~ HIVI - Mata Ke Hati~
Tatapanmu, membius diriku. Memberikan rasa candu layaknya kopi yang hangat. Ulasan senyum damai terukir. Menyiratkan ketulusan yang abadi. Tanpamu, entah apa jadinya diriku. Mungkin, aku hanyalah sosok rapuh yang kesepian. Dengan rasa rindu yang bergejolak di hati
•••
Belum sempat aku berjalan, tiba-tiba saja ada sesuatu yang menahan tasku. Bulu kudukku merinding dengan tangan yang mendingin. Aku mengamati sekitar sebelum akhirnya berbalik dan melihat apa yang telah menahanku. Tiba-tiba, sebuah tangan bewarna putih dengan kuku tajamnya tampak memegang tasku. Tak hanya itu, kuku-kuku itu tampak berdarah dengan warna merah di setiap ujungnya.
"Aa ...," pekikku ketakutan melihat fenomena itu. Aku pun memejamkan mata sembari merampas tangan itu. Menyubit kulit-kulitnya dan menariknya kencang. Hingga—
"Au, sakit bego!"
Tunggu! Kenapa hantu bisa merasakan sakit? Aku membuka mataku dan menemukan tangan itu terhubung dengan lengan. Aku mengikuti tangan yang memerah itu dan menemukan wajah seorang cowok yang tengah meringis kesakitan. Sontak saja aku terkesiap. Merasa tak percaya dengan apa yang aku lakukan.
"Emang benar-benar ya, lo udah sinting! Masa tangan gue yang mulus ini dicubit sampai merah. Dasar cewek resek!" cercanya membuatku merasa sangat bersalah.
"Main cubit-cubit tangan orang aja. Jadi sakit kan tangan mulus gue. His, kenapa jadi perih?" gumamnya yang masih bisa aku dengar. Aku pun mengambil tangan itu dan hendak mengelusnya. Namun, sang empu menarikanya terlebih dahulu. Aku pun menahan tangan itu.
"Aduh, maafin gue. Sakit, ya?" tanyaku sembari mengelus-elus punggung tangannya. Sesekali aku meniup-niup bekas cubitanku. Berharap jika cara yang aku lakukan bisa mengurangi rasa sakitnya.
Tak ada berontakan dari cowok itu. Cowok itu tampak terdiam, membuatku merasa heran. Aku pun memutuskan untuk mendongak hingga tatapan kami saling berserobot.
"Kenapa?" tanyaku membuat lamunannya buyar. Ia pun berdeham dan menarik tangannya kembali.
"Gak ada. Btw, lo di sini aja. Dan soal tas, gue bantuin lo buat dimasukin ke kelas lo. Tapi, lo tunggu gue di luar." Aku menukikkan alis bingung. Maksudnya apa? Sumpah! Cowok di depanku ini tidak jelas banget.
"Maksud lo apa sih? Gue gak paham."
"Gini nih, kalo cewek telmi. Bisanya cuman nanya doang," gerutunya membuatku kesal bukan kepalang.
"Lo, bilang apa barusan?" Cowok itu menatapku malas dan menarikku begitu saja. Melewati salah satu jalan setapak dengan terowongan yang gelap.
"What? Keren banget," pekikku kencang setelah sadar kalau aku sudah berada di dekat gudang sekolah. Jadi, tadi adalah jalan rahasia?
"It's amazing!" decakku tidak percaya atas apa yang aku lihat.
"Diam lo, Cerewet! Atau kita bakalan ketahuan guru piket." Aku terkesiap dan segera menutup mulut dengan kedua tanganku.
"I'm sorry."
Bukannya menjawab, ia justru menarikku menaiki tangga menuju lorong kelas 12. Membawaku dengan sangat hati-hati. Takut jika kami kepergok guru.
"Eh, cewek aneh! Di mana kelas, lo? Buruan deh kasih tahu," ucapnya sembari menolehkan kepala ke arahku. Pastinya dengan pandangan waspada.
Aku terdiam sembari menatap paras tampannya. Ternyata, dia ganteng juga. Apalagi peluhnya menambah aura kegantengannya bertambah berkali-kali lipat. Ah, begitu menyenangkan. Rasanya, aku tidak ingin mengakhiri semua ini dengan cepat. Ini terasa sangat menyenangkan. Dan ... Meneduhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINDER (END)
Teen FictionR 15+ 《PART LENGKAP》 ~ Genre Spritual ~ Jarak membentang di antara kita. Memutus diri ini untuk berjumpa denganmu. Entah kapan kita bisa bertemu. Kuyakin, kita pasti akan bertemu. ~ Feyliska Rinkana Angel Dernando ~ "Aku yakin, kita pasti akan berte...