Gampang

300 37 17
                                    

Semua orang yang berada dikamar Fadil sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Saka dan Alvin sedang bermain PS, Raja sedang streaming 'how you like that' lewat komputer milik Fadil, Zach sedang tertidur pulas, sementara Kahfi sedang sholat dhuha. Kegiatan mereka sangat beragam, seperti di taman kanak-kanak.

Fadil masuk kekamar, lantas segera menuju kamar mandi yang sudah kosong sejak beberapa menit yang lalu. Sembari mandi, ia memikirkan kejadian yang baru saja ia alami. Ia tidak menyangka, Fadil bahkan tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Fadil membaringkan tubuhnya disamping Zach yang sudah bernafas dengan teratur. Kasur Fadil cukup luas, sehingga jaraknya dan Zach tidak berdekatan. Fadil sedih, ingin menangis tapi air matanya urung untuk keluar.

Pintu kamar Fadil terbuka, menampilkan Saka yang entah sejak kapan keluar kamar. Wajah Saka terkejut, benar-benar terkejut. Ekspresi cowok itu sangat mudah ditebak, sehingga Fadil tahu sahabatnya itu sepertinya baru saja dari lantai bawah.

"Kenapa lo?" Tanya Raja singkat, sesaat setelah Saka memasuki kamar.

"Dil, lo udah kebawah tadi?" Saka mengabaikan pertanyaan Raja tadi, ia langsung menatap Fadil yang tengah berbaring santaiㅡnamun hatinya berantakan.

Fadil mengangguk, "Udah, kenapa?"

"Kayanya gue salah liat deh." Gumam Saka, sambil berusaha meyakinkan dirinya.

"Lo kenapa sih? gue serius nanya." Ulang Raja yang otomatis mendapat atensi lebih dari teman-temannya yang lain, terkecuali Zach yang sedang tertidur.

Saka menatap teman-temannya, "Ada Karin dibawah."

"Sumpah lo?"

"Gila Dil, kiamat."

"Ini bukan kiamat lagi. Kalo ada kata yang melebihi kiamat, mungkin itu yang Fadil rasain sekarang." Timpal Alvin.

Fadil berganti posisi menjadi duduk, "Lebih dari itu, Vin."

"Lah terus ngapain lo masih nyantai disini?" Kahfi kini bersuara, masih bingung dengan kelakuan temannya itu.

"Dia kesini bukan buat nemuin gue, Fi."

Sontak, Eltazafer sama-sama menjawab. "HAH???!!!"

"Iya, Karin kesini sebagai pacar Fadli."

Raja mengernyit, "Jadi artinya lo diselingkuhin, gitu?"

Fadil mengangguk, "Bener Ja."

"KOK LO NYANTAI BANGET SI BABI??? PUTUSIN LAHHH PUTUSINNNN!!!!" Alvin sudah tidak bisa memendam rasa kesalnya pada Fadil, Fadil terlalu santai dalam segala hal.

"Tanpa gue kasihtau juga pasti dia paham kok kalo kita udah putus."

"GIMANA BISA DIL??? KARIN ITU GA PUNYA KEKUATAN BACA PIKIRAN GOBLOKKKK!!!!!"

"Vin, sabar. Tarik nafas dulu." Ujar Raja mengingatkan.

"MANA BISA GUE SABAR KALO PUNYA TEMEN SEJENIS FADIL GINI JAAAA!!!"

Saka mengalihkan pandangannya kearah Fadil, "Jadi sekarang lo mau gimana?"

"Ya udah, putus. Ga jodoh berarti." Fadil menjawab enteng, sementara hatinya porak poranda.

"EMANG LO GA JODOH SAMA KARIN DIL!!! LO ITU JODOHNYA SAMA ZARA, MASIIHHH AJA NGEYEL. SEKARANG UDAH DISAKITIN GINI BARU MAU BALIK KE ZARAAA??? WOWWW LICIK SEKALI ANDAAA!!!!" Cecar Alvin, masih dengan emosinya yang meletup-letup.

"Ini karma gue ya?" Fadil menatap nanar, ia tersenyum. Senyum yang tentu saja menyiratkan banyak luka.

Tidak ada yang menjawab, semua cowok diruangan iniㅡkecuali Zachㅡpaham betul perasaan Fadil. Ia sedang tidak baik-baik saja, dan Fadil butuh dukungan dari teman-temannya. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk sebuah hubungan, jika saja tiga tahun Fadil ia gunakan untuk menanam pohon cabe, mungkin ia sudah berulang kali panen. Namun sayang, ia malah memetik sebuah kepahitan yang disebabkan oleh orang yang dicintainya.

Geruchtted✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang