40 Kesialan Beruntun

6 1 0
                                    


AtinyRyesa24 presents My Aurora


"Kesialan Beruntun"

.

.

.

Di mana dewi fortuna saat kita membutuhkan bantuannya?

Kelas 1-A sepertinya sepi. Tidak, ini bukan saatnya pelajaran olahraga seperti biasa yang membuat kelas sepi tidak berpenghuni. Saat ini juga bukan pelajaran memasak. Juga bukan pelajaran musik ataupun pelajaran kimia. Tebak pelajaran apa?

Tentu saja jelas sekali jika saat ini merupakan pelajaran matematikanya Pak Sugi. Pasti. Semua siswa tahu jika Pak Sugi itu guru tergarang di sekolah KQ. Mereka pasti tidak akan mencoba cari gara-gara terhadap guru yang satu ini.

Siapa murid gila yang mencoba mencari gara-gara saat Pak Sugi menerangkan di depan kelas?

Tampak Ocha sedang giat menulis. Dia melumat bibir atasnya lalu menyipitkan matanya melihat kertas yang sedang ditulisinya. Lalu Ocha mempercepat kecepatan menulisnya dan menyunggingkan senyum tipis. Setelah selesai menulis, dia melipat kertas yang tadi ditulisinya. Lalu tangan kanannya menaruh kertas itu di meja Neyla yang ada di sebelah kanannya.

Ternyata Ocha surat-menyurat dengan Neyla duduk di sebelahnya.

Ocha langsung fokus kembali pada Pak Sugi yang kini tengah menulis rumus sambil menerangkan rumus tersebut. Neyla dengan semangat menyambar kertas yang Ocha taruh di atas tempat pensil bebek milik Neyla. Neyla lalu membaca kertas itu. Dia menahan tawanya. Lalu menulis jawaban yang tepat untuk membalas surat Ocha.

Gila memang.

Yah, tapi mereka berdua cukup waras kok, hanya saja mereka kebosanan mendengarkan alunan lagu tidur Pak Sugi. Jadi Neyla memutuskan untuk belajar dari pengalaman. Neyla dengan ide briliannya untuk tidak tertidur lagi di kelas Pak Sugi.

"Oke.. sudah.. kirim." Neyla rupanya selesai menulis jawaban pada kertas yang baru disobeknya. Lalu dia menaruh kertas itu di meja sebelah kirinya. Neyla masih menunduk sambil berpura-pura membaca buku paket yang terbuka di depannya.

"Apa mimpimu menjadi tukang pos?" Suara berwarna kelam menyapa pendengaran Neyla dan Ocha.

Tangan Neyla yang masih terulur itu terhenti. Neyla dan Ocha lalu mendongak patah-patah. Mereka berdua rupanya baru menyadari jika Pak Sugi sudah berada di jalan tengah kelas. Tepatnya di sebelah bangku milik Neyla.

"Bukan Pak, mimpi saya menjadi seorang putri." Oh, Neyla. Kenapa stok keberanianmu sangat banyak? Apa masih ada stok lagi? Kenapa tidak kamu bagikan saja stokmu?

"Lalu itu apa?"

"Ini. Ini catatan yang ada di papan tulis. Ocha tidak terlalu kelihatan. Jadi saya menuliskannya. Iya kan Ocha?" Neyla menjawab sambil memberi kode pada Ocha yang kini menjatuhkan rahangnya.

"Oh, iya pak." Ocha menganggukkan kepalanya pelan. Dia mencoba memasang wajah semeyakinkan mungkin agar Pak Sugi percaya. Masalahnya jika Pak Sugi tidak percaya, beliau pasti akan mengecek kertas yang kini masih tergeletak di sebelah buku paket milik Ocha. Kebohongannya akan tercium dan dia akan tamat.

"Hm. Kalau begitu ini akan kuambil. Kau bisa meminjam catatan milik Neyla." Pak Sugi memungut lipatan kertas yang tadi dikirim Neyla. Beliau berbalik dan berlalu begitu saja dari depan mereka berdua. Ocha memasang wajah dramatisnya. Dia sempat mengulurkan tangannya yang sedikit bergetar.

My AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang