Kabur

237 24 4
                                    

Sejak pagi tadi Ratu telah sibuk membersihkan rumah besarnya, bahkan sebelum matahari terbit. Ia menyapu, mengepel, menyiram bunga, menyuci piring, bahkan sampai menyapu halaman depan. Begitu ia duduk dan memainkan ponselnya, Mama langsung menyinggung tanpa tau apa saja yang sejak pagi tadi gadis itu kerjakan. Memang sudah jadi kebiasaan bukan saat kita sedang bekerja tidak akan ada yang memerhatikan, tapi begitu kita duduk dan bersantai akan ada saja ocehan dari orangtua yang tidak ada habisnya.

"Kamu tuh kalo ga rebahan sama main hp bisa apa sih? Ga pernah bantuin Mamanya sama sekali." Oceh Mama saat melewati Ratu yang sedang duduk manis di sofa ruang tengah.

"Aku udah bersih-bersih tadi, Ma."

"Bersih-bersih apanya? Masih kotor gini."

"Terserah deh."

Mama kemudian menoleh ke anak gadisnya, "Lagi diajarin yang bagus kok malah gitu jawabannya, dimana sopanmu sama orangtua?"

Ratu mendengus, memilih pergi ia kelewat emosi saat ini. Ia takut akan melukai hati Mama saat ia mulai bicara. Hingga akhirnya langkah gadis itu terhenti begitu Mama sekali lagi harus membuat emosinya naik hingga ke ubun-ubun.

"Masih aja ngambekan, gimana ga jauh jodohnya kalo kaya gitu."

"Ma, please.."

"Kenapa? Kan emang bener kamu kalo marah langsung monyong, ngambek, diam diri dikamar, banting pintu. Dikira bagus kalo anak gadis kelakuannya kaya gitu?"

Ratu diam lagi, airmata nya sudah ingin keluar tapi berhasil ia tahan. Kemudian gadis itu masuk kekamarnya untuk mengadu pada teman-temannya tentu saja.

'Gue mau kabur aja sumpah, ga kuat gue hidup sama orangtua kaya gitu.' batin Ratu.

Ratu memutuskan untuk menelepon Aura, ia ingin berdiskusi dengan keputusannya ini. Ratu tidak mau gegabah, maka dari itu ia mencoba mendengar pendapat dari Aura. Ratu masih juga menangis, perkataan Mama tadi terasa berulang dikepalanya.

"Assalamualaikum, kenapa nih? Eh, bentar....lo nangis? Siapa yang nangisin?" Sapa Aura dari seberang sana.

"Waalaikumalam. Iya, gue nangis. Gara-gara Mama gue tuh. Kesel banget sumpah....mau kabur aja..."

"Coba ceritain awal mulanya."

"Gue udah bersih-bersih rumah dari pagi, eh pas baru aja gue duduk malah diomelin. Gila ga sih? Ini gue yang salah apa gimana? Sumpah gue mau kabur aja, plis tolongin gue..." Ratu masih saja sesenggukan.

"Lo mau dengerin pendapat gue ga?"

"Mau..."

"Kabur emang gampang. Tapi menjamin lo buat jaga diri lo diluar sana, memenuhi kebutuhan lo dan menghidupi diri lo sendiri itu susah. Lo emang bisa lepas bentar dari nyokap lo, tapi apa menjamin lo bakal fine-fine aja diluar sana?"

Ratu masih diam, ia sedang mencerna perkataan Aura barusan. Jika dipikir kembali, perkataan Aura memang ada benarnya.

"Pikirin baik-baik dulu deh. Gimana cara lo buat mengatasi masalah-masalah yang bakal lo hadapi kalo seandainya lo kabur. Gue tau lo capek, tapi coba pikirin baik-baik apa kabur itu solusi satu-satunya."

Ratu lagi-lagi memikirkan perkataan Aura, sahabatnya itu tidak salah sama sekali. Masih ada jalan keluar selain kabur, dan kabur juga tidak menjamin Ratu akan baik-baik saja diluar sana.

"Jadi gimana? Lo masih tetap mau kabur?" Tanya Aura akhirnya.

Masih hening, ada jeda disana. Ratu masih menimbang-nimbang keputusannya.

Geruchtted✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang