~ JONAS BLUE - PERFECT STRANGERS~
Hubungan itu ibarat orang asing. Awalnya canggung, tapi lama-lama nyaman. Hingga akhirnya terus maju sampai ke jenjang berikutnya. Yaitu, pernikahan. Ah, itulah hidup manusia
•••
"Congrats, Sayangku." Aku menoleh tatkala ia memelukku dari arah samping. Jessi sendiri tampak sangat anggun dan cantik dengan gaun bewarna putih. Aku pun mengangguk dan kembali memeluknya.
"Hey, Mama. Maaf soal tadi. Btw, apa kabar? Kenapa kau datang sendiri? Um ... Kak Nen—" potongku ketika air mukanya berubah menurun. Petanda ada kesedihan di lubuk hatinya.
"Kau tak mencoba un—" Belum selesai kumenyelasaikannya, Jessi sudah terlebih dulu menggeleng.
"Yang sabar, bentar lagi mereka pasti akur kok," tenangku sembari memeluknya erat. Jessi membalas pelukanku dan mengangguk.
"Semoga saja."
"Ekhem," deham seseorang dari arah balikku. Jessi mendongak sembari menyeka air matanya. Seketika, wajah Jessi berubah masam. Menatap rupa sang empu.
"Apa sih? Bikin orang ngiri aja." Oqi tersenyum dan mendekat. Merangkul mesra pundakku.
"Yang jomlo bisa apa, ngiri ajalah gue," sindir Jessi malas sembari bersedekap. Menatap kami berdua bergantian.
"Jangan ngiri muluk dong, Jes. Sekali-kali nganan kek," kelakarku garing.
Tiba-tiba saja, aku menutup mulutku tak percaya ketika sesosok pria tampan tampak berdiri tepat di belakang Jessi. Membuat aku ingin mengatakan berkata sesuatu pada Jessi. Akan tetapi, Oqi telah lebih dulu menahannya dan menggeleng sembari berbisik.
"Jangan ganggu kejutannya, Sayang," bisik Oqi tepat di telinga kiriku. Aku menegak saliva susah payah dan mengangguk.
"Tapi, bagaimana dia mau—"
"Mana ada kalik nganan," jawab Jessi sembari mendesis kesal. Mungkin ia tak sadar akan keberadaan sosok tersebut. Aku pun menahan tawaku dan membiarkan Oqi untuk mengambil alih. Seakan paham, Oqi pun buka suara.
"Ada tuh," tunjuk Oqi ke arah kanan Jessi. Aku yang sedari tadi menahan senyum pun kini tersenyum senang. Senyum jail lebih tepatnya.
"Oh My God!"
"Kenapa gak ngajak, hm?" tanya Nendra dengan nada dingin. Ia melipat kedua tangan di depan dada sembari menatap dingin Jessi. Jessi terkejut dengan mulut tak terkontrol. Terbuka sangat lebar hingga hewan-hewan terbang bisa masuk ke dalam mulutnya.
"Um ... Aku ...."
"Oke, selamat bersenang-senang. Kami tinggal dulu," pamitku sembari menarik tangan Oqi. Tak ingin menganggagu dua sejoli itu.
"Kamu masih utang cerita ya sama aku," ucapku setelah kami sudah menjauh dari Jessi dan Nendra. Oqi mengedikkan bahu dan terus tersenyum. Membuatku gemas dan memukul-mukul dada bidangnya.
"Gak usah kepo gitu dong, Sayang."
"Gimana gak kepo sih? Nyebelin banget tahu gak? Katanya janji gak bakal ada rahasia lagi sama aku."
"Masa?"
"Udah pergi-pergi! Gak usah ketemu lagi! Minggat saja kamu dari bumi!" usirku sembari mendorong kasar tubuh Oqi. Oqi terdiam dan tak bergeming. Padahal, aku sudah mengerahkan banyak tenaga untuk mengusirnya. Namun, tenagaku justru kalah dangan tenaga Oqi. Alhasil, aku terengah-engah. Keringat pun mengucur deras di kening dan badanku. Membuatku gerah secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINDER (END)
Teen FictionR 15+ 《PART LENGKAP》 ~ Genre Spritual ~ Jarak membentang di antara kita. Memutus diri ini untuk berjumpa denganmu. Entah kapan kita bisa bertemu. Kuyakin, kita pasti akan bertemu. ~ Feyliska Rinkana Angel Dernando ~ "Aku yakin, kita pasti akan berte...