47

11 2 0
                                    

~ COLDPLAY - PARADISE ~

Tak peduli seberapa banyak harta kekayaanmu. Selama kamu setia mendampingiku dalam suka maupun duka, maka setulus itulah persahabatan antara aku dan kamu. Sekalipun hubungan kita akan dibenci oleh dunia

•••

"What? Gila! Kita bakalan naik ini?" ucap Jessi sarat akan decakan kagum.

Aku sendiri juga melongo tak percaya dengan apa yang aku lihat di depanku. Sebuah lamborgini limosin bewarna putih tampak terparkir rapi di pelataran rumah Ori. Di sampingnya, tampak sebuah mobil Alphard hitam yang nantinya akan menjadi mobil barang kami. Tak biasanya bukan mobil Alphard dijadikan mobil barang? Biasanya kan, mobil Alphard digunakan untuk mengangkut orang ketika perjalanan. Lah ini? Barang, guys! Barang! OMO! Ingin rasanya aku pingsan melihat ini semua. Memang ya, orang kaya mah beda antara mobil yang ditumpangi dan mobil barang bawaan. Membuat netizen tercengang!

 Membuat netizen tercengang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah Ori yang kelewat kaya, atau memang dirinya yang sangat royal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah Ori yang kelewat kaya, atau memang dirinya yang sangat royal. Yang pasti, ini benar-benar di luar dugaan! This is verry amazing! Gila! Segila-gilanya!

"Gue heran deh, kenapa orang sekaya kalian justru masuk ke sekolah negeri. Bukan justru ke sekolah internasional ataupun swasta. Kayak lo juga, Jes! Papi lo kan kerjaannya jadi bawahan pemerintah pusat, kenapa justru elo milih SMPnya di negeri bareng gue? Yang jelas-jelas gratis." Jessi menyunggingkan senyum. Merangkul bahuku dan mengajakku masuk ke dalam mobil, setelah dipersilakan oleh Ori. Mereka bertiga sendiri sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil setelah aku melontarkan pertanyaanku.

"Gini, karena lo gak tahu rasanya hidup kayak kami, jadi, gue jelasin alasannya. Gue yakin, Ori, Rivo, dan Joy juga merasakan hal yang sama kayak gue. So, gue wakilian aja," ucap Jessi bijaksana. Aku pun menoleh ke arah tiga lelaki tersebut dan melihat mereka mengangguk bersamaan. Petanda, jika mereka tak perlu untuk berkata-kata dan menyerahkan jawaban kepada Jessi.

"Lo kan tahu pekerjaan papi gue, dan lo tahu sendiri kan kalo papi gue sering kelihatan di televisi. Gue yang lihat aja kadang bosen gegara papi gue nongol terus kalo pas sama wali kota atau gubernur. Rasanya gak enak tahu kalo kita menjadi sorot perhatian terus. Gak bisa leluasa kalo kitanya aja selalu diikuti sama paparazzi. Sebenarnya, papi gue juga gak mau kalo terus menerus direkam sama media massa. Tapi, mau bagaimana lagi? Sudah tugasnya?

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang