, nanti—"
"Udah, aman. Kamu gak usah khawatir." Oqi menarik tanganku setelah membuka pintu rumah.
Mengucapkan salam dan mengajakku untuk duduk di sebuah sofa. Entah itu ruang keluarga atau ruang tamu. Rasanya, desain interiornya sama saja. Pembedanya terletak pada benda-benda pengisinya seperti televisi, guci keramik, hiasan rumah, foto keluarga, dan lukisan. Tampak keren dan elegan.
"Siang, Aden. Bagaimana ujiannya?" Aku menolehkan kepalaku setelah menemukan seorang wanita paruh baya. Sontak, aku bangkit berdiri dan menunggu Oqi untuk memperkenalkannya.
"Kenalin, ini pembantuku. Bu Iin. Dan Bi, ini calon—"
Plak
"Calon-calon, enak aja! Pacar tahu," ralatku emosi ketika Oqi hendak menyebutkan kata keramat itu. Entah calon apa, aku tidak tahu.
"Gak usah motong ngapa sih? Aku hanya mau bilang kalo kamu itu calon mayat, pacar Oqi."
"Hah? Kok gitu?" Aku mendelikkan mata kesal. Berani-beraninya dia mendoakanku untuk meninggal secepatnya. Benar-benar pacar laknat!
"Ya kan emang begitu. Kita semua calon mayat. Aku, kamu, bahkan Bibi. Iya gak, Bi?" Bi Iin pun tersenyum sembari menunduk. Membuatku tersipu malu dan mengalihkan pandangan. Dengan keberanian yang dimiliki, aku melangkah menghampirinya dan menyalami tangan beliau.
"Eh-eh, Nona. Gak usah salim atuh. Bibi kan cuman pembantu di sini. Bukan pemilik rumah ini. Gak sebanding atuh sama derajat Nona."
"Sstt ... Jangan bilang gitu, Bi. Dimana-mana, Bibi itu tetap orang tua. Orang yang patut untuk dihormati."
KAMU SEDANG MEMBACA
HINDER (END)
Teen FictionR 15+ 《PART LENGKAP》 ~ Genre Spritual ~ Jarak membentang di antara kita. Memutus diri ini untuk berjumpa denganmu. Entah kapan kita bisa bertemu. Kuyakin, kita pasti akan bertemu. ~ Feyliska Rinkana Angel Dernando ~ "Aku yakin, kita pasti akan berte...