43

10 2 0
                                    

~ RAN - DEKAT DI HATI~

Sejauh apapun kamu pergi, maka sedalam itulah mereka mengingat akan semua kebaikanmu. Tak peduli kamu berada di belahan manapun, selama kebaikanmu ada, maka kamu akan terus terkenang. Sampai kapanpun

•••

Aku menolehkan kepalaku ke kanan dan kiri. Menunggu seseorang datang untuk menjemputku. Ya, siapa lagi kalau bukan Bang Tyo. Tadi pagi, aku memutuskan untuk diantar Bang Tyo. Toh, Bang Tyo juga libur kuliah. Jadi, ia tidak akan terganggu akan permintaanku. Dan ya, kabar baiknya, hari ini Bang Tyo pulang awal dari kantornya. Hanya saja, tiba-tiba saja ia mendapatkan tugas dadakan. Sehingga, ia akan terlambat untuk menjemputku. Kebetulan, jalan antara kantor dan sekolahku searah. Jadi, kenapa tidak sekalian?

Aku terus menghentak-hentakkan kakiku resah. Sudah lima belas menit lamanya. Namun, Bang Tyo belum juga menampakkan batang hidungnya ataupun motornya. Membuatku khawatir tiba-tiba. Teringat akan kejadian pertempuran antara Geng Yura dan Oqi. Membuatku harus terpisahkan oleh kekasihku. Benar-benar menyedihkan! Aku melirik ke arah jam tanganku. Jam 16.45.

Oh, ayolah Bang Tyo. Bang Tyo dimana? Aku sudah tidak sabar untuk pulang. Mana, langit mulai gelap lagi. Ya Allah, lindungilah aku. Sedihku di dalam hati. Aku terus memejamkan mata. Sebelum akhirnya aku merasakan bahuku tertepuk. Aku terpekik kaget. Bersamaan seorang lelaki yang muncul di sisi kiriku.

"Hei, kenapa masih di sini? Bukannya seharusnya lo udah pulang?" Aku terkejut dan menoleh. Menemukan sosok Rivo tengah tersenyum ke arahku.

"Um ... Gue lagi nunggu Abang. Dan Bang Tyo sendiri sedang ada tugas mendadak untuk diselesaikan. Biasanya dia akan nyuruh Oqi buat-" Aku menghentikan ucapanku. Napasku tersekat. Tak mampu berkata-kata lagi mengingat aku selalu dijemput oleh Oqi. Dan ... Sekarang ia telah pergi ke negera kincir angin sana. Membuatku menghela napas sedih.

"Bagaimana jika gue yang nganter lo balik?" tawar Rivo ringan.

"Tapi—"

"Gak papa, ayo." Rivo meraih tanganku. Menggenggamku dan membawaku ke sebuah tempat. Aku terpengarah tak percaya mengetahui tempat itu selalu ramai setelah kejadian nahas itu.

"Me-Mengapa ini bisa- Bukannya Geng Abhitah sudah dibubarkan? Lalu, kenapa ini- dan spanduk itu," cicitku sembari mengedarkan pandanganku pada setiap inci markas. Belum sempat Rivo mejawab, seseorang justru datang ke arahku dan menyapaku.

"Oh, hai Fey. Apa kabar?" sapa seseorang dari lantai atas markas. Ia tampak sedang sibuk mengikat sesuatu di sana. Dan tak lupa, seorang lagi membantunya di sana. Aku menyungginkan senyum dan melambaikan tangan. Menjawab sapaan sang pria.

"Tapi, apakah pihak sekolah tidak akan marah akan ini?" tanyaku kepada Rivo yang tampak tenang di sebelahku.

"Marah untuk apa?"

Jbret

Aku terkejut ketika suara keras itu berasal dari lantai atas markas. Aku pun menemukan sebuah poster dengan logo Abhitah dengan kata-kata yang begitu asing.

"Menyediakan buku-buku bacaan untuk dipelajari dari sekolah paud hingga jenjang SMA. Quotes Albert Einztein. Salam Abhitah Crew."

Aku terpengarah tak percaya dengan senyum terukir.

Apakah ini idemu? Rivo ketua geng," tanyaku dengan tidak percaya. Rivo tersenyum tipis dan menggeleng.

"Jangan panggil gue ketua jika gue aja belum pernah mengorbankan nyawa untuk melindungi murid sekolah. Gak ada artinya untuk gue, sebuah jabatan tanpa tindakan."

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang