~LEWIS CAPALDI - BEFORE YOU GO~
Sekuat apa pun aku mencari pengganti untukmu, maka sedalam itulah namamu kian tertancap di dalam lubuk hatiku. Tak akan pernah tergantikan sampai kapan pun. Meskipun aku harus menunggumu bertahun-tahun lamanya
•••
Aku bersepeda ke rumah sakit di mana Oqi dirawat. Sebenarnya, aku bisa minta bantuan Jessi untuk mengantarkanku. Tentu, Jessi menawariku tumpangan. Memberikan aku sebuah peluang agar segera sampai ke rumah sakit Oqi. Tapi, keadaan membuatku harus menolaknya. Selain karena joknya yang tidak nyaman. Alias bikin encok pinggang, aku juga tidak ingin merepotkan Jessi. Setelah ia dengan bahagianya bisa bersama dengan Nendra. Setelah berlama-lama menanti. Toh, mereka juga ada janji sore ini. Jadi, aku tolak saja.
Aku mengayuh sepedaku secepat kilat. Menembus jalanan padat Kota Malang. Hingga sampailah aku di sebuah gedung megah tempat orang-orang sakit dirawat. Salah satunya Oqi yang sedari kemarin belum aku ketahui kabarnya. Bahkan, Bunda merahasiakan kesehatan Oqi kepadaku. Sedih memang, tapi mau bagaimana lagi. Itu sudah hak Bunda bukan?
Sayu-sayu, aku menatap pintu di hadapanku. Pintu bertuliskan nomor 102 itu tampak sepi nan senyap. Apa mungkin Bunda sedang keluar? Kalau begitu, aku bisa masuk sekarang. Perlahan namun pasti, aku melayangkan tanganku ke arah handle pintu. Belum sempat jari jemariku memegangnya, seseorang telah lebih dulu keluar dari sana. Aku berdeham salah tingkah dan berusaha menormalkan diriku.
"Maaf Suster, apakah di dalam ada orang?" Suster bername tag Sushi itu tersenyum dan menggeleng.
"Tidak Nona, di dalam kosong. Hanya ada pasien saja. Kalo begitu, silakan masuk. Saya ke bawah dulu," pamit Suster Sushi. Suster Sushi tersenyum ramah dan berjalan meninggalkanku sendiri. Aku semakin dilanda kegugupan. Jari jemariku kini mulai membeku seiring berjalannya waktu. Padahal kan aku cuman mau ketemu Oqi. Lalu, kenapa aku segugup ini?
Oh ayolah, Fey. Kamu pasti bisa! You can do it! Bismillah .... Aku meraih handle pintu. Menariknya turun dan mendorongnya perlahan. Tiba-tiba saja pandanganku terbius ke arah sosok tak berdaya yang sudah menyelamatkan hidupku. Ia tampak terbaring lemah di sana dengan sebuah infus yang menusuk tangan kanan. Aku meringis tanpa sadar melihat semua luka-lukanya. Ini semua salahku! Kenapa aku harus berjalan sendirian ketika pulang sekolah? Dan kenapa Oqi harus datang menyelamatkanku. Ketika nyawanya saja menjadi taruhan.
Aku tak sanggup melihat penderitaan Oqi. Hingga tanpa sadar air mata menetes dari sudut mataku. Anggap saja aku cengeng. Karena telah membuat orang yang aku sayangi bahkan cintai, lagi-lagi harus merasakan penderitaan! Penderitaan yang seharusnya aku terima. Justru teralihkan kepada mereka. Ya Allah, kenapa Kau melakukan ini semua? Tidakkah Kau bersedih atas apa yang Kau lakukan kepada mereka? Hingga akhirnya mereka harus menderita karenaku. Kenapa, Ya Allah, kenapa??!! Tangisku tersedu-sedu diiringi isakan.
Melangkah lemas ke arah kasur Oqi dan duduk di bangku sebelahnya. Mengambil salah satu tangannya dan mengusapnya hangat. Berharap ia segera sadar dari mimpi panjangnya dan kembali menghabiskan waktu bersama. Merelakan segala yang ada agar kami bisa bersama. Ah, andai saja Om Reno tidak marah kala itu. Aku pastikan Oqi akan ada di tanah kelahirannya. Tinggal dan hidup bersama kami. Baik itu Aku, orang tua Oqi, dan juga sahabat-sahabatnya. Tapi, tidak dengan Geng Abhitah Crew. Karena tepat di hari ini juga sang bibi telah membubarkannya.
Mungkin, Oqi akan sedih mendengarnya. Tapi, mau bagaimana lagi. Cepat atau lambat, ia pasti akan tahu. Daripada bersedih nanti, lebih baik aku kasih tahu saja sekarang. Toh, dia juga masih belum sadar. Jadi, tidak akan mendengarkan perkataanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINDER (END)
Fiksi RemajaR 15+ 《PART LENGKAP》 ~ Genre Spritual ~ Jarak membentang di antara kita. Memutus diri ini untuk berjumpa denganmu. Entah kapan kita bisa bertemu. Kuyakin, kita pasti akan bertemu. ~ Feyliska Rinkana Angel Dernando ~ "Aku yakin, kita pasti akan berte...