Tidak ada percakapan yang berarti diantara orang-orang yang sedang berkumpul diruang tengah keluarga Elmubarak itu, mereka semua memiliki kegiatan masing-masing. Para gadis mengobrol tentang perasaan, dan para lelaki mengobrol soal motor baru Alvin. Sesekali Kina harus menahan nafasnya saat mendapati tatapan Saka tertuju padanya. Atau kadang Audy harus menahan teriakannya hanya karena ada Kahfi disana. Cinta memang memiliki wewenang penuh terhadap kehidupan seseorang.
"Serius nanya Zar, kenapa tiba-tiba pindah kesini sih? Sumpah gue risih banget, Elta pada ribut." Keluh Aura sambil menatap Zara bingung.
"Kasian Mama mertua gue, masa lebarannya cuma sama Fadil doang. Jadi ya udah deh, gue ngajakin a Fadli buat lebaran disini aja."
"Seenak jidat aja lo pindah-pindah, ga tau apa Kina lagi nahan deg-degan nya? Udah otw pingsan nih." Tunjuk Yashi pada Kina yang masih setia dengan heningnya.
"Ih apaan? Mana ada." Elak Kina.
"Terus kenapa daritadi lo diem aja?"
"Mules."
"Mules apaan, orang tadi malam lo nelponin gue ngeluh belum pernah makan. Kalo mau bohong jangan didepan kita Kin, ketahuan banget soalnya." Kini Audy sewot, pasalnya semalam Kina memang meneleponnya hanya untuk mengeluh belum makan.
Ratu menghela nafas, "Kalo ada masalah tuh cerita, jangan disimpan sendiri. Bella lagi nih penghalangnya?"
"Iya masih kaya biasa. Gue tuh mau move on, tapi kaya ga bisa gitu loh. Lo semua paham kan gimana rasanya?"
Audy mengangguk, "Iya gue paham kok. Kalo emang lo belum bisa move on ya biarin aja dulu, ntar lupa sendiri kok."
"Makanya doain gue."
"Iya deh, iya..."
Berbeda dengan para gadis, ketujuh lelaki yang berada dideretan sofa ini malah sibuk mendebatkan harga motor baru Alvin yang sudah pasti tidak murah. Fadli hanya bisa terkekeh melihat perdebatan antara Raja dan Zach yang tiada habisnya. Semua orang kelihatan baik-baik saja kecuali Saka yang sejak tadi masih saja diam tanpa suara, dan Fadli sadar benar itu.
"Menurut gue sih ini diatas 100 lah, ga mungkin dibawah." Kata Raja yakin, sambil memerhatikan foto motor Alvin melalui ponsel miliknya.
"Kalo gue sih 125 lah." Kini Zach yang bersuara.
Seketika Alvin membekap mulutnya sendiri saat mendengar perkiraan dari Zach. "Lo kok bisa tau? Lo cenayang?"
"Emang bener? Padahal gue ngasal aja." Zach terkekeh.
"Berarti gue juga bener dong, kan gue jawabnya 100 keatas." Sambung Raja sambil tersenyum.
"Iyain deh biar palli." Alvin tersenyum kecut.
"Palli apaan anjir? Bahasa manusia?"
"Iya bahasa manusia Ja, bahasanya oppa-oppa yang biasa ditonton Ivana."
"Sama dong kaya Wafiq, siapa tuh lagi yang ganteng sering dibangga-banggain sama dia? Siapa sih? Sak, siapa namanya?" Raja kemudian menyenggol pundak Saka agar membantunya mengingat.
"Jaehyun oppa." Jawab Saka kemudian.
"Nah iya, itu. Jaehyun oppa nya si Wafiq."
"Gue kalo liat oppa-oppa gitu suka insecure, anjir." Alvin terkekeh.
"Lah kok bisa, Vin?"
"Gini Ja, mereka itu ganteng berbakat lagi terus masih muda udah punya karir sendiri. Lah gue? Udah umur segini masih aja minta duit dari ortu, ada apa-apa sembunyi di ketek ortu gue. Malu."
"Bener, gue jadi insecure juga nih jadinya."
"Banyak sih, ga cuma oppa-oppa aja. Artis indo juga banyak yang masih muda tapi udah sukses." Fadil kemudian masuk kedalam obrolan.
"Iya setuju. Gue iri pengen buat usaha juga, tapi gue ga punya bakat anjrot. Bisanya cuma ngomong kasar doang." Raja tertawa.
"Lo jual makian aja, Ja. Niscaya bakal berguna banget buat orang yang lagi berantem tapi ga berani adu jotos."
"Ada-ada aja lo, Fi. Ngada-ngada."
Setelah tawa menggelegar ketujuh lelaki tsb, mereka akhirnya kembali hening dan berkutat pada pemikiran masing-masing. Ada yang memikirkan doi, mantan, masa depan, bahkan Raja kini sedang memikirkan usaha apa yang akan ia geluti nanti ia sampai berpikir untuk menjual makian seperti yang disarankan Kahfi. Ada-ada saja memang.
"Assalamualaikum...."
Seisi ruang tengah langsung menatap ke sumber suara. Sejenak mereka tidak bergerak hingga Aisyah sekali lagi mengucapkan salam. "Assalamualaikum, boleh gabung ga nih?"
Hanya Fadil yang tersenyum, karena cowok itulah yang mengundang Aisyah secara langsung kerumahnya. Bukan lewat chat ataupun telepon, melainkan ia mengundangnya saat Aisyah mengembalikan jaketnya dikantin FK beberapa hari yang lalu.
"Eh, Aisyah ya?" Sapa Zach sambil tersenyum ramah.
Aisyah mengangguk lantas bergabung ke kumpulan para gadis yang masih kaku ditempatnya kecuali Zara. Zara sudah tau sejak kali pertama Fadil menceritakan Aisyah padanya, binar mata Fadil menunjukkan ketertarikannya pada mahasiswi FP itu. Berawal dari jaket, berujung pada menaruh harapan. Dasar Fadil.
"Halo Aisyah, gue Zara. Ini namanya siapa?" Tanya Zara sambil memerhatikan gadis di sebelah Aisyah yang masih diam.
Aisyah menyenggol siku gadis itu, "Ini Anin, panggil kak apa gimana nih?"
"Ga, kayanya kita seumuran deh. Oh iya, kenalin ini Ratu, Audy, Kina, Aura, sama Yashi." Kata Zara sambil menunjuk teman-temannya satu persatu.
"Halo Aisyah..."
"Halo Aisyah, halo Anin."
"Halo kalian."
"Halo...."
Hanya butuh sekitar 5 menit bagi kedelapan gadis itu untuk mengakrabkan diri. Setelah itu mereka kembali larut dalam obrolan khas wanita, apalagi kalau bukan ghibah. Ratu terus saja salah fokus saat menyimak Aisyah bicara, karena ia selalu mendapati gadis itu ditatap oleh Fadil dengan tatapan yang 'beda'.
"Eh, maaf agak lancang. Lo gebetannya Fadil?" Tanya Ratu akhirnya.
Aisyah mengernyit, "Fadil itu siapa?"
"Itu, yang lagi ngeliat kesini. Masa lo kerumahnya tapi ga tau namanya, lucu banget."
"Oh...itu namanya Fadil? Makasih ya, dari kemaren aku nyebutnya jaket aja soalnya ga tau nama."
"Bisa-bisanya..." Ratu menggeleng tak percaya, diikuti tawa yang lainnya. "Lo kenal Fadil darimana?"
"Itu...pas dikantin FK ga sengaja tabrakan, terus bajuku ketumpahan minumnya nah disitu aku dipinjamin jaket."
"Oh...lo anak FK? Jurusan apa?"
"Bukan....aku anak FP. Kemaren lagi pengen aja makan soto di kantin FK, eh tau-tau apes malah ketumpahan minumnya si Fadil."
"Fix inimah, jodoh lo kayanya sama si Fadil." Ratu berucap yakin.
"Ih kok gitu sih? Emang kalo jodoh diliat darimana nya?" Tanya Aisyah polos.
"Takdir ini. Pas-pasan gitu lo lagi pengen makan di kantin FK, terus lo ketumpahan minumnya Fadil. Fix banget inimah."
Aisyah mengerjap, berulang kali ia mencerna perkataan Ratu tapi tak juga paham. Bagaimana bisa jodoh ditentukan dari kejadian naas seperti itu. Aisyah hanya menanggapi dengan tawa, ia tidak mau terlalu percaya dengan apapun yang belum pasti. Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, Aisyah memutuskan untuk tidak terlalu menggubris perkiraan Ratu dan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geruchtted✓
Fiksi RemajaEltazafer, begitu nama kumpulan cogan itu dikenal. Berisikan 6 cowok ganteng, siapa yang tidak ambyar saat berpapasan dengan mereka. Banyak yang bilang 'keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking' tapi, apa prinsip itu juga berpengaruh pada me...