Bubur

324 28 21
                                    

"Hueeekkk....."

Entah sudah kali ke berapa Audy memuntahkan isi perutnya, ia mengalami morning sick yang lumayan parah. Kahfi juga banyak membantu calon ibu muda itu dengan memijat tengkuk Audy atau kadang ia membuatkan teh agar perasaan Audy jauh lebih tenang. Kahfi khawatir, ia tidak tau harus berbuat apa karena ini kali pertamanya.

"Udah belum?" Tanya Kahfi yang sejak tadi sudah menunggu didepan toilet kamar mereka.



"Udah." Audy keluar dari toilet dengan wajah pucat, ia kelihatan kusut meskipun sudah mandi.

"Mau sarapan apa? Biar aku beliin." Tanya Kahfi sembari menuntun istrinya menuju sofa yang ada dikamar mereka.


"Engga usah.." Audy kemudian duduk. "Kita makan diluar aja ya? Aku pengen bubur."


"Ya udah kita makan diluar. Tapi diminum dulu tehnya, habis itu siap-siap kita nyari abang bubur."


Menuruti perintah Kahfi, Audy kemudian meminum tehnya hingga tandas kemudian berganti pakaian sementara Kahfi sudah berada di halaman rumah untuk memanaskan mobil. Setelah mengunci pintu rumah, Audy kemudian masuk ke mobil dibantu Kahfi. Kahfi kelewat khawatir hingga Audy merasa geli dibuatnya.



"Ngapain di pegangin sih masuknya? Aku kan bisa masuk sendiri." Audy terkekeh.


"Kirain ga bisa tadi, jadinya dibantu." Kahfi kemudian ikut terkekeh karena tingkah spontan nya tadi. Nampaknya Kahfi sudah mendalami peran sebagai ayah siaga.

"Kamu nanti mau dipanggil apa sama dede?" Tanya Audy sambil mengelus perutnya yang kini mulai terlihat buncit. Kahfi kemudian tersenyum, sudah biasa baginya menghadapi Audy yang suka tiba-tiba menanyakan hal-hal random.

"Ayah? Atau Abi aja?"


"Lah kok nanya aku, kan dede.."



"Yang bagus didengar apa? Apa panggil nama aja biar kaya temen?" Canda Kahfi.


"Panggil nama? Jangan dong nanti dede durhaka. Ya kan de?" Audy kemudian menatap perutnya, Kahfi pun sama.

"Abi aja kali ya?"

"Boleh juga.."




"Ayo turun, udah sampe nih. Kecium ga bau buburnya?" Tanya Kahfi begitu mereka sampai di taman kota yang kebetulan sedang ramai pagi ini.

"Ga kecium nih, ih hidungku kenapa ya? Emang kamu kecium?"



"Engga. HAHAHAAHHAHAHA." Kahfi kemudian turun lantas menggandeng Audy bersamanya untuk duduk di kursi plastik yang telah disediakan mang Maman.

"Ih kamu mah.."



"Halo mang, mau pesen bubur dong.." Sapa Kahfi pada mang Mamanㅡpenjual bubur langganannya bersama Elta.


"Eh kang Kahfi, masih pagi udah ganteng aja." Mang Maman tersenyum lantas mengalihkan pandang ke Audy sebelum bertanya lagi. "Siapa tuh kang? Pacarnya?"


"Pacar, istri ini mah. Aya-aya wae mang Maman mah." Kahfi tersenyum lebar.

"Loh kang Kahfi udah nikah? Kapan atuh?"


"Udah lama mang, kayanya 5 bulan lalu deh. Waktu itu udah sebar undangan ke rumah mang Maman juga kok. Cuma kata Raja mang Maman lagi pulang kampung. Jahat mang Maman mah, masa ga datang ke nikahanku."

"Allahuakbar, iya bener. Lagi pulang kampung pas itu gara-gara bini lahiran. Maaf atuh kang lain kali kalo kang Kahfi buat acara, janji deh pasti datang." Kata mang Maman sambil meracik bahan-bahan pelengkap bubur di mangkuk bergambar ayam jago.


Geruchtted✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang