~ DEVANO DANENDRA - LOVIN'U ~
Kita tidak bisa memaksakan orang untuk menyukai kita. Begitupun sebaliknya. Karena manusia pasti memiliki kekurangan yang membuatnya tidak disukai oleh beberapa orang. Dan itu pasti
•••
Akhirnya, hari itu tiba. Hari dimana aku meninggalkan pulau kelahiranku menuju pulau lain. Menuju ke sebuah pulau yang selama ini dirahasiakan oleh Oqi. Dengan sebuah koper di tangan kananku dan tas selempangan rajut bewarna putih, aku melangkah masuk ke dalam bandara. Tangan kiriku tentu saja tidak menganggur. Karena ada genggaman yang kuat di sana. Ya, genggaman tangan Oqi.
Seperti biasa, kami selalu berangkat bersama dan bahkan berbelanja kebutuhan bersama. Setelah sepulang sekolah mengambil rapot, ternyata Oqi mengajakku untuk berbelanja perlengkapan liburan. Dan ya, aku pun dibelikan sebuah koper hitam yang ada di tangan kananku ini. Karena aku sendiri tidak memiliki koper. Hanya sebuah tas ransel dan tas jinjing saja. Tentu, Oqi tak ingin jika aku memakai kedua tas itu. Alhasil, ia pun membelikanku koper berukuran sedang. Hm ... Dasar Oqi! Suka mengambil keputusan seenak jidat tanpa mau meminta pendapat dulu. Keras kepala!
"Kamu capek?" tanya Oqi tiba-tiba dengan pandangan menunduk ke arahku.
Hari ini, Oqi tampak terlihat tampan dengan kaos santainya, disertai dengan celana bahan dan sepatu kets. Yang mampu membuat kaum hawa memekik histeris. Tak lupa, kaca mata hitam kebanggannya pun bertengger di hidungnya. Hum ... Emang sih outfit yang satu itu tidak pernah ia lupakan. Bahkan, ia sendiri memiliki belasan kaca mata hitam. Anggap saja kalau Oqi ini pengoleksi kaca mata hitam. Jadi, ya ... Kalau ketemu kaca mata hitam sedikit, atau mampir belanja ke Mal, ia tak pernah absen untuk sekadar mengunjungi toko-toko branded itu yang berujung kepada pemborosan. Pasalnya, kaca mata yang ia beli itu sama saja seperti punyanya yang lain. Namun, Oqi justru membantahnya dan tak menerimanya. Aku memilih diam dan tak melanjutkannya. Toh, bicara sama orang batu itu susah! Tidak ada ujungnya! Aku pun menghela napas dan menggeleng.
"Nggak, btw, masih lamakah?" tanyaku sembari meliriknya. Oqi terdiam dan menggeleng.
"Nggak, bentar lagi kita bakalan take off. Tapi masalahnya, temen—"
"Hei, Fey!" panggil seseorang dari arah depanku. Aku menoleh dan menemukan Jessi tengah melambaikan tangan sembari tersenyum bahagia. Tak mau berlama-lama lagi, aku pun segera menyusulnya dan meleapas genggaman Oqi. Toh, sahabat lebih penting bukan dari pacar? Tanpa sahabat, kita bukanlah apa-apa. Melainkan mayat hidup yang berjalan tanpa arah. Tak memiliki teman, dan selalu hidup dalam kesunyian.
Bruk
Aku memeluk erat tubuh ramping di depanku. Melingkarkan tanganku di pinggangnya dan menenggelamkan wajahku di pundak Jessi. Ah, rasanya damai dan nyaman. Sangat pas untukku.
"Ekhem, udah sampe dari tadi?" tanya Oqi yang membuatku memutar bola mata jengah. Aku pun melepas rengkuhan Jessi dan berjalan mundur. Menggenggam kedua tangan Jessi dengan senyum merekah.
"Um ... Gak juga sih. Btw, kita kapan berangkat? Than, kita mau kemana? Perasaan gue belum dapat tiket deh."
"Ck, sabar," decak Oqi dengan wajah kesalnya. Aku pun menatapnya tajam. Mengingatkannya untuk selalu sabar dan tidak kasar. Oqi mencebikkan bibir kesal dan merogoh sakunya. Memusatkan seluruh atensi pada benda tipis itu.
"Hei, apakah kami terlambat?" sapa Rivo tiba-tiba. Tentu, Rivo tidak sendiri. Joy tampak hadir di sisi kanan Rivo. Dengan tangan yang menggenggam sebuah koper dan pundak kanan yang bertengger tas ransel. Memandang malas ke arahku dan Jessi. Mungkin, ia masih tak menyukai kami berdua. Tapi, tak apa. Aku memakluminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINDER (END)
Teen FictionR 15+ 《PART LENGKAP》 ~ Genre Spritual ~ Jarak membentang di antara kita. Memutus diri ini untuk berjumpa denganmu. Entah kapan kita bisa bertemu. Kuyakin, kita pasti akan bertemu. ~ Feyliska Rinkana Angel Dernando ~ "Aku yakin, kita pasti akan berte...