36

10 1 0
                                    

~CHROMANCE - WRAP ME IN PLASTIC~

Lebih baik aku dimakan seekor singa. Daripada harus bertemu denganmu. Sampah!

•••

Sepulang sekolah, aku memutuskan untuk menuju perpustakaan sekolah 'tuk belajar kelompok di sana. Pastinya bersama Jessi. Setelah menghabiskan waktu satu jam, kami pun memutuskan untuk pulang. Aku yang sedari tadi asyik mengobrol bersama Jessi pun dikagetkan dengan suara notifikasi masuk dari ponselku.

"Eh, Fey. Gue duluan ya, Kak Nendra udah jemput tuh." Tunjuk Jessi ke arah mobil jaguar bewarna putih. Aku mengangguk dan melambaikan tangan. Jessi pun memelukku dan berlari meninggalkanku sendiri. Melambaikan tangan dan meninggalkan area sekolah dalam waktu sekejap.

Aku menyalakan ponselku dan menemukan sebuah pesan dari Oqi.

Maaf, aku gk bs nganter km pulang. Aku lgi ada urusan

Begitulah isi dari pesan Oqi. Aku pun tersenyum memaklumi dan membalasnya.

Iya, gak papa. Tenang aja

Aku terus mengamati ponselku. Berharap Oqi segera membalas pesanku. Namun nihil, Oqi tak merespon pesanku ataupun membacanya. Aku mendesah resah dan keluar dari aplikasi pepesanan itu. Hendak menelpon Bang Tyo dan meminta jemput.

Nahas untukku. Ponsel Bang Tyo sedang tidak aktif. Ditandai dengan suara seorang wanita di seberang sana. Begitu pula dengan status "memanggil" ketika aku mencoba menelponnya lewat WhatsApp. Yah, apa daya. Aku harus berjalan kaki dari sini menuju halte yang berada di ujung jalan. Menunggu kedatangan bis untuk mengantarku pulang ke rumah.

Aku mengepalkan tangan. Berusaha menguatkan diri. Memasukkan ponselku ke dalam saku dan berjalan keluar dari area sekolah. Aku pun juga menyempatkan diri untuk melewati markas Geng Abhitah Crew. Tak kutemukan sebuah kendaraan pun di sana. Mungkin mereka sudah pulang lebih dulu. Bisa saja bukan?

Aku terus berpikiran positif dan berjalan melewatinya. Hingga tanpa sadar seseorang telah membuntutiku semenjak aku keluar dari gerbang sekolah.

Langit kian menggelap. Disusul oleh penampakan sang chandra yang menggantikan kedudukan surya. Membuat jalanan kian menyepi dan sunyi. Beberapa motor tampak berlalu lalang di sekitarku. Namun, tidak banyak. Hanya segelintir orang yang keluar pada jam-jam segini.

Aku melihat jam tanganku. Menunjukkan pukul 17.30. Ah, tak terasa aku sudah berjalan 30 menit. Sedangkan halte bisa tampak masih jauh di depan sana. Melewati beberapa gapura sebelum akhirnya sampai di sana. Kakiku terasa lemas. Tak mampu menopang berat tubuhku lagi. Aku merinding, mendengar suara gonggongan anjing yang sangat memekakkan telinga. Membuat suasana sekitar kian mencekam.

Aku meniup-niup kedua telapak tanganku. Berusaha mengusir rasa dingin di sana. Dan menggosokkanya ke kedua lenganku. Memandangi jalanan aspal dengan pandangan kosong. Hingga ....

Brak

"Aa ... Apa maumu!" teriakku histeris ketika seseorang telah lebih dulu menggapai tanganku dan menghempaskan tubuh kurusku ke dinding. Tepat di jalan tak beranak. Alias buntu.

Sosok tersebut perlahan mendekat dan menunjukkan taringnya. Aku terus mundur hingga punggungku tertempel tepat di dinding belakangku. Oh tidak! Aku terjebak. Tak bisa berjalan menghindar. Bagaimana ini? Aku semakin ketakutan. Bingung harus pergi kemana lagi.

"Hahaha ... Akhirnya gue bisa dapetin lo lagi," ucap sang empu sembari menyeringai di gelapnya jalanan. Aku menyipitkan mata. Berusaha untuk mengetahui siapa gerangan. Apakah aku mengenalnya? Kenapa rasanya begitu asing?

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang