27 Ngengat Hilang!

13 5 0
                                        

AtinyRyesa24 presents My Aurora

"Ngengat Hilang!"

.

.

.

"Halo gadis-gadis. Makanannya sudah jadi kah?" Nandin tiba-tiba saja datang. Tak lama setelah Ocha pergi berbelanja, dia datang dengan kawan-kawannya. Mericuh di dapur, mencicip semua masakan yang ada.

"Aaa! Pergi kalian!" Neyla mengangkat sendok sup. Lalu dia mendekat ke arah Nandin yang mengambil tahu putih dan tampak akan memakannya. Neyla langsung saja memukulkan sendok sup yang dibawanya pada kepala Nandin dan Zeno.

"Aduh, jangan pukul rambut cantikku dong!" Nandin membersihkan rambutnya.

"Aduh!" Zeno mengaduh sambil mengelus kepalanya.

"Pergi dari sini!" Neyla mendorong dua pemuda itu mendekat ke arah Efran yang kini duduk sambil menenggak minuman di botol yang diperolehnya dari anak kelas 1-E. Peluh tampak memenuhi wajahnya.

"Neyla, di mana Ocha? Kenapa aku tidak melihatnya?" Toshiro membandrol Neyla dengan pertanyaannya.

"Ocha pergi beli beras."

"Apa? Kenapa aku tidak diajak? Aku bisa membantunya memanggul berasnya." Toshiro tampak memasang wajah tidak terima.

"Kalau dia mengajakmu, kau pasti akan mempengaruhinya menggunakan uangnya untuk membeli camilan." Richie menyahut.

"Tahu saja." Toshiro nyengir.

"Daripada kalian tidak melakukan apa-apa di sini, mandi sana!" Neyla mengusir Toshiro dan Richie. Toshiro menggerutu.

Memang waktu sudah menunjukkan matahari akan terbenam. Langit senja tampak kemerahan bercampur dengan semburat oranye. Tampak cantik sekaligus menakutkan dan misterius. Menakutkan karena legenda orang jaman dahulu yang berkata bahwa setiap senja tiba para entitas asing akan muncul dan berkeliaran.

Tolong jangan ingatkan itu. Bagi Ocha itu sangat mengerikan.

"Jadi, kamu mau beli apa?" Ocha yang merasa semua kebutuhan telah di beli itu bertanya pada Stefanny yang berdiri di sebelahnya sambil bersidekap memperhatikannya. Dia langsung saja mengarahkan pandangannya ke segala penjuru.

"Hmm.. ini. Aku membayarnya sendiri." Stefanny mengambil satu bungkus pembalut. Dia mengapitnya menggunakan jari telunjuk dan tengahnya. Ocha langsung mengangguk paham. Kemudian Stefanny memberi Ocha uang seharga sama dengan pembalut tadi.

Setelah membayar, mereka berdua keluar dari toko itu. Ocha berjalan terayun karena belanjaannya yang banyak. Susah membawa beras lima kilo dengan satu tangan sendirian. Ingin rasanya Ocha menyeretnya ke mobil. Biarpun begitu, tangan Ocha yang satunya menenteng belanjaan lainnya. Ditambah lagi, Ocha membawa tas selempang mini biru bayi. Sulit sekali untuk bergerak.

Ocha hanya menghela napas sabar melihat Stefanny berjalan sambil bersidekap di depannya. Dia bahkan tampak tidak memiliki pikiran untuk membantu Ocha. Tiba-tiba muncul keinginan untuk pergi ke toilet, Ocha kebelet pipis.

"Stefanny!" Ocha mencoba menyusul Stefanny dengan tenaganya yang tersisa. Memang seharusnya dia tidak banyak menghabiskan tenaganya hari ini. Ocha bahkan merasa super lelah saat ini. Rasanya ingin menidurkan diri di kasur empuk.

Stefanny berbalik. Dia mengangkat alisnya.

"Tolong bawakan ini ke mobil. Aku ingin ke toilet sebentar."

Stefanny hanya menatapnya, Ocha meringis lalu menghela napas.

"Apa segini tidak kuat? Ya sudah, kutinggal di sini dulu saja." Ocha menyerah untuk meminta bantuan Stefanny. Ocha tampak akan menaruh barang belanjaan di tanah. Lalu..

My AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang