~ YOVIE DAN NUNO - MANUSIA BIASA ~
Aku bukanlah manusia super. Dan aku juga bukanlah manusia perkasa. Aku hanyalah seorang manusia biasa. Memiliki hati dan pikiran, yang entah kenapa selalu tertuju padamu. Tak ingin memikirkan hal lain. Sekalipun, itu mengenai jodoh penggantimu
•••
Dimana aku? Kenapa semuanya gelap?
"Abang! Jessi! Kalian dimana?" Aku terus berjalan ke sana kemari. Tidak kutemukan apapun di sini. Hanya tempat gelap tak bercahaya.
Tiba-tiba, lampu menyorot dari sisi kananku. Kontan, aku menangkisnya dengan tangan. Berjalan menghampiri cahaya. Dan ....
Deg
"Bapak? Ibu?" Aku berjalan mengampiri mereka. Diikuti dengan gerakan ayah yang menepuk-nepuk kursi di sebalahnya. Antara ayah dan ibu. Aku tersenyum senang. Mendudukkan diriku di antara mereka. Dan memeluk mereka bergantian.
"Aku rindu kalian? Bagaimana kabar kalian?" Aku menangis tersedu-sedu tatkala aku merengkuh tubuh keduanya. Ibu mengusap punggungku. Berusaha menenangkan diriku.
"Kami baik, kamu sendiri bagaimana? Gak ngrepotin abang, kan?" Aku menggelengkan kepalaku. Teringat akan sosok lelaki jakun itu.
"Bang Tyo dimana? Kenapa gak ada di sini?" tanyaku keheranan sembari terus mengedar pandanganku ke sekeliling. Putih. Tidak ada apapun di sini. Hanya ada sebuah bangku, ayah, dan ibu. Dimana aku? Kenapa tidak ada apapun di sini?
"Ibu, kita di mana? Kenapa Abang gak ada?" Ibu menyunggingkan senyum. Bukannya menjawab, ibu justru menunjuk ke arah bawah. Dimana, Bang Tyo tengah menangis tersedu-sedu di bangku depan kamar rumah sakit. Menutupi wajah menggunakan kedua tangan.
Aku berusaha memanggil Bang Tyo. Akan tetapi, suaraku tidak bisa didengar olehnya. Terperangkap di duniaku sendiri. Tiba-tiba, kelaku terasa pusing. Mataku terasa berkunang-kunang. Aku kembali melihat kedua orang tuaku.
Namun, mereka justru menghilang. Bak ditelan bumi. Entah kapan tepatnya, mataku kian terpejam. Dan ... Gelap. Kembali seperti semula. Sekilas, aku melihat ibu dari kejauhan. Aku berusaha menggapai sosok tersebut. Akan tetapi, sosok itu tak tergapaikan. Seakan-akan, ada sekat di antara kami. Dan kami berada di dunia yang berbeda. Tidak tergapaikan.
"Fey, Ibu bangga padamu. Terima kasih sudah mengabulkan permintaan Ibu. Ibu sayang kepadamu. Jaga diri kalian baik-baik. Jangan bertengkar satu sama lain. Berbaktilah kepada abangmu, yang sudah banting tulang untukmu. Ibu, pamit." Ibu melambikan tangan ke arahku. Memberiku sebuah kiss bye dan menghilang. Digantikan oleh ayah yang memberiku senyuman tulus. Senyum yang tak pernah pudar dan selalu melekat di jati dirinya. Tidak pernah hilang dan terganti.
"Bapak bangga sama kamu. Tingkatkan terus prestasimu. Dan ya, kami merestuimu apapun lelaki pilihanmu. Semoga, kalian senantiasa bahagia dan melahirkan cucu untuk kami. Oh ya, kalian jangan terburu-buru menyusul kami, ya. Nikmati hidupmu. Dan juga, jaga serta rawatlah abangmu. Ingat! Suruh dia untuk mengurangi keras kepalanya. Biar tidak terus menerus darah tinggi. Dan jangan lupa selalu berpikir panjang sebelum bertindak. Sudah mirip bapakmu saja. Kalau begitu, asalamuaikum, anakku." Bapak terkekeh dan membaikan tangan ke arahku. Menampilkan kedua lesung pipi yang tak pernah luput dimakan waktu.
Ayah melambaikan tangan ke arahku. Tersenyum sumringah ke arahku. Membuat air mataku menetes. Tak bisa terbendung olehku lagi. Jatuh terduduk dengan kedua tangan menutupi wajah. Layaknya Bang Tyo tadi. Tunggu, dimana Bang Tyo? Kenapa ... Argh! Aku meringis kesakitan. Hingga aku kembali menemukan cahaya terang. Dan ....
KAMU SEDANG MEMBACA
HINDER (END)
Подростковая литератураR 15+ 《PART LENGKAP》 ~ Genre Spritual ~ Jarak membentang di antara kita. Memutus diri ini untuk berjumpa denganmu. Entah kapan kita bisa bertemu. Kuyakin, kita pasti akan bertemu. ~ Feyliska Rinkana Angel Dernando ~ "Aku yakin, kita pasti akan berte...