Kegiatan sekolah masih seperti biasa, bedanya setiap sore kelas 12 sudah mulai bimbel mengingat UN sebentar lagi akan dilaksanakan. Sebenarnya banyak yang mengeluh akan hal ini, banyak siswa yang meminta untuk bimbel mandiri karena rata-rata siswa ISHS sudah memiliki guru privat masing-masing. Namun kepala sekolah tidak menyetujui hal tsb, jadilah sekarang mereka menjalani bimbel serempak seperti sekarang ini.
Audy sudah memberitahu teman-temannya tentang perjodohan yang dilakukan oleh orangtuanya dan tentu saja mendapat respon positif. Audy juga kelihatan baik-baik saja dengan perjodohan itu, ia merasa pilihan orangtuanya pastilah yang terbaik.
Audy memutuskan untuk berhenti menyukai Kahfi, ia pikir tidak baik jika sudah memiliki calon tapi malah menyukai orang lain. Bukankah calonnya nanti akan kecewa jika mengetahui hal itu? Karena itulah Audy sekarang sedang mengumpulkan keberanian untuk mengajak Kahfi bicara. Setidaknya ia ingin menyampaikan rasa yang selama ini dimilikinya untuk cowok itu.
Audy memang belum bertemu dengan calonnya secara personal, tapi ia yakin pastilah calonnya itu dari kalangan baik-baik. Untuk itu, Audy juga ingin mengubur dalam-dalam kisah cinta SMA nya. Ia tidak ingin berlarut-larut dalam cinta bertepuk sebelah tangan ini. Calon Audy pun sama, ia belum pernah bertemu dengan Audy secara personal. Melihat foto gadis itu pun ia tidak pernah, karena di instagram maupun semua akun sosial media anggota keluarga Audy tidak ada satu pun yang memasang foto gadis itu. Mereka berdua belum tau dan mengenal satu sama lain.
Seperti memang diberikan kemudahan oleh Tuhan, kebetulan dikelas hanya tersisa Audy dan Kahfi. Anggota Eltazafer lain sedang jajan ke kantin sementara Kahfi tinggal di kelas untuk belajar materi yang akan dibimbelkan. Sementara teman-teman Audy sedang mengembalikan bukuㅡyang tadi dipakai saat jam pelajaranㅡke perpustakaan.
"Fi, gue mau ngomong." Kata Audy saat ia sampai didekat bangku yang ditempati Kahfi.
Kahfi mendongak, "Eh, Audy? Mau ngomong apa?"
"Ini gue cuma mau confess aja, ga perlu lo tanggepin. Dengerin ya." Audy menarik nafas. "Makasih ya Fi udah jadi mood booster gue selama ini. Gue sempat suka sama lo tapi hari ini gue mau berhenti sampe sini aja. Makasih banyak udah masuk dalam list orang-orang yang buat gue bahagia, makasih juga udah hadir sebagai panutan gue. Makasih banyak Fi."
Kahfi mengangguk paham kemudian menatap Audy, "Sama-sama Dy, makasih juga karena udah jadiin gue alasan buat bahagia. Good luck kedepannya."
Audy mengangguk, ia pamit pada Kahfi setelahnya ia pergi keluar kelas. Ia sebenarnya tidak tahu akan pergi kemana, Audy hanya berjalan asal karena pipinya kini merona. Gadis itu malu dan senang. Malu karena ia ditatap Kahfi, dan senang karena akhirnya ia bisa menyelesaikan perasaan rumitnya.
Beda halnya dengan Kahfi, setelah mendengar confess Audy barusan ia langsung melanjutkan belajarnya. Kahfi sudah terbiasa dengan hal-hal seperti tadi. Sudah terlalu banyak gadis sebelum Audy yang juga menyatakan cinta padanya dan hanya berakhir dengan menyerahnya si gadis tsb. Kahfi sudah biasa menghadapi kejadian seperti barusan.
Tidak lama kemudian terdengar suara tawa yang menggelegar, yang tentu saja milik Eltazafer. Kahfi menoleh dan mendapati teman-temannya sudah kembali dari kantin. Sudah ada Zach yang duduk disebelahnya dan juga Fadil yang sedang duduk di mejanya sendiri. Kebiasaan Fadil si brutal. Kelihatannya Fadil juga sudah baik-baik saja semenjak kejadian putusnya dengan Karin waktu itu.
"Hampir lupa. Fi gue mau nanya." Saka kemudian menarik bangkunya untuk duduk disamping Kahfi.
"Nanya apa?"
"Itu, gue denger dari cewek gueㅡ"
"Anjir cewek gue katanya."
"Anjay, kaya udah pacaran ratusan tahun aja."
"Bergetar jiwa jombloku."
Omongan Saka harus dipotong dengan ejekan dari teman-temannya, Saka menarik nafas berusaha sabar. "Bacot diem dulu, gue mau nanya serius nih ke Kahfi."
"WOY DIAM!!!" Suara Fadil menggelegar, seketika Eltazafer diam. "Lanjut, Sak."
"Itu Fi, gue denger dari Kina kalo Audy kan dijodohin. Jangan bilang lo dijodohinnya sama Audy?"
Kahfi menggeleng, "Bukan, gue udah liat foto calon gue terus gue juga udah follow ig nya calon mertua. Bukan Audy orangnya."
"Liatin ke kita dong, yang mana sih orang beruntung yang bisa dapetin hatinya anak sholeh kaya Kahfi..." Rengek Alvin kemudian.
"Bentar, gue cari dulu fotonya." Kahfi mengeluarkan ponselnya dari kantong lantas mencari-cari. "Nih fotonya."
Eltazafer mengerubungi ponsel Kahfi, melihat seorang perempuan yang ada di layar tsb. Gadis itu cantik dan berjilbab, jelas gadis itu bukan Audy.
"Cantik Fi, sholehah juga." Zach menyerahkan ponsel Kahfi.
Fadil menatap Kahfi, "Udah pernah ketemu Fi?"
"Belum, rencananya pas habis UN diketemuin. Soalnya kata Umi biar ga ganggu UN, Umi takut gue keingat terus."
"Kece bener Umi." Saka terkekeh.
"Umi panutanqu." Kini Raja buka suara.
"Lain kali kalo mau nyari jodoh, minta cariin Umi aja lah." Alvin menatap Kahfi yakin, dan tentu saja mendapat tertawaan dari Eltazafer.
--
Ternyata rasa senang Audy hanya sampai disitu, selanjutnya ia malah bersedih karena harus melupakan cinta pertamanya. Menyukai Kahfi selama bertahun-tahun memang berat, tapi lebih berat lagi melupakannya. Seluruh tempat disekolah ini malah semakin mengingatkan Audy pada cowok dengan tinggi 175 cm itu.
Audy jadi murung, sesampainya ia dirumah Audy hanya sibuk memutar playlist lagu sedihnya. Audy pikir setelah menyatakan perasaannya ia akan tenang, ternyata malah sebaliknya. Kahfi yang terlihat tenang tadi membuat Audy penasaran dengan isi hati cowok itu. Audy sempat berpikir, 'pernah ga sih dia suka gue?' atau 'dia lagi suka sama siapa ya sekarang?' dan beberapa pertanyaan random lainnya.
Mengabaikan fakta bahwa Audy harusnya tidak sedih, gadis itu sekarang malah menangis sesenggukan. Lampu kamarnya ia matikan, dan Audy membungkus tubuhnya dengan selimut. Ini adalah menangis pertama yang Audy hadapi sepanjang hidupnya karena cinta. Sebelum ini Audy hanya bisa melihat kesedihan di mata Zara, dan saat Aura memutuskan untuk berhenti menyukai Zach, tapi kali ini ia mengalaminya.
Audy merasa ia tidak bersemangat. Seluruh energi yang ia miliki terasa menyusut karena ia sudah tidak memiliki mood booster lagi. Tawa milik Kahfi, wangi parfumnya, cara Kahfi berjalan, cara Kahfi memegang pulpen, hal-hal kecil tentang Kahfi itu mau tidak mau harus Audy lupakan. Tidak ada lagi yang akan membuat pipi Audy memerah dengan sendirinya saat melihat tawanya, tidak ada lagi yang bisa membuat Audy merasa menjadi manusia paling beruntung didunia hanya karena bisa dengan mudahnya mendengar tilawah Kahfi yang indah. Semua hal itu harus ia lupakan kini.
See you, Fi, batin Audy disela tangisnya.
--
Foto yang Kahfi tunjukkan ke Eltazafer
KAMU SEDANG MEMBACA
Geruchtted✓
Teen FictionEltazafer, begitu nama kumpulan cogan itu dikenal. Berisikan 6 cowok ganteng, siapa yang tidak ambyar saat berpapasan dengan mereka. Banyak yang bilang 'keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking' tapi, apa prinsip itu juga berpengaruh pada me...