57 Empat Serangkai

4 1 0
                                    

AtinyRyesa24 presents My Aurora

"Empat Serangkai"

.

.

.

Akhir-akhir ini ada yang aneh dengan Aren. Batang hidungnya semakin jarang tampak di ruang klub musik. Kemarin saja dia hanya pergi ke ruang klub untuk memberitahu teman-temannya, juga untuk mengambil stik drumnya. Setelahnya dia melenggang pergi ke kamar asrama. Nampak aneh..

Lalu malamnya ada seseorang yang gempar tengah mencarinya. Tapi, Aren tetap tidak ingin melangkah keluar dari kamar asrama sejengkal pun. Hingga akhirnya, seseorang yang mencarinya mendatangi langsung kamar asramanya.

Saat itu Zeno, Erian, dan Toshiro sedang main ke kamar sebelah. Aren sedari sore bersembunyi di kamar, mematikan ponsel hingga mencabut baterainya. Ayah Aren—seseorang yang gempar mencari Aren—langsung saja membuka pintu asrama dengan keras dan berteriak pada Aren yang saat itu tengah duduk terlelap di sofa sembari mengenakan earphone.

Setelah itu suasana menjadi ricuh. Perdebatan Aren dan ayahnya membuat beberapa pemuda keluar dari kamarnya. Termasuk tujuh pemuda yang tadinya 'berjudi' di kamar sebelah. Mereka semua melihat pertengkaran ayah-anak itu bagaikan menonton pertunjukan sirkus yang menarik.

Pagi ini masih dingin seperti biasanya. Dengan letak KQ highschool yang berdekatan dengan hutan, membuat udara sekolah elit itu semakin dingin. Untungnya, di setiap ruangan terdapat pemanas yang canggih.

Nampak dua gadis bersurai sebahu berjalan berdampingan di lorong sekolah KQ lantai dua.

"Kenapa semakin hari, sekolah ini semakin dingin? Haah.. haaa.." Ocha memberikan uap hangat ke telapak tangannya yang kedinginan. Beberapa kali menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya untuk memberikan sensasi hangat. Tapi itu tidak berfungsi, masih saja terasa dingin.

"Mungkinkah di sekolah ini ada Elsa? Dia bersekolah bersama kita!" Neyla masih pagi sudah berbicara melantur.

"Maksudmu Elsa dan Anna keluar dari film? Eei, itu tidak mungin!" Ocha sekilas sempat percaya dengan perkataan Neyla yang mustahil.

"Kenapa kamu berpikir itu tidak mungkin?" Neyla membeoi kata-kata favoritnya dari drama yang pernah ditontonnya.

"Ah, hentikan! Pikiranku traveling." Ocha menutup kedua telinganya karena Neyla yang menyebalkan.

"Kenapa pikiranmu traveling?"

"Hentikan!" Ocha menabok punggung Neyla.

"Aww! Sakit Ocha!"

"A-apa sesakit itu?" Ocha khawatir melihat Neyla. Padahal dia hanya memukul punggung Neyla biasa saja.

"Tentu saja! Pukulanmu itu setara dengan Do Boong Soon. Ah, bagaimana kalau punggungku remuk?" Neyla melebarkan bola matanya.

"Kamu hanya pura-pura, ya! Kamu terlihat baik-baik saja!" Emosi Ocha melunjak tiba-tiba. Neyla yang peka langsung kabur masuk ke kelas 1-A. Nampak di sana ada empat pemuda yang tampak diliputi suasana serius. Saking seriusnya hingga mereka tidak menyadari Neyla yang masuk.

Keempat pemuda itu adalah Zeno, Aren, Toshiro, dan Nandin. Mereka berempat duduk berhadap-hadapan. Aren dan Toshiro duduk di tempat mereka masing-masing. Sedangkan Zeno dan Nandin menempati tempat duduk Neyla dan Ocha.

"Kau benar-benar tidak ingin memberitahu kami?" Zeno yang duduk di depan Aren itu menatap pemuda bermata elang dengan pandangan seriusnya yang menakutkan. Neyla yang melihatnya saja terdiam. Ekspresi wajahnya seperti saat Zeno menyadari bahwa gitarnya patah.

My AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang