Dijodohkan

438 37 4
                                    

Audy baru saja pulang dari sekolah saat ia dikejutkan dengan kehebohan yang terjadi di dirumahnya. Memang, Mama sudah memberitahu bahwa akan banyak rekan-rekannya yang datang kerumahnya untuk arisan namun Audy masih saja terkejut. Diruang tamu, sudah banyak ibu-ibuㅡyang beberapa Audy kenaliㅡtengah mengobrol sambil sesekali menyantap kudapan yang Mama siapkan.

"Eh....anak gadis sudah pulang rupanya..." Sapa Bu Puji saat melihat Audy masuk kerumah dan berjalan kearah Mama.

Audy tersenyum, "Iya tante..."

Audy kemudian menyalimi semua tamu Mama, lantas pamit untuk berganti pakaian. Para tamu Mama lantas sibuk membicarakan gadis itu saat Audy sudah naik ke kamarnya.

"Cantik banget anaknya Jeng, dikasih makan apa?" Canda Bu Asih, tetangga blok sebelah.

Mama terkekeh, "Makan nasi lah Jeng, ada-ada aja."

"Harusnya bukan makannya yang ditanya Jeng, tapi skincarenya." Koreksi Bu Anita.

"Iya, bener tuh Jeng Anita." Bu Puji ikut mengangguk.

"Iya, skincarenya apa tuh kok bisa cantik banget gitu." Ulang Bu Asih.

"Tanya anaknya langsung aja, soalnya Audy kalo mau beli-beli barang ga pernah minta. Selalu pake duit sendiri, saya jadi ga tau brand apa aja yang dia pake."

"Ih, enaknya punya anak mandiri."

"Jadi iri, mau dong punya anak kaya Audy."

"Aduh, calon mantu idaman."

Seisi ruang tamu menjadi penuh pujian untuk Audy, sementara yang dipuji sedang sibuk berganti baju. Audy memang tidak pernah meminta apa-apa pada orangtuanya, jika ia ingin membeli sesuatu maka Audy akan menabung uang jajan bulanannya. Ia sudah terbiasa melakukan itu sejak kecil, karena ia tidak ingin membebani orangtuanya.

Hal itulah yang juga dicontoh teman-teman Audy darinya, mereka belajar untuk menabung. Sebenarnya mereka semua memiliki hal yang positif yang bisa ditularkan pada yang lain, seperti Aura yang menularkan kemandiriannya dan Audy yang menularkan sifat rajin menabungnya. Mereka semua menularkan sikap positif sesuai dengan kebiasaan masing-masing. Dan memang sudah seharusnya persahabatan itu membawa dampak positif kan?

--

Hari ini lagi-lagi Zara dan Fadil harus pulang bersama. Keluarga mereka melakukan pertemuan, dan mengharuskan keduanya untuk datang bersamaan. Zara yang sduah cukup muak hanya bisa mengiyakan, karena jika ia menolak tidak akan ada yang peduli. Sementara Fadil, ia cukup lemah untuk menolak. Ia masih sedih dengan kepergian Karin dari hidupnya. Tipe bucin yang tidak berotak.

Kali ini pertemuan diadakan dirumah Zara, ruang tengah milik keluarga Ganendra ini memang cukup luas untuk sekedar menampung belasan orang. Zara memang merupakan bagian dari keluarga Ganendra, bagi yang belum tahu siapa itu keluarga Ganendra maka simak baik-baik penjelasan dibawah ini.

Ganendra adalah nama belakang dari keluarga yang cukup dikenal halayak ramai, bukan karena hal buruk tapi karena hal baik yang ada pada keluarga mereka. Ganendra bisa dibilang keluarga yang memiliki hampir seluruh saham yang ada di PT Gudang Garam Tbk. Mereka memang setajir melintir itu, tapi Zara malah tidak pernah menjelaskan dengan benar jika ia ditanyai tentang nama belakangnya.

Sebenarnya bukan hanya Zara, teman-temannya yang lain pun sama. Seperti Aura contohnya, gadis itu merupakan cucu dari direktur utama Bank Central Asia Tbk. Tapi embel-embel Setiaatmadja dibelakang namanya tidak membuat gadis itu lantas menjadi sombong. Ia justru jauh dari kata sombong, sangat jauh malah. Fyi, Aura itu keturunan chinese.

Zara menarik nafasnya dalam, dua keluarga inti sedang berdiskusi tentang masa depannya. Dan Zara hanya menjadi penonton seperti apa nasib masa depannya kelak, ia hanya bisa berharap agar Fadil kompak untuk bisa diajak kerjasama nantinya.

"Menurut kalian gimana?" Tanya DindaㅡMama Fadilㅡsambil menatap Zara dan Fadil bergantian.

"Kalo Fadil setuju Ma, kalo Zara gimana?" Fadil melempar pertanyaan pada Zara.

Zara mengangguk setuju, tidak ada pilihan lain baginya. Setelah itu kedua keluarga tersenyum hangat, ada rasa senang melihat kedua putra dan putri mereka menjadi anak yang patuh. Niat orangtua keduanya pun sangat baik, mereka hanya tidak ingin Zara dan Fadil berakhir dengan orang yang salah.

Keluarga Fadil dan Zara sudah saling mengenal sejak lama. Bahkan dua keluarga ini memulai semuanya dari nol bersama-sama. Dan sebelum kakek Fadil meninggal, ia menitip pesan pada keluarganya untuk menjodohkan salah satu cucunya dengan Zara. Karena kakeknya yakin kedua anak itu bisa menjadi keluarga yang bahagia nantinya. Zara hanya bisa menghela nafas panjang saat diceritakan hal itu. Ia jelas tidak percaya.

Awalnya Zara akan dijodohkan dengan Fadli, namun Fadli menolak jauh sebelum keduanya bertemu. Dan akhirnya Fadli harus menyesal setengah mati karena menolak gadis sebaik Zara demi orang seperti Manda yang kini menyakitinya. Saat bertemu untuk pertama kalinya dengan Zara, Fadli meminta maaf dan mengutuk dirinya sendiri dalam hati mengapa ia dengan bodohnya menolak dijodohkan dengan Zara.

Fadli jelas menyesali perbuatannya, ia malah membiarkan Zara dimiliki oleh adiknya yang jelas-jelas tidak menganggap Zara sama sekali. Berulang kali Fadli bicara empat mata dengan Fadil, namun nihil putra bungsu keluarga Elmubarak itu tidak pernah mendengarkannya. Fadli sampai memutar otak agar mendapatkan cara yang tepat untuk menyadarkan adiknya, namun tidak ada hasil. Tidak ada yang dapat mengendalikan Fadil kecuali dirinya sendiri.

"Selamat ya Zar." Sapa Fadli begitu keempatnyaㅡZara, Arga, Fadil dan Fadliㅡditinggalkan di ruang tengah untuk mengakrabkan diri.

Zara menoleh, "Selamat dalam rangka apa ya A?" Gadis ini memang memanggil Fadli dengan sebutan Aa' karena Fadli lebih tua darinya.

"Kamu kan lulus sekolah nanti langsung nikah sama Fadil, banyak-banyak sabar ya buat menghadapi si anak bungsu" canda Fadli, diikuti tatapan death glare dari Fadil yang tengah sibuk main PS dengan Arga.

"Nikah? Aku nikah sama Fadil? Beneran?" Zara mengerjap tidak percaya, diikuti anggukan Arga dan Fadli bersamaan.

"Iya Zar, makanya kalo orangtua ngomong itu didengerin. Bukannya melamun." Kini Arga yang bersuara sambil terkekeh.

Hancur sudah hidup gue, batin Zara.

--

"Audy tau ga, Mama ada berita bagus." Mama menepuk sofa disampingnya diikuti tatapan bingung dari Papa.

"Ini serius Audy mau dikasihtau sekarang, Ma? Apa ga nunggu lulus aja?" Tanya Papa.

Mama menggeleng, "Engga Pa, sekarang aja. Lagian calonnya juga udah bagus, Mama udah ngobrol banyak tadi sama Mamanya."

"Ini ada apaansih? Ma, jangan bikin aku takut plis." Audy duduk disamping Mama sambil menunjukkan wajah bingung.

"Ini berita bagus, nak. Ngapain takut?"

"Pa, emang bener kata Mama?" Audy menatap Papa yang sedang tersenyum penuh arti kemudian mengangguk.

"Iya, bener. Percaya deh."

"Ada apaan sih Ma?"

"Kamu dijodohin sama anak temennya Mama, dek." Jawab Arka yang sudah muakㅡsambil duduk santai disamping Papa.

Sejak tadi Arka sudah kesal setengah mati, bagaimana bisa adiknya yang belum lulus sekolah sudah dijodohkan begitu saja. Belum lagi Arka bahkan tidak kenal siapa calonnya, Arka jadi kesal bukan main pada kedua orangtuanya. Arka menyayangi adiknya itu, sangat sayang. Ia bahkan rela dijodohkan agar adiknya batal dijodohkan dengan orang yang belum tentu dikenalinya. Arka mengunyah kacang polong dengan kasar, hatinya panas.






Geruchtted✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang