Comeback

229 24 0
                                    

Sisa satu tahun enam bulan lagi maka Zara akan wisuda, gadis itu memang sengaja mengikuti program akselerasi agar tidak terlalu membebani kehidupan berumah tangganya. Memang bukan hal yang mudah untuk mengikuti program akselerasi karena materi yang disampaikan jauh lebih padat, namun Zara tetap bisa mengatasi semua itu.

Seperti sekarang ini, gadis itu tengah makan siang bersama teman-temannya di sebuah restoran yang baru saja dibuka beberapa waktu lalu. Keenam gadis itu sengaja makan diluar setelah kelas selesai, dikarenakan Aura yang sudah memohon pada teman-temannya sejak kemarin. Audy, Ratu, Kina, Zara, dan Yashi masih belum juga memulai obrolan apapun setelah suapan pertama mereka, mereka menunggu Aura buka suara terlebih dahulu karena gadis itulah yang sejak kemarin berlagak aneh entah karena apa.

"Jadi mau ceritain sendiri apa kita tanya-tanya nih?" Tanya Ratu sambil melahap makanannya.

Yashi mendelik pada Aura, "Ceritain Ra, buru."

"Iya, sabar gue minum dulu." Aura meminum isi gelasnya lantas bersuara lagi. "Masa gue udah ada yang lamar coba..."

"UHUKKK...." Audy tersedak air putih yang baru saja ditelannya, gadis itu lantas menatap Aura kesal. "Lo kalo ngomong ga pake intro, keselek nih."

"Ya maap, tapi emang bener. Gue ada yang lamar coba.."

"Terus kenapa lo sedih? Harusnya senang dong." Tanya Zara.

"Bukan gitu, Zar. Masalahnya kalo yang lamar gue om-om gimana? Ih...ga mau."

"AHAHAHAAHAHAHAH OM-OM ANJIR, GUE JADI NGEBAYANGIN AURA NIKAHAN SAMA OM-OM TUA JENGGOTAN." Ratu terbahak, diikuti yang lainnya.

"Jahat banget lo, tega."

"Sorry, ga tau kenapa otak gue langsung ngebayangin." Ratu terkekeh.

"Tapi gue beneran takut, sumpah."

"Ngapain takut? Mending lo ngobrol bareng Zara deh, dia lebih berpengalaman tuh daripada kita-kita." Kina lantas menunjuk Zara disampingnya.

"Lah kok gue sih? Berpengalaman apa? Gue kan ga berpengalaman dilamar orang asing..." Zara mengernyit.

"Iya, tapi ujung-ujungnya lo nikah sama orang asing. Jadi lo lebih berpengalaman dari kita semua, lagian lo juga udah nikah kan? Bisa lah, lo sharing ke Aura.." kemudian Kina mengajak ketiga temannya yang lain untuk mengobrol hal lain, agar Zara dan Aura bisa mengobrol dengan leluasa.

"Sembarangan aja lo."

"Udahlah Zar, apa yang Kina bilang itu bener. Sekarang lo kasih gue nasehat deh gue butuh banget nih.."

"Apa ya....gue juga ga tau."

"Rasanya lo udah tinggal serumah sama Kak Fadli selama 6 bulan gimana?"

"Ga gimana-gimana.."

"Udah pernah ngapain aja?"

"Masak, nyuci beras, bajㅡeh lo kok malah nanyain itu sih? Ya yang jelas kita tidur sekamar, sering bersih-bersih bareng, masak bareng. Apalagi ya..."

"Kalo itu...udah pernah?"

"ASTAGAAA....LO KOK NANYA ITU SIH..." Zara menutup wajahnya, ia tak habis pikir.

"Ya jawab aja kali...kalo udah ya udah, kalo belum ya belum. Gue ga bakal heboh kok."

"Belum."

"HAH??? SUMPAH LO??? GILA....KUAT BANGET IMAN LO. KAK FADLI YANG GANTENG BEGITU BELUM JUGA LO EMBAT??? ASTAGFIRULLAH...." dan berakhir dengan Aura termakan omongannya sendiri.

"Ya namanya juga orang asing Ra. Gue sama a Fadli emang masih perlu kenalan dulu, ga bisa langsung nyosor. Kalo pun a Fadli mau skinship pasti ijin dulu ke gue, biar kita sama-sama nyaman."

"Ini sih rumah tangga terkeren. Cerita lagi dong....kali aja bermanfaat buat gue nanti."

"Emang lo udah yakin kalo yang lamar lo itu orang asing bener-bener ga lo kenal?"

Aura menggeleng, "Ga tau sih. Tapi kan setidaknya gue tau harus gimana kalo seandainya nikah sama orang asing beneran."

"Oh iya iya."

"Cerita lagi dong, gue kan kepo sama kehidupan sehari-hari pasutri..."

"Apa lagi ya...ga tau nih gue mau ceritain apa."

"Ayo dong cerita lagi dong...gue kepo banget nih sumpah. Oh ini aja, Kak Fadli baik ga?"

"A Fadli baik sih menurut gue, dia juga perhatian banget suer. Kalo lo serumah sama dia tuh lo bakal diperhatiin bener-bener. Ya lo liat sendiri kan gue selama enam bulan ini belum ada sakit? Padahal biasanya gue sebulan sekali demam lah, pilek lah, apa lah. Justru yang sakit malah a Fadli."

"Berarti lo ngerepotin Kak Fadli, Zar. Makanya dia sakit." Aura terkekeh.

"Yeee, engga ya. Waktu itu a Fadli pernah bilang kalo gue ga ngerepotin dia sama sekali. Gue mau terharu banget dengernya."

"Seru banget anjir, mau nikah juga..."

"Mungkin masih seru soalnya baru-baru aja, ga tau deh nanti." Zara memfokuskan tatapannya lurus ke minumannya, jauh didalam hatinya ia khawatir.

"Ya mungkin nanti tambah seru, gue yakin banget sih kalo lo berantem pasti yang minta maaf duluan, yang ngalah, yang bujuk biar baikan pasti Kak Fadli. Keliatan banget dari mukanya, muka orang sabar."

"Ada banyak juga ya jenis muka, bisa aja lo."

"Wey...udah ngobrol sampe mana nih? Udah ketawa-ketiwi aja, asik banget kayanya." Yashi kemudian mengalihkan fokus kedua temannya yang sedang terkekeh itu.

"Ini nih si Aura masa katanya muka a Fadli muka orang sabar. Apaan dah." Zara masih melanjutkan tawanya, diikuti Aura yang juga tidak bisa berhenti tertawa.

"Lah emang bener kok, tanya aja yang lain. Muka Kak Fadli tuh tipe muka orang sabar kan?" Tanya Aura pada teman-temannya yang lain.

Audy mengangguk, "Iya bener."

"Ga percaya sih lo, dibㅡ"

"Halo Zar."

Sejenak keenam gadis yang sedang terkekeh itu langsung beralih fokus pada gadis bersurai coklat yang kini menatap Zara dengan senyum di wajahnya. Memang bukan senyum jahat, hanya saja Zara terlihat tidak nyaman saat bertatapan dengan gadis itu.

"Karin...?" Zara akhirnya buka suara setelah lama saling tatap.

"Hai, akhirnya kita bisa ketemu lagi. Gue pikir gue ga bisa ketemu lagi sama lo, tapi untungnya kita ketemu lagi disini."

"Lo ada perlu apa?"

"Gue mau minta maaf."

Keenam gadis yang masih setia menatap Karin itu sejenak mengernyit mendengar perkataan Karin. 'caper banget sih anjir, pake minta maaf segala.' batin Audy.

"Buat apa?"

"Karena sempat jadi perebut di hubungan lo, mungkin?" Jawab Karin santai.

"Oh itu. Ga papa kali, udah lewat juga." Zara mengibaskan tangannya, mengisyaratkan 'ga papa.'

"Maaf juga gue ga bisa datang ke acara nikahan lo padahal gue diundang khusus sama mamanya a Fadli." Karin tersenyum lagi.

"Oh itumah bagus lagi lo ga dateng, biar ga menuh-menuhin kursi tamu." Ceplos Audy.

Karin kemudian menatap Audy, "Halo Audy, kayanya lo masih kesel banget ya sama gue?"

"Ga usah nanyain hal yang udah lo tau jawabannya, please." Jawab Audy masih sama ketusnya.

"Itu aja deh Zar. Kayanya kehadiran gue bikin kalian ga nyaman. Sekali lagi gue minta maaf ya..."

Setelah salam penutupnya, Karun kemudian pergi dan menghilang begitu saja dibalik pintu restoran. Keenam gadis itu hanya bisa menatap Zara dengan nanar, mereka menyesali perbuatan Zara yang terlihat sangat welcome terhadap Karin. Sementara Audy hanya bisa mengusap dada, kesabarannya harus diuji lagi sekarang karena kehadiran Karin si nenek lampir di hidupnya.

Geruchtted✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang