Alvin meraba lokernya, ia terlalu malas untuk membuka mata. Matahari bersinar terlalu terik siang ini, sehingga cowok itu harus mengecilkan ukuran matanya. Anggota Eltazafer yang lain juga sedang mengobrak-abrik loker mereka, untuk mencari baju ganti.
"Anjir, baju gue ga ada!" Panik Zach sambil memerhatikan sekitarnya.
Saka yang sudah berganti baju kini berhenti ditempatnya, "Dicari dulu yang bener, kalo sampe gue dapat lo traktir kita-kita ya?"
"Cari aja, beneran hilang. Gue udah cari kemana-mana." Zach pasrah, ia duduk di bangku yang tersedia diruangan itu.
Saka langsung mengedarkan pandangannya, mencari baju yang Zach maksud. Seketika ia berhenti mencari saat dilihatnya baju Zach terdampar begitu saja dilantai.
"Ini apa jancuk?" Saka mengangkat kaos Zach tinggi-tinggi hingga cowok itu mau tidak mau mengerjap berulang kali.
"LO DAPAT DIMANA?!?! KOK BISAAAA??? TADI GUE UDAH NYARI KEMANA-MANA SUMPAH...."
"Nyenyenye bacot, ga usah banyak alasan. Ayo cepet ganti baju, terus traktir kita makan. HAHAHAHAHA." Alvin menengahi, ia sudah tidak sabar untuk mengisi perut.
Begitulah keseharian Eltazafer, selalu saja ada barang yang terselip dan ditemukan oleh Saka. Selalu begitu. Tapi ada seseorang yang tidak pernah kehilangan barangnya sama sekali, yaitu Alvin. Bagaimana bisa? Ya bisa lah. Sedari kecil Alvin sudah diajari untuk menjaga baik-baik barang yang ia miliki, sehingga hal itu terbawa hingga sekarang.
Banyak hal spesial dalam diri Alvin yang orang lain belum tentu tahu, dan sekarang akan author beri tahu. Alvin itu sebenarnya sosok kakak yang baik, hanya saja ia tidak tahu cara menyalurkan rasa sayangnya itu pada Ivana. Alvin seringkali diam-diam membelikan Ivana barang hanya untuk menyenangkan hati adiknya itu. Kalau kata Alvin, 'Adek gue cuma satu, kapan lagi coba gue bisa manjain.'
Alvin itu mageran, jadi kalau dirumah harus ada ancaman yang Ivana siapkan agar kakaknya itu mau membantu bersih-bersih rumah. Ivana sebenarnya sudah lelah untuk mengingatkan, tapi mau diapakan juga Alvin tetap kakaknya. Kan malu kalau nanti calon kakak ipar Ivana mengeluh padanya hanya karena kebiasaan Alvin yang jorok dan malas bersih-bersih kamar.
Saking parahnya sifat pemalas yang Alvin miliki, ia sampai meminta pada Mama untuk mengecilkan ukuran kamarnya. How weird. Dan Mama setuju, sehingga kamar Alvin lebih kecil dibanding kamar anggota keluarga lain. Tapi tetap saja, bad habbit Alvin tidak juga berubah kamarnya masih tampak seperti tempat pembuangan akhir.
Tapi jangan risau, jangan khawatir. Dibalik rasa malas yang Alvin punya, Alvin juga punya segudang bakat dalam dirinya. Alvin itu jagonya main piano, tapi jarang-jarang ia mau menampilkan permainannya didepan orang lain. Kenapa? Karena ada cerita sedih di masa lalu yang membuat Alvin jadi ragu untuk bermain piano didepan orang lain.
Kalau Alvin gabut, ia selalu mengganggu Ivana. Entah menarik rambutnya, mematikan lampu kamarnya, mengetuk-ngetuk pintu kamarnya, hingga mengacau di kamar Ivana. Untung saja Ivana bukan tipe adik lemah, sehingga apa saja yang Alvin lakukan bisa ia balas dengan mudahnya.
Seperti sore ini, Ivana yang sudah dendam kesumat pada kakaknya mulai berteriak kencang saat membuka pintu kamar Alvin. Sengaja ia berteriak, agar Mama dengar dan Alvin dimarahiㅡkebiasaan para adik laknat. Ivana hanya berniat balas dendam karena kemarin Alvin membanting eyeshadow palletnya hingga pecah tak berbentuk.
"ASTAGA.....INI KAMAR APA KANDANG KAMBING????BERANTAKAN PISAN......"
Alvin tersentak, kegiatan bermalas-malasannya terganggu. "Diem, ribut."
"Bersihin ga kamarnya? Atau....." Ivana mencari-cari bendaㅡ di dekat pintuㅡyang bisa ia jadikan ancaman.
"Atau apa?" Alvin memandangi adiknya, dan seketika itu juga ia terperanjat saat melihat dompetnya berada ditangan gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Geruchtted✓
Dla nastolatkówEltazafer, begitu nama kumpulan cogan itu dikenal. Berisikan 6 cowok ganteng, siapa yang tidak ambyar saat berpapasan dengan mereka. Banyak yang bilang 'keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking' tapi, apa prinsip itu juga berpengaruh pada me...