3

115 31 0
                                    

~SINDENTOSCA - KEPOMPONG~

Sahabat adalah segalanya. Tanpanya, mungkin kamu akan sendirian di muka bumi ini. Dan sahabat adalah keluarga keduamu. So, jangan lupakan mereka. Semudah kamu melupakan rentetan kisah indah kita

•••

"R—" ucapnya tak jelas pada akhir huruf. Membuatku bingung bukan main.

"R?" Namanya R? Nama macam apa itu. Aku memutar bola mata malas.

Tak butuh waktu lama, kami sampai di lantai 1. Sesekali aku melirik ke lapangan upacara. Tampaknya petugas upacara sedang membacakan UUD 1945. Yang artinya, setelah itu adalah amanat pembina. Huh, agenda yang paling kubenci. Berceloteh panjang lebar dan ujung-ujungnya tak berguna. Mengapa demikian? Karena pembina akan memanggil dan membicarakan tentang keburukan para bad boy yang ada di sekolah. Menyebalkan! Dan ... Tak berguna untukku.

"Ngapain sih kita di sini?" tanyaku setelah kami sampai di tempat yang sama. Ya, tempat yang menghubungkan kami dengan 3 jalan setapak beserta pepohonan pinus yang tinggi dan besar.

"Lo mau kita tertangkap sama guru, hah?" Aku menggelengkan kepala tanda tidak mau. Toh, aku tak mau nama baikku tercemar.

"Ya udah, di sini aja," lanjutnya sembari bermain iPhone. Mungkin, ia sedang bermain game. Terlihat dari gayanya yang memainkan ponsel dengan sangat ambisius. Aku mendesis kesal.

"Iya, tapi gue B-O-S-E-N. Bosen!" ejaku dengan tampang menyebalkan.

"Lo mah enak bisa main hp, lah gue?" gerutuku sembari melempar kerikil kecil yang ada di dekatku. R menoleh ke arahku dengan alis tertaut. Baiklah, aku akan memanggilnya dengan R saja. Toh, itu lebin baik bukan? Daripada cowok tak bernama? Justru, itu akan semakin aneh.

"Emang, hp lo ke mana?" tanyanya sembari mengotak-atik Iphonenya dengan sangat seru.

"Shit! No user gak bisa main atau gimana, sih? Nyebelin banget dari tadi." Aku menoleh ketika ia mengumpat dengan wajah merah padam. Huh! Dasar cowok baperan! Begitu saja dibawa perasaan.

"Di tas," jawabku polos dan singkat. Seketika, air muka R mengeras.

"Dasar bego! Gitu aja sampai lupa. Oh, atau jangan-jangan otak lo juga ketinggalan, ya?" tanyanya tanpa pikir panjang.

"Hus! Gak boleh bicara kasar. Emang, gue itu pelupaan. Maklumlah. Lagi pun, gue tadi keburu takut dikejar guru. Sampe gak kepikiran hp gue deh," ucapku dengan seribu alasan. Eh, sejuta maksudku.

"Alesan aja, lo!"

"Eh, emang fakta!" sewotku tidak terima. Padahal, apa yang diucapkan R benar adanya. Itu hanya alasanku saja. Toh, gengsi warga Indonesia kan tinggi. Maklum lah guys ....

R terdiam dan tak berniat berbicara denganku. Bahkan, ia tampak sibuk dengan benda pipih itu dibandingkan cewek cantik di hadapannya. By the way, memang ya nasib punya pacar cowok suka game selalu seperti ini. Diabaikan dengan keasyikan yang ia buat sendiri.

Tunggu-tunggu! Kenapa aku menganggap dia sebagai pacar? Tidak-tidak! Aku tidak bakalan bisa pacaran sama dia. Tidak bisa! Mana mungkin aku suka sama cowok sinting, stres, arogan, pemaksa, dan ... Ekhem, ganteng kayak dia. Kurasa itu nihil! Dan tidak akan pernah ada di kamusku. Ya, tak akan pernah.

Lihat deh! Masa dia ketawa-ketawa sendiri. Habis itu ngumpat-ngumpat tidak jelas. Aneh! Benar-benar sinting tingkat dewa. Sabar-sabar ... Beruntung pertemuan kita hanya sebentar. Jadi, kita akan berpisah dan tak bertemu lagi. Hum ... Syukurlah ....

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang