~SELENA GOMEZ, MARSHMELLO - WOLVES~
Orang-orang pasti akan menggunakan kalimat ancaman, 'tuk mendapatkan kemauannya. Padahal, pemaksaan itu tidaklah benar! Ini sudah menyalahi kodrat sebagaimana manusia bisa berkehidupan bebas. Tidak di bawah ancaman seperti ini. Tapi, jika memang ia yang salah. Maka, ancaman adalah hal yang wajar
•••
"Nah, cowoknya itu dia, ogeb!" Aku pun menoleh ke arah Jessi dengan mata melotot. What? Jadi, dia si jenius kedua SMA Negeri 28 Surabaya? Dia! Dia si pemilik puluhan piala yang ada di rak sekolah? Piala yang mendampingi kehebatan seorang Danendra.
Tidak! Ini sulit dipercaya. Bagaimana, bisa? Bukannya ia selalu tak muncul ketika pembagian piala, itu? Dan selalu berakhir di tangan wakil OSIS sebagai perantaranya.
Tiba-tiba saja, ingatanku berputar ke kejadian pagi tadi. Kejadian ketika Ori menegur sahabatnya yang lagi-lagi kepergok bolos upacara.
"Hai, Bro, lo bolos lagi?" tanya Ori. Oqi tampak tersenyum sinis.
"Yah, bisa lo lihat sendiri."
"Wih, bolos kok bawa cewek. Ternyata, lo jago," sahut cowok dengan topi yang terlepas dan kemeja yang keluar dari celana layaknya R. Ya, itu Joy
"Enak aja!" Oqi mengambil kerikil di sekitarnya dan melemparkannya tepat di kepala sahabatnya.
"Asem! Sakit bego!" kesalnya sembari mengelus-elus kening lebarnya. Oqi tertawa dengan lebar. Membuatku terpaku beberapa saat, memandangi ketampanannya
Jadi, memang dia si cowok jenius itu? Tidak! Ini masih sulit dipercaya. Aku menggelengkan kepala cepat.
"Apa? Lo gak percaya?" tanya Jessi yang paham akan gelagatku. Aku terdiam. Tak merespon Jessi.
"Ck, ya udah kalo gak percaya. Terserah lo!" acuh Jessi sembari memainkan iPhone-nya.
"Jes," panggilku pelan.
"Hm," deham Jessi tanpa mengalihkan pandangannya.
"His, kalo dipanggil nengok orangnya dong," gerutuku dengan bibir cemberut. Jessi menoleh dengan senyum terukir.
"Aduh, bayi Mama ada apa? Unyu banget deh."
"Najis, Jes!"
"Hahaha ... Emang gue, nggak? Enak aja gue punya anak kayak lo. Gak ada unyu-unyunya."
"Eh! Miror, lo! Kayak ngrasa unyu aja."
"Faktanya begitu kok. Buktinya Prince Nendra mau sama gue."
"Ya karena dia kepaksa! Males ngladeni lo yang ngbuntuti dia terus. Huh! Capek kalik buntuti orang. Kayak gak ngrasa aja."
"Siapa suruh lo ikut sama gue."
"Ye ... Siapa yang dulu maksa gue sambil mohon-mohon gitu. Habis itu, matanya merah brambang, lagi! Sama ada tuh, lendir-lendir hijau di dalam hidung lo." Aku pun tertawa terbahak-bahak membayangkan wajah termelas Jessi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HINDER (END)
Teen FictionR 15+ 《PART LENGKAP》 ~ Genre Spritual ~ Jarak membentang di antara kita. Memutus diri ini untuk berjumpa denganmu. Entah kapan kita bisa bertemu. Kuyakin, kita pasti akan bertemu. ~ Feyliska Rinkana Angel Dernando ~ "Aku yakin, kita pasti akan berte...