29

11 1 0
                                    

~CHERRYBELLE - PURA-PURA CINTA~

Mulut bisa berbohong. Namun, hati tidak. Seberapa keras kamu memaksanya 'tuk membohongi isi hati, ujung-ujungnya hati tetap akan berkata jujur. Tanpa menutupi suatu hal apapun

•••

Malamnya, kami menikmati angin sepoi-sepoi bersama. Kami duduk bersama ditemani sebuah api unggun yang berkorbar di tengah-tengah kami. Aku yang duduk di sebelah Oqi pun mendengus. Antara rela dan tidak rela duduk bersebelahan dengannya. Setelah pemaksaan yang tak berujung, akhirnya aku menyetujuinya. Toh, membuat hati orang bahagia kan mendapatkan pahala. Jadi, aku ikuti saja permintaannya.

"Daripada nglamun berjamaah, bagaimana kalo kita nyanyi aja?" usul Ori membuka suara. Setelah keheningan yang tak berujung.

"Nyanyi? Emang lo bisa nyanyi? Paling juga suara lo fals."

"Heh, dugong! Enak aja! Suara gue merdu ya."

"Merusak dunia maksudnya?"

"Ah, shit!" Jessi tertawa terbahak-bahak sembari memberikan tampang mengejek. Ori menggeram kesal dan bersiap untuk menimpuk kepala Jessi menggunakan gitar yang ada di pangkuannya.

"Eits, slow man. Itu gitar mahal. Jangan main buat nimpuk-nimpuk aja dong," cegah Rivo sembari meraih gitar Ori.

"Tauk tuh," sahut Joy. Joy mengambil sebuah kulit kacang dan melemparkannya tepat di kening Ori.

"Shit! Sakit ogeb!"

"Cih, tampang aja yang dibanggain. Sekalinya disentil langsung tuh jerit," sindir Joy sembari terus menikmati kacang kulit bawaannya. Ori mencebikkan bibir dan beralih menatap Oqi.

"Oqi, bantuin gue. Gue merasa ternistakan deh di sini."

"Emang, iya," sahut Joy.

"Bodo!" Ori mendelik ke arah Joy dan segera mengalihkannya ke arah Oqi. Menatap melas sang pemimpin geng.

"Apa?" tanya Oqi pada akhirnya.

"Nyanyi bareng, yuk. Entar Rivo yang ngiringin deh," tawar Ori bersemangat.

"Kok gue?" sewot Rivo bingung.

"Udah, anggap aja sebagai pahala," bujuk Ori sembari mengedip-ngedipkan mata centil.

"Hm ... Dasar sahabat somplak!" umpat Joy.

"Itulah nama tengah gue."

"Nggak! Gue gak mau. Sama Jessi aja," tolak Oqi sembari terus menyenderkan badannya di kursi.

"Kok gue?" sewot Jessi cepat. Bahkan, kali ini ia sudah melebarkan kedua mata dengan telunjuk menunjuk dirinya sendiri.

"Hm ... Jahat banget jadi bos! Ya udah deh, yuk dugong!"

"Cih, males gue nyanyi sama lo."

"Udah, buruan. Sebentar doang, lagi pun, nyanyi bareng gak bikin lo jatuh cinta ke gue kan?"

"Enak aja! Gue udah punya pacar, ya."

"Gue gak peduli. Dan gak mau tahu! Sekarang, kita mau nyanyi apa?" Jessi terdiam. Memikirkan sesuatu sebelum mendekatkan wajah ke telinga Ori. Ori tampak menimang-nimang sebelum akhirnya menganggukkan kepala setuju. Ikut membisikkannya ke Rivo.

Rivo pasrah dan mengangguk saja. Sebenarnya, apa yang mereka ingin nyanyikan? Sampai judul lagu saja harus dirahasiakan. Benar-benar di luar nalar.

"Oke, satu dua tiga," mulai Ori. Dan tepat dihitungan ketiga, jari Rivo lincah memetik sinar gitar. Membentuk sebuah alunan lagu yang indah.

"Kurasakan ada yang berbeda saat dia tak di sini. Duh, aku bingung jadinya," mulai Ori.

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang