Katak

2.2K 97 7
                                    

"Dek, bangun." Suara gadis itu memenuhi ruangan yang kini Kahfi tempati. Kahfi menaruh ponselnya, lantas membuka pintu.

"Udah bangun teh." Katanya singkat, lantas mendapat senyuman dari kakak perempuannya.

Airyn lantas melangkah menuju kamarnya kembali, sudah tugasnya untuk membangunkan adik lelakinya. Meskipun Kahfi bisa dibilang sudah dewasa, tetap saja anak bungsu akan selalu dianggap bayi dalam keluarga, bukan?

Kahfi sedang sibuk menghafal ketika Airyn mengetuk pintunya tadi. Ia kini kembali fokus dalam niat awalnya, menghafal. Sengaja cowok itu bangun lebih cepat dari biasanya, hari ini ia ada jadwal untuk tanding basket melawan SMA sebelah. Kahfi segera membuka grup line untuk membangunkan teman-temannya.

Sementara disisi lain, Alvin tengah tertidur pulas dengan posisi yang sudah tidak wajar. Entah pose apa yang sedang ia lakukan, tapi Alvin tetap tertidur dengan wajah bersahajanya.

Hingga pintu kamar Alvin diketuk oleh Papa. Sontak, ia terbangun. Alvin memang begitu, tidurnya sudah seperti orang mati tapi begitu mendengar suara Papa ia otomatis akan terbangun.

"Vin bangun, siap-siap sholat." Kata Papa.

"Iya pa."

"Bangunin Ivana sekalian ya."

"Iya."

Menuruti kata Papa, tepat setelah ia wudhu Alvin langsung ngacir ke kamar adiknya, Ivana. Begitu sampai didepan pintu kamar gadis itu, Alvin mematung. "Anjir, apa-apaan." Katanya, lantas kembali ke kamarnya untuk bersiap ke masjid.

Hal yang sama juga terjadi dengan anggota Eltazafer lain, mereka bangun dari tidur kemudian menuju ke masjid untuk sholat subuh berjamaah. Meskipun Saka bisa dibilang orang berada tapi ia tidak pernah sungkan untuk bertegur sapa dengan para jamaah masjid.

Begitupun Raja, ia sedang bersalaman dengan para bapak-bapak ketika ia mendengar namanya dipanggil. Sontak cowok itu menoleh, mencari sumber suara.

"Woy Ja!"

Raja melihatnya, ternyata Fadil lah yang memanggil namanya sedari tadi. "Apaan?"

"Sini lo, ada berita penting." Kata Fadil masih setengah berteriak.

Mau tidak mau, Raja menurut. Ia berjalan menuju tetangga jauh sekaligus sahabatnya itu. "Apaan?"

"Sisa 3 jam sampe kita tanding, anjir."

"Lo cuma mau bilang ini?" Tanya Raja, masih menatap Fadil lekat-lekat. Lebih tepatnya ia kesal.

Fadil mengangguk, "Iya."

"Sini, gue mau bisikin sesuatu."

Begitu Fadil mendekat, Raja segera memiting leher cowok itu. Hingga Fadil menepuk-nepuk tubuh Raja panik, dan mengundang perhatian bapak-bapak yang sedang berbincang ringan di teras masjid.

"An...jir...m..m..ati...gu...e..Ja." Fadil tersedak air liurnya sendiri, dasar Fadil.

Setelah melepas pitingannya, Raja berniat pulang. Ia lelah, dan tidak mau membuang lebih banyak tenaga dengan menanggapi Fadil. Fadil yang masih sekarat hanya bisa menatap kepergian tamannya itu.

 Fadil yang masih sekarat hanya bisa menatap kepergian tamannya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Geruchtted✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang