Karin

354 34 8
                                    

Sebenarnya tidak hanya Fadil yang patah hati, ada dua orang lagi yang juga sama sakitnya ialah Karin dan Fadli. Fadli juga patah hati karena ia telah menyakiti adiknya sendiri, sementara Karin ia patah hati karena ia putus dengan Fadil.

Kata orang, tidak akan ada asap kalau tidak ada api dan itu memang benar adanya. Karin tidak akan selingkuh kalau saja Fadil tidak berbuat semaunya. Mungkin yang orang lain lihat hanya kebahagiaan didalam hubungan mereka, namun sayang semua tidak seindah kelihatannya.

Karin sudah banyak berkorban perasaan, ia sudah cukup lelah menjalani hubungan dengan Fadil. Tidak ada kemajuan dalam hubungan mereka, Karin merasa Fadil tidak serius dengannya. Perempuan mana yang tidak kepikiran saat hubungan yang sudah menginjak 3 tahun tidak ada kemajuan?

Jangankan mengajak Karin kerumahnya, sekalipun Fadil tidak pernah bicara soal masa depan meskipun hanya bercanda. Karin sudah cukup lelah, ia merasa hati Fadil memang bukan untuknya. Terlebih lagi sore itu saat hari ulangtahun Karin, bukannya mengantar Karin pulang Fadil justru mengantar Zara yang notabene bukan siapa-siapanya. Karin cemburu.

Memang ini tidak sepenuhnya salah Fadil, ini juga salah Karin. Mengapa bisa dengan mudahnya ia berpaling hati pada yang lain. 3 tahun bukanlah waktu yang sebentar, tidak mungkin semudah itu melupakan. Karin salah karena malam itu ia pulang sendiri tanpa meminta diantarkan oleh Fadil. Dan akhirnya ia bertemu dengan Fadli, dan begitulah semuanya dimulai.

5 months ago.....

Karin berjalan kaki melewati beberapa toko pinggir jalan yang sudah mulai tutup, ia sebenarnya takut namun ia juga tidak bisa meminta Fadil mengantarnya. Karena gadis itu tau, Fadil sedang berkumpul dengan teman-temannya. Karin tidak ingin mengganggu waktu main Fadil.

Lalu lintas jalan mulai sepi, pertanda malam sudah makin larut. Karin ingin cepat sampai rumah. Tiba-tiba sebuah mobil fortuner putih berhenti didekatnya, Karin sedikit terkejut karena ia merasa tidak memesan grab dan Karin rasa grab pun tidak ada yang menggunakan mobil fortuner.

Kaca mobil diturunkan, menampakkan seorang laki-laki dengan alis tebal menatap kearah Karin, "Halo, saya Fadli. Saya lihat kamu jalan sendirian daritadi, saya ga bermaksud apa-apa saya hanya mau membantu. Ga aman kalo perempuan jalan sendirian jam segini. Kamu mau saya antar?"

Karin terdiam sejenak, "Bener ga papa?"

Fadli mengangguk, "Iya bener. Saya ga bermaksud lain, sumpah. Kalo kamu ga percaya siapkan aja emergency call."

Akhirnya Karin percaya kalau Fadli tidak akan macam-macam dengannya karena terlihat jelas bahwa cowok itu bukanlah cowok mesum. Karin dan Fadli seperti orang baru kenal biasanya, mereka mengobrol ringan dan Karin merasa ada sesuatu yang dilengkapi Fadli dihatinya. Setelah sampai dirumah, Karin mengucapkan banyak terimakasih pada Fadli. Ia sempat meminta nomor ponsel cowok itu untuk memberikan balasan terimakasihnya. Karin awalnya ingin memberikan uang bensin sebagai imbalan, tapi Fadli menolak. Akhirnya Karin berjanji akan menraktir Fadli kapan-kapan, dan disetujui cowok itu.

Seperti itulah cara Tuhan menghadirkan Fadli dalam hidup Karin. Bukannya Karin tidak menyadari, hanya saja Fadli dan Fadil memang tidak ada kemiripan sama sekali. Mereka berdua jauh berbeda, mulai dari gaya berpakaian sampai cara berbicara. Karin pun kaget setengah mati saat tau bahwa Fadil dan Fadli bersaudara. Ia merasa telah jahat dengan merusak hubungan adik kakak antara keduanya.

Tapi mau bagaimana lagi, penyesalan memang selalu datang diakhir kan? Karin sudah lama berdiam diri dikamar sejak ia putus dengan Fadil. Matanya membengkak, badannya mengurus, Karin benar-benar kehilangan separuh hidupnya. Sepulang sekolah ia selalu meratapi kesedihannya, yang bisa ia lakukan hanya merutuki kesalahannya.

Geruchtted✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang