Audy sudah bangun dari tidurnya sejak pukul 4 subuh, bukan karena terpaksa melainkan gadis itu memang terbiasa bangun di sekitaran jam tsb. Setelah itu ia langsung mandi lantas bersiap untuk sholat subuh, dan kemudian membantu Umi dan Airyn memasak didapur. Awalnya Audy agak merasa canggung dengan Airyn karena ia baru 2 kali bertemu wanita itu, pertama saat hari pernikahannya dan kedua hari ini.
"Eh..Audy sudah bangun. Sini nak." Panggil Umi sambil tersenyum ramah diikuti Airyn, wajah mereka benar-benar mirip dengan Kahfi.
Audy kemudian mengambil tempat di samping Airyn yang tengah sibuk menyiapkan teh untuk menemani sarapan pagi ini. "Umi, aku kalo dekat-dekat sama Audy jadi minder nih.." Canda Airyn sambil mengaduk teh dalam wadah berbentuk ceret itu.
"Loh kok gitu?" Umi menyahut.
"Abisnya geulis pisan, Mi. Audy mah pas pembagian kecantikan kayanya baris paling depan."
"Ih ga gitu teh, aku mana geulis. Teteh yang geulis." Sahut Audy sambil mengatur gelas ke dalam bakinya.
"Kamu mah bisa aja.." Airyn terkekeh.
"Kalo kalian ga ada yang mau dibilang geulis, mending Umi aja.."
Suasana didapur pagi itu terasa hangat, tidak ada atmosfer canggung sama sekali. Audy juga terlihat nyaman saat membantu saudara ipar dan ibu mertuanya. Audy kemudian tersenyum, membenarkan perkataan Zara beberapa waktu lalu saat ia mulai banyak tanya soal pernikahan.
"Gimana kalo gue ga bisa apa-apa Zar? Kan lo tau sendiri gue ga bisa masak.." Keluh Audy kala itu sambil melengkungkan bibirnya.
"Ga ada yang ga bisa Dy. Kalo udah nikah nanti, semua kerjaan yang lo ga bisa tuh pasti bakalan bisa. Percaya deh." Zara tersenyum, ia pernah berada di masa-masa seperti Audy sehingga ia paham betul apa yang gadis itu perlukan saat ini. Overthinking saat H-1 hari pernikahan adalah hal biasa bagi calon pengantin.
"Beneran? Kalo lo gimana? Apa yang udah lo bisa sekarang?"
"Gue sekarang udah bisa masak menu sehari-hari, beres-beres, terus bangun selalu pagi." Jawab Zara bangga. "Oh iya sama satu lagi, gue udah terbiasa berbagi kamar sama orang lain."
"Gue jadi ragu.."
"Ragu apa lagi sih?"
"Gimana kalo nanti gue jadi istri yang ga baik buat Kahfi? Kalo tiba-tiba dia bosen sama gue? Atau ada yang lebih menarik diluar sana?"
"Makanya gue sering bilang, yang paling utama di hubungan itu komunikasi. Kalo semisal ada apa-apa lo harus ngomong ke Kahfi, biar sama-sama enak."
Audy tersenyum lagi, apa yang dikatakan Zara benar. Inti dari hubungan adalah komunikasi, dan Audy sudah membuktikannya. Meskipun Audy dan Kahfi seringkali tidak makan siang ataupun makan malam bersama tapi mereka berdua tidak pernah ada rasa renggang sama sekali karena setelah seharian penuh keduanya mengikuti kegiatan kampus, Audy dan Kahfi menyempatkan diri untuk mengobrol panjang lebar tentang apa saja yang mereka lewati hari ini di malam harinya.
"Kamu ngapain aja hari ini? Sibuk ya?" Tanya Kahfi disela-sela kegiatan Audy memakai skincare nya.
Audy menoleh, mendapati Kahfi tengah duduk dikasur sambil menatapnya. Kahfi menunggu jawaban. "Ga kok, ga sibuk. Cuma bantu-bantu teh Airyn nanam bunga aja. Kebun dibelakang bagus, aku suka."
Kahfi tersenyum mendengar penuturan Audy, Umi dan tetehnya memang suka sekali menanam bunga. Kahfi rasa bakat itu mereka wariskan juga pada Audy. "Panas-panasan ga tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Geruchtted✓
Teen FictionEltazafer, begitu nama kumpulan cogan itu dikenal. Berisikan 6 cowok ganteng, siapa yang tidak ambyar saat berpapasan dengan mereka. Banyak yang bilang 'keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking' tapi, apa prinsip itu juga berpengaruh pada me...