~MACKLEMORE & RYAN LEWIS FT WANZ - THRIFT SHOP~
Tak terpikirkan lagi berapa uang yang aku keluarkan. Selagi itu membuatmu bahagia, maka aku sedia memberikan apapun itu untukmu. Sekalipun harus menjual harta benda berhargaku demi membelikan barang keinginamu
•••
Sesuai janji kami kemarin, kami pun bergegas keluar dari gerbang sekolah menuju mobil milik Jessi. Melewatkan acara berharga yang biasanya dilakukan oleh anak bangku SMA. Ya, apalagi kalau bukan melemparkan warna kepada sesama temannya atau mencoret seragam menggunakan spidol permanen. Tentu, amat disayangkan ketika seragam yang menemani tiga tahun kita berakhir tragis dengan keadaan tak mengenakkan. Akan tetapi, ada sensansi sendiri ketika kita melakukannya. Seperti ada yang kosong ketika kita melewatkan hal itu.
Aku yang masih berjalan menuju gerbang pun dikagetkan dengan lemparan warna yang mengenai tepat di seragamku. Diikuti suara tawa yang menggelengar di halaman kosong di sekolah itu. Cepat-cepat, aku menoleh ke arah sang pelaku dan menemukan Jessi tengah cengengesan diikuti tawa dari Rivo, Joy, dan Ori. Yah, ternyata, tahun cepat berlalu. Sudah tiga tahun lamanya aku di sini bersama Jessi, Rivo, Joy, dan Ori. Yang sebelumnya dihabiskan bersama Oqi juga.
Namun, ia telah lebih dulu meninggalkan kami dan hidup di negeri orang. Huh, andai saja dia masih di sini. Mungkin, kita masih bisa mengukir kenangan bersama.
"Hei, ayo kita pesta! Masa iya, seragam lo doang yang gak kena pewarna. Gak seru ah," ucap Ori dari balik tubuhku. Menampilkan perawakan kekarnya yang sedari tadi bersembunyi di balik dinding bersama Rivo dan Joy. Entah sejak kapan Jessi diberikan warna. Yang pasti, ia tampak dipenuhi dengan berbagai warna di sekujur tubuhnya. Mulai dari rambut hingga ujung sepatu. Dalam hati aku tertawa melihat wajah penuh warna Jessi. Menutupi seluruh wajahnya. Sangat berantakan!
"Ori! Lo kok nyebelin banget sih! Bikin prank kayak gini. Kenapa juga sih yang kena cuman gue, sedangkan Fey cuman kena ampasnya. Ih ... Nyebelin banget!"
Aku mendongakkan wajahku. Seketika aku tersenyum. Menahan tawa setelah tahu dari mana kah warna-warna itu berasal. Ternyata, ada seseorang yang sudah lebih dulu merencanakan hal ini. Terbukti dengan sebuah karung beras kosong yang menjadi alas dari berbagai bubuk pewarna berikatan tali panjang yang terulur ke balik tembok tempat Ori bersembunyi.
Beruntung, aku tidak jalan sejajar sama Jessi. Kalau tidak, habislah riwayatku seperti Jessi! Penuh dengan bubuk warna. Aku menggelengkan kepalaku ketika Jessi tampak emosi dan mengejar Ori yang kontan saja mereka kejar-kejaran dan mengelilingi halaman sekolah. Aku hanya menyunggingkan senyumku dan mengamati keduanya. Ditemani dengan Rivo dan Joy yang sama kotornya denganku. Hanya saja, tidak separah milik Jessi.
"Eh, gimana kalo kita makan bakso di warung sebelah aja? Dari pada nonton kegilaan mereka berdua," usul Joy ke arah kami berdua. Apa? Bakso? Oh my God! Itu kan salah satu makanan favoritku. Dan apa? Warung sebelah? Warung yang dikenal dengan bakso legendarisnya yang sangat enak?
Tiba-tiba saja perutku berteriak. Meminta seporsi bakso dan jeruk hangat untuk segera masuk ke dalam perutku. Shit! Joy benar-benar setan makanan! Selalu tahu waktu yang tepat buat mengisi makanan. Apalagi dengan makanan favoritku. OMO!
"Gue sih ayo-ayo aja, tergantung Feynya aja."
"Nah, elo Fey mau—"
"Ya! Gue mau!" seruku tidak tertahan. Seakan sadar, aku segera menutup mulutku dan berdeham. Kembali mengembalikan imageku.
"Oke, kalo gitu, yuk jalan. Entar keburu habis lagi." Kami pun menganggukkan kepala dan bergegas keluar gerbang sekolah. Meninggalkan Jessi yang masih sibuk berkejar-kejaran bersama Ori di halaman sekolah. Dasar tidak sadar umur! Sudah dewasa, bukannya bisa mengendalikan diri. Eh, mereka justru masih kekanak-kanakkan. Berlarian ke sana kemari hanya karena diganggu oleh lawan mainnya. Ck, tidak habis pikir!
KAMU SEDANG MEMBACA
HINDER (END)
أدب المراهقينR 15+ 《PART LENGKAP》 ~ Genre Spritual ~ Jarak membentang di antara kita. Memutus diri ini untuk berjumpa denganmu. Entah kapan kita bisa bertemu. Kuyakin, kita pasti akan bertemu. ~ Feyliska Rinkana Angel Dernando ~ "Aku yakin, kita pasti akan berte...