Eltazafer, begitu nama kumpulan cogan itu dikenal. Berisikan 6 cowok ganteng, siapa yang tidak ambyar saat berpapasan dengan mereka. Banyak yang bilang 'keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking' tapi, apa prinsip itu juga berpengaruh pada me...
Zara sudah sampai di parkiran, tapi ia belum melihat Fadli disekitarnya. Zara berhenti sebentar ia menghela nafas, jam sudah menunjukkan pukul sebelas matahari sedang terik-teriknya. Ditengah perjalanannya mencari Fadli, samar-samar terdengar suara yang menyebut-nyebut nama Audy dan beberapa teman-temannya yang lain. Zara segera menoleh, mencari sumber suara. Kemudian ia melihat beberapa gadis berdiri tak jauh darinya sedang mengobrol didepan mobil berwarna abu-abu yang Zara sangka adalah milik salah satu dari mereka.
"Siapa sih yang acara di hall hotel? Nikahan kan ya?" Tanya gadis yang Zara kenali sebagai Gladys itu.
"Itu...si hamidun." Sambung gadis lain yang menggunakan kawat gigi, Zara juga mengenal gadis itu. Namanya Shilla.
"Gue kira ga berani rayain rame-rame, soalnya hamil duluan. Banyak juga nyalinya." Kini seorang gadis lain yang menyahut, Zara tidak mengenal gadis itu. Sementara disamping mereka ada Karin yang sedang terkekeh.
"Lah ngapain ga berani? Audy kan nyontohin Zara nikahnya rame-rame padahal hamil duluan." Salsa ikut terkekeh.
Zara mengernyit, sejak kapan ia hamil? Kenapa bisa orang lain dengan mudahnya mengatakan bahwa dirinya hamil? Aneh juga. Zara kemudian berjalan menuju keempat gadis itu dengan emosi yang sudah menjalar ke dadanya, kalau didalam film animasi mungkin telinga Zara sudah mengeluarkan api. Kedatangan Zara seakan-akan membawa angin kematian pada keempat gadis itu, mereka langsung berhenti tertawa seketika.
"Hai, gue kesini cuma mau ngeluruskan omongan kalian karena gue ga sengaja denger obrolan kalian tadi. Gue ga hamil duluan kok, Audy juga. Kita bukan cewek kaya gitu, tenang aja. Lagian juga ga bakal gini-gini aja dong perut gue kalo semisal gue hamil, lo berempat pasti tau itu kan? Tolong banget nih, sebelum ngomong dipikir dulu terus dicari dulu kebenarannya. Jangan sampe malah jatuhnya kalian ngefitnah gue sama temen-temen gue." Zara tersenyum, berbeda jauh dari hatinya yang sudah menggebu-gebu ingin memukul keempat gadis didepannya.
"B-bukan gitu maksudnya Zar..." Karin tersenyum, mencoba mencairkan suasana.
"Lo juga, ga usah ikut campur. Gue kira setelah lo dateng ke gue waktu itu lo udah berubah, ternyata lo sama aja. Dan buat lo Sal, emang lo pernah berkontribusi apa sih dihidup gue? Sampe dengan entengnya lo bilang kalo gue hamil, ternyata ga semua fisik cantik itu hatinya juga cantik ya?" Setelah menyelesaikan kalimatnya, Zara kemudian memberi jeda sebentar agar keempat gadis didepannya dapat menjelaskan maksud mereka.
"Maaf Zar..gue ga maksud." Kata Gladys sambil membuang jauh tatapannya, ia tidak berani menatap Zara.
"Iya Zar, gue juga.."
"Gue juga..."
"Iya ga papa kok, jangan diulangi lagi." Setelahnya Zara kemudian pamit pergi, keempat gadis itu kemudian menghela nafas lega karena selamat dari maut.
"Anjir, gue kira dia bakal jambakin kita.." Seru Gladys sesaat setelah Zara pergi dari hadapan mereka.
"Ga mungkin lah, mana dia tega. Kalo mau yang barbar lo gibahin tuh si Ratu depan mukanya, itumah auto ditempeleng sampe pingsan lo." Karin kemudian bergidik ngeri.
"Beneran? Lo tau darimana?"
"Gue satu sekolah sama Ratu pas SMA, lo lupa?"
"Oh iya, lupa gue."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.