19

30 4 0
                                    

~YSABELLE CUEVAS - I LIKE YOU SO MUCH YOU'LL KNOW IT~

Tak ada yang memaksakan sebuah cinta 'tuk datang, jika perasaan itu muncul begitu saja untuk orang terkasih. Entah kapan dan dimana. Yang pasti, cinta akan datang dengan sendirinya. Baik itu cepat maupun lambat

•••

Setelah Oqi membayar pesanan, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertaut satu sama lain. Ah, senangnya diriku. Bisa menghabiskan waktu-waktu terindahku hanya bersamanya. Walau perasaan kami belumlah sama, tapi kuyakin kami bisa menjalaninya hingga akhir.

"Lihat deh, bulannya cantik, ya?" ucap Oqi sembari menunjuk ke langit. Aku mendongak dan menemukan sebuah bulan purnama tengah ditemani oleh gemerlap bintang. Berkelap-kelip menemani bulan bercahaya.

"Tapi, lo tahu gak kalo ada yang lebih cantik dari bulan?" Aku menoleh ke arah Oqi dengan dahi berkerut.

"Apa?"

"Jadi gini, gue tuh punya 2 bulan."

"Kok 2?"

"Iya ... 2. Satu ada di langit dan satunya lagi ada ...," potong Oqi sengaja menggantungkan jawabannya.

Huh, mulai kan? Kalau begini terus, aku bisa muak. Ingin sekali aku kembali ke Mang So dan meminjam pisau miliknya. Membunuh dan memotong habis seluruh organ Oqi.

"Gak usah nggantungin napa? Bikin kesel aja."

"Acie ... Minta diseriusin nih? Sabar ya, Sayang. Nanti gue bakal seriusin lo kok."

"Ih ... Bodo, ah!" kesalku sembari melepasakan tautan kami dan berjalan meninggalkan Oqi. Melangkah riang sebelum akhirnya sampai di sebuah jalan yang sangat sepi.

Tiba-tiba saja, nyaliku menciut. Tak bisa berkutik dari tempatku berada. Memperhatikan setiap inci jalanan sebelum akhirnya mendengar sebuah suara.

Kresek kresek

"Siapa itu?" tanyaku dengan suara lantang.

Aku menoleh ke arah belakang dan tak menemukan sosok Oqi. Kenapa ia menghilang? Apakah ia tersesat? Tidak! Bagaimana mungkin dia tersesat. Dia kan punya ponsel. Aku kembali berjalan menyusuri jalan pintas itu. Sebelum akhirnya, aku-

"Aa ...!" teriakku dengan suara menggelegar.

Ketika seseorang telah lebih dulu meraih tangan kiriku. Aku pun mengerahkan seluruh kekuatanku untuk memekik sekencang-kencangnya. Tak hanya itu, aku pun memejamkan mata dan mulai mengeluarkan jurus andalanku. Yaitu, jurus memukul dan menendang. Membuat siapa saja akan jatuh bersimpuh di tanah dengan rasa sakit yang luar biasa.

"Argh ... Udah-udah, cukup! Gue nyerah. Jangan dilanjutin please ...," pinta seseorang dengan suara bariton.

Tunggu! Sepertinya aku kenal dengan suara ini. Aku pun membuka mataku dengan mata terbelalak lebar. Menyaksikan tumbangnya seorang ketua geng dengan wajah pucat pasi.

"Eh-eh, lo gak apa, kan?" panikku sembari berjongkok. Mengelus pelan bagian-bagian yang telah aku pukul dan tendang tadi.

"Gak apa dari mana? Lo lihat dong! Karena ulah lo, gue jadi gak bisa berdiri," kesalnya dengan posisi duduk.

"Ya maaf ... Habis lo jahat sih. Pake acara ngagetin orang aja. Bikin kesel!" Aku bangkit berdiri sembari membersihkan telapak tanganku.

"Hello ... Sejak kapan gue mau ngagetin lo. Korang sudah jelas gue mau jalan bareng lo. Masih aja dituduh nggak-nggak."

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang