The Wedding 2

350 32 18
                                    

Zara sekarang secara resmi telah menjadi istri dari orang yang ia juga tidak tahu siapa. Beberapa orang mendatangi kamar Zara untuk memberikan mikrofon, sudah saatnya ia membacakan surat yang telah ia tulis semalam. Setelah melalui derai airmata yang banyak, saatnya Zara berjalan menemui sang suami. Ada beberapa step lagi yang harus mereka lewati hingga mereka bisa duduk di pelaminan.

Sepanjang jalan menuju ke jantung acara, Zara diiringi oleh keluarga serta teman-temannya. Jalan menuju halaman utama memang agak jauh sehingga Zara memerlukan seseorang untuk mengangkat gaunnya yang terseret. Zara sampai disana, dan kini ia duduk bersampingan dengan seseorang yang tadi telah mengucapkan akad.

"Karena pengantin wanitanya sudah ada disini, maka silahkan bertukar cincin." Perintah MC, sambil menatap dua orang didepannya.

Zara menoleh, dan mendapati tatapan Fadli. Zara tidak bisa bereaksi, entah apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Tapi gadis itu menutup rapat ekspresi terkejutnya, dan langsung menyodorkan tangan kanannya untuk dipasangkan cincin. Fadli kemudian memasang cincin dijari manis Zara, kemudian Zara melakukan hal yang sama. Selanjutnya mereka menandatangani buku nikah, dan beberapa kertas yang diserahkan oleh penghulu.

Selesai dengan kertas-kertas tadi, Zara dan Fadli kemudian memegang buku nikah masing-masing lantas berfoto. Ada kedipan blitz dimana-mana, banyak kamera sedang memotret mereka. Dan tentu saja banyak pasang mata telah menatap mereka dengan sorot bahagia. Entah kenapa, ada rasa lega saat Zara mendapati Fadli yang kini telah menjadi suaminya. Zara tersenyum menatap kamera, tentu saja bukan senyum palsu seperti yang selama ini ia tunjukkan pada semua orang.

Selesai dengan sesi akad, Zara dan Fadli harus berganti busana. Keduanya dibawa kesatu kamar, lantas diganti bajunya oleh para penanggung jawab wadrobe. Acara pun dialihkan dari halaman utama, menuju taman belakang utama yang langsung berhadapan dengan laut. Tidak lupa, Zara dan Fadli diberi waktu berdua untuk sekedar basa-basi sebelum acara berganti.

Tidak ada kata yang terucap, Zara hanya menunduk. Begitupun Fadli yang kini tengah berkutat dengan pikirannya sendiri. Fadli tidak tau harus menjelaskan darimana, ia benar-benar merasa bersalah atas kejadian ini. Fadli harap Zara tidak salah paham, ia tidak mau gadis itu malah membenci adiknya.

"Maaf Zar." Akhirnya kata itu terucap juga, seketika Zara mendongak.

"Buat apa a?"

"Buat pernikahan yang ga kamu mau ini. Maaf."

"Engga a, aku ga merasa ini salah. Cara Aa udah bener kok, semuanya jadi baik-baik aja sekarang."

"Tapi Zar, kamu ga keberatan?"

"Engga a, kalo ga ada Aa mungkin dua keluarga kita bakal malu. Makasih ya a."

Fadli tersenyum lega, ia pikir Zara akan kecewa dan menolaknya mentah-mentah namun Zara malah bertindak sebaliknya. Fadli jadi penasaran pada isi otak adiknya, kenapa bisa Fadil menolak menikah dengan gadis sebaik Zara? Seperti kata orang yang baik akan bertemu dengan yang baik juga, dan Aura sepertinya merasakan hal itu. Ia senang sahabatnya batal menikah dengan Fadil, dan malah berakhir dengan Fadli. Ia tau betul, Fadli berbeda jauh dari Fadil dan tentu saja Aura percaya bahwa Zara akan bahagia dengan Fadli.

Zara dan Fadli akhirnya duduk di pelaminan, mereka berdua menyaksikan banyaknya tamu yang hadir. Dalam sekejap, wadah makanan terus saja diganti dengan menu-menu baru hingga para penanggung jawab sajian kualahan. Meskipun yang diundang diacara ini hanya keluarga dan beberapa kerabat dekat, tapi jangan kira keluarga Elmubarak dan Ganendra tidak banyak personilnya. Justru kedua keluarga tsb lah yang sedang memenuhi kursi tamu hari ini.

Ornamen bunga disekitar pelaminan menambah kesan indah diantara Zara dan Fadli. Keduanya begitu serasi, bahkan tak jarang beberapa kerabat mendoakan mereka agar cepat mendapat momongan. Beberapa kali juga Yashi beserta yang lain meminta Zara untuk berfoto bersama, Eltazafer juga ada disana tapi tidak fullteam. Hanya ada Raja, Zach, dan Kahfi, sisanya entah kemana. Fadil juga tidak ada, entah dimana cowok itu berada. Tapi satu yang pasti, Zara akhirnya tau kalau Fadil bukanlah laki-laki bertanggung jawab.

"Zar, foto dulu yuk." Ajak Kina sambil memegangi ponsel dengan satu tangan, sebelah lagi memegang kamera vlognya.

"Bediri apa duduk nih?" Tanya Aura, sambil memerhatikan sekitarnya.

"Bediri aja." Putus Ratu kemudian.

Aura masih memerhatikan sekitarnya, "Ini kita fullteam kan? Gile, mantap bener."

Yashi mendekat kearah Zara lantas berbisik, "Zar.....ajak juga suami lo, masa kita foto dianya ga diajak sih? Jahat bener lo."

"Lah iya, bener juga." Zara mengangguk. "A, diajak foto. Ikut ga?"

Perkataan Zara barusan ditanggapi dengan anggukan setuju oleh Fadli, setelah siap diposisi masing-masing Kina akhirnya menekan tombol potret. Setelah berganti posisi beberapa kali, akhirnya Kina berhenti karena tangannya yang kesemutan. Tak lupa gadis itu memvideo kesan dan pesan Zara dan Fadli bergantian untuk vlognya.

"Ya udah Zar, kita kesana dulu ya. Mau makan." Yashi melambaikan tangannya.

"Et bentar dulu, gue juga mau kasih pesan nih buat Kak Fadli." Potong Aura lantas diikuti tatapan bingung teman-temannya, "Kak, jagain sahabat gue ya? Jangan sampe dia sakit, atau nangis kasian, masa lo tega. Pokoknya sayangi kaya lo sayang ke emak lo, karena kita sayang banget ke Zara. Kalo nanti ada apa-apa gue gebuk lo, serius."

Fadli tersenyum, "Iya, pasti dijagain kok."

"Janji?" Kini Kina yang bersuara.

"Iya, janji."

Acara tak berhenti sampai disitu, malam pun masih ada. Zara yang sudah mandi dan sekarang tengah didandani lagi, kini sudah benar-benar merasa badannya remuk. Ia lelah, menahan beratnya hiasan kepala membuatnya berkali-kali memijat leher. Dekorasi malam ini pun diubah, dibuat berbeda seperti tema pagi tadi. Malam ini satu persatu meja disiapkan piring dan segala macam alat makan, tidak lagi prasmanan.

Beberapa ornamen bunga juga diberi lampu, membuat kesan romantis makin terasa. Meskipun suasana bahagia kentara disini, namun tetap saja Kina jauh dari kata bahagia itu. Ia sedari tadi pagi sibuk menelepon Saka, untuk menanyai kabar. Namun lagi-lagi usahanya nihil, jangankan menjawab teleponnya ponsel Saka saja dimatikan. Akhirnya Kina memberanikan diri bertanya pada Zach yang kini sedang duduk santai disalah satu sudut tempat menaruh hadiah untuk pengantin.

"Zach."

Zach menoleh, "Eh Kina, ada apaan nih?"

"Mau nanya Saka. Boleh?"

"Ya boleh lah, kenapa?"

"Saka kemana?"

"Oh itu, Saka nganterin Bella. Katanya malam ini Bella mau operasi usus buntu. Soalnya pas pagi Saka mau berangkat kesini, Bella kambuh katanya. Lo ga dikabarin?"

"Kalo gue dikabarin, ngapain guennanya lo. Btw, makasih ya Zach."

"Anytime brou."

Sesudah meniggalkan Zach, Kina langsung menuju parkiran lantas berdiam diri didalam mobilnya. Gadis itu menangis, ia tidak berniat pulang dalam keadaan wajah bengkak karena menangis. Ia tidak mau orangtuanya khawatir. Bukan ini yang Kina harapkan dalam hubungannya, ia kira selama ini Saka benar-benar cinta padanya tapi ternyata nihil. Bukan cinta yang Kina dapat, yang ada hanya luka yang terus-menerus Saka timpakan pada hatinya.

--

Wedding film Zara & Fadli


Geruchtted✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang