42

14 1 0
                                    

~ BLINK - LOVE U KAMU~

Kita akan selalu ribut dengan sahabat kita. Karena kita tahu, apa yang terbaik untuk sahabat kita, sekalipun itu akan membuatnya kesal dan melampiaskan semua amarahnya kepada kita. Tanpa tahu kebaikan apa yang telah kita selipkan di balik tindakan kita

•••

"Hei, jangan melamun terus dong. Gue kan ada di sini." Aku menoleh ke arah sampingku. Menemukan Jessi tengah tersenyum manis kepadaku.

Tak hanya Jessi. Rivo, Joy, dan Ori tampak hadir di sekelilingku. Setelah mengucap selamat tinggal kepada Oqi, kami pun memutuskan untuk makan bersama di mal. Sekalian hangout. Begitulah katanya. Awalnya, aku menolak. Namun, atas bujukan Jessi dan Ori, akhirnya aku menyetujuinya. Dan di sinilah aku. Restoran bergaya Italia dengan makanan khasnya.

Aku yang duduk di dekat jendela pun hanya bisa memandangi kemacetan jalanan Surabaya. Sesekali, aku menatap langit-langit dan berharap bisa menemukan pesawat Oqi. Konyol memang, tapi mau bagaimana lagi? Di kala rindu menyerang, kekasih tidak ada di sisi kita. Entah bagaimana aku harus menghadapinya, karena aku tidak bisa menuntaskannya untuk beberapa saat.

"Eh guys, gue punya hewan baru nih," ucap Ori memulai obrolan. Aku terus menatap jalanan di bawah sana. Tak mengubris obrolan Ori.

"Hewan? Apaan? Bukannya hewan lo udah banyak? Masa iya, lo beli lagi. Boros banget."

"Iya, bener tuh katanya Joy. Tapi ... Kalo pun lo beli, gue boleh lihat gak? Mumpung masih baru," celetuk Jessi di sebelahku.

Pletak

"Lo kata hewan gue barang atau apa? Main lihat-lihat aja. Bayar sini!"

"Dasar pelit! Sama sahabatnya aja perhitungan."

"Helo ... Siapa juga yang nganggep lo sahabat?"

"Heh, kok lo gitu sih? Mentang-mentang Fey pacar Oqi. Lo jadi—"

Deg

Aku menolehkan wajahku ke arah Jessi. Begitu pula dengan ketiga sahabat Oqi. Menatap horor ke arah Jessi. Menyuruhnya untuk diam. Aku pun menghela napas berat dan tersenyum. Bersamaan dengan pelayan yang datang menghampiri kami.

"Eh, Fey. Sini!" Aku menolehkan wajahku ke arah Jessi. Jessi tersenyum malu dan mendekatkan wajahnya ke telingaku.

"Eh, lihat deh! Masnya cogan tuh. Menurut lo, dia udah punya doi atau belum?" bisik jessi sesekali melirik ke arah pelayan pembawa nampan kami. Dasar Jessi! Sudah punya pacar tampan, masih saja cari yang lain. Kalau tahu begitu, mending, dari dulu Nendra buat aku. Dibandingkan untuk Jessi yang tidak tahu malu itu. Cih.

"Jes, lo udah ada Nendra," ingatku sembari mengaduk-aduk jus milikku.

"Iya, tapi gue—"

"Heh, Dugong! Jaga mata! Entar doi marah, baru tahu rasa!" peringat Ori seakan paham akan obrolan kami.

"Ck, apaan sih lo. Ikut-ikutan masalah cewek aja. Jangan-jangan, lo cowok boongan, ya? Pantes aja, disuruh manjat pohon gak mau."

"Gak usah buka kedok! Buruan makan!" Ori meraih Pizza di hadapannya dan melahapnya rakus. Aku melirik ke arah Jessi. Wajah Jessi tampak masih memerah padam. Hingga akhirnya ia meraih Lasagna kesukaannya. Aku mengedikkan bahu dan mulai menyantap makananku. Menatap sendu jendela dengan mulut terus mengunyah.

"Btw, nanti lo yang bayar ya, Ri. Gue gak ada uang nih," ucap Joy mengisi suasana. Ori terbatuk dan menatap Joy horor.

"Kok gue? Bukannya gue udah kemarin."

HINDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang