33

14 1 0
                                    

~ SHANE FILAN - BEAUTIFUL IN WHITE ~

Kamu adalah duniaku, hidupku, dan separuh jiwaku. Tanpamu, aku bukanlah apa-apa. Hanya wanita dengan seribu kebisuan

•••

Hari-hariku dipenuhi dengan belajar, persiapan pertunangan, belajar lagi hingga seterusnya. Huh, benar-benar melelahkan! Di saat kita sedang disibuk-sibukkannya ujian, kita juga harus menyiapkan diri untuk acara lamaran. Memang, orang tua Oqi sudah mengajukan diri untuk membantu kami. Namun, Oqi justru menolak dan mengatakan jika kami bisa melakukannya sendiri. Dia ingin melakukannya mandiri dan spesial. Tak ingin dibantu oleh siapapun.

Tentu, awalnya aku menolaknya. Takut kalau nilai ujianku nanti menurun. Namun, Oqi memberiku pengertian dan berjanji akan mengajariku hingga aku bisa mengerjakan segala soal. Lewat video call malam dari laptop pemberiannya, Oqi mengajari berbagai ilmu kepadaku. Aki sendiri sempat bingung bagaimana cara belajarnya. Karena menurutku, pembelajaran lewat video call kurang efektif untukku. Namun, Oqi dengan sabar mengajariku. Walau, harus membutuhkan waktu yang sangat lama. Tapi, tak apa. Akhirnya aku juga bisa mengerjakannya.

Dan, tibalah kami di acara spesial kami. Ya, lamaran. Lamaran kami diadakan di sebuah gedung megah berareakan taman yang bermuara di Kota Surabaya. Saking megahnya, kalian akan berdecak kagum. Akan tetapi, gedung hanya digunakan untuk acara saja dan makan bagi para tamu. Dan ya, selanjutnya para tamu dipersilakan untuk menuju taman dan bersantai di sana. Mendengarkan sebuah grup band yang akan menyanyikan lagu di sana. Tentu, tamu yang kami undang tidak banyak. Sesuai persyaratan dari Om Reno, papa Oqi.

Aku yang baru bangun tidur pun langsung ditarik paksa oleh Bang Tyo. Memasuki mobil yang sudah disiapkan oleh Oqi sebelum akhirnya menuju gedung. Aku mulai dirias sedemikian rupa. Memakai gaun bewarna hijau tosca serta jilbab yang sejenis. Ya, aku memilih memakai jilbab setelah permintaan dari Bang Tyo. Kata Bang Tyo, Ibu pernah menitipkan pesan kepadaku jika di waktu aku menikah tiba, maka beliau menitipkan pesan agar nantinya aku memakai jilbab tatkala waktu itu tiba.

Dan ya, di sinilah aku. Berhadapan dengan sebuah cermin dan penata rias. Menyapukan riasan terakhir sebelum bangkit berdiri dan meninggalkanku sendiri. Sebelum seseorang telah lebih dulu membuka pintu ruanganku.

"Nona, anda disuruh untuk segera turun." Aku menganggukkan kepalaku dan menerima uluran wanita tersebut. Menuntunku keluar dari ruangan dan turun ke bawah.

Sontak, seluruh pasang mata menatapku kagum. Tak terlewat Oqi. Ia menatapku tak berkedik dengan senyum terulas. Aku menunduk malu dan terus berjalan. Hingga sampailah aku di depan Bang Tyo yang tengah berdiri dan menyambutku. Bang Tyo pun menyuruhku untuk duduk di sebelahku. Dan berhadapan langsung dengan Oqi. Oqi tampak sangat tampan dengan setelan batik moderen yang sewarna denganku. Memberikan kesan romantis dan serasi bagi siapapun yang melihat kami.

Aku masih terus menyunggingkan senyum. Sesekali melirik ke arah Oqi yang sedari tadi terus menatapku lekat. Sebelum akhirnya seorang pria paruh baya datang dan mulai membacakan susunan acara. Rangkaian demi rangkaian terus berlalu. Hingga tibalah kami pada acara tukar cincin. Oqi bangkit dari kursi. Berjalan menghampiriku dan mengulurkan tangan. Senyumanku pun merekah seiring tanganku menggapai tangan kanannya. Tangan kami saling bertaut dan kami pun maju ke depan. Tempat dimana acara pertukaran cincin akan berlangsung.

"Tidak perlu berlama-lama lagi, kita panggilkan pembawa baki cincin kita. Bagi pembawa bagi cincin, dipersilakan untuk maju."

Seorang gadis cantik membawa baki cincin kami. Aku pun memandangnya gemas karena pipi chubby miliknya. Mengundang tanganku untuk menarik gemas kedua pipi tembem itu. Namun, aku harus menahannya. Dan beralih menatap Oqi yang tengah mengambil cincin milikku dan juga tangan kananku. Menyurung cincin mahal itu pada jari manisku.

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang